Kamis, 09 Juni 2022 14:35 WIB

Sudah Terampilkah Ibu Dalam Menyusui Bayinya?

Responsive image
2000
Nyimas Sri Wahyuni, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep.A - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Keterampilan adalah keahlian, kemampuan berlatih, fasilitas dalam melakukan sesuatu, ketangkasan dan kebijaksanaan. Keterampilan mencakup pengalaman dan praktek, dan memperoleh keterampilan mengarah ke tindakan sadar dan otomatis Keterampilan merupakan praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan. Tingkatan praktik atau tindakan menurut Notoatmodjo, 2007 terdiri dari:

1. Persepsi (perception)

Praktik tingkat pertama adalah persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (Guided response)

Indikator praktik tingkat kedua adalah respon terpimpin yaitu seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (Mechanism)

Peserta didik dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan atau keterampilan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Setelah pemberian pendidikan kesehatan diharapkan adanya perubahan pengetahuan dan keterampilan pada ibu-ibu post partum dalam melakukan perawatan pada bayinya. Keterampilan yang harus dimiliki oleh ibu yang mempunyai bayi baru lahir adalah keterampilan menyusui atau memberikan ASI (Septiani, Budi, & Karbito, 2017). Idris & Enggar, (2019) berpendapat menyusui merupakan proses yang cukup kompleks, dengan mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat menyusui secara eksklusif.

Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (Hanifah, Astuti, & Susanti, 2017).

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi  menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi (Roesli & Yohmi, dalam Hegar, 2008).

Posisi tubuh yang baik saat menyusui dapat dilihat sebagai berikut:

1. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

2. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

3. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

4. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik

5. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

6. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi

7. Kepala terletak dilengan bukan di daerah siku

Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut:

1. Leher bayi terputar dan cenderung kedepan

2. Badan bayi menjauh badan ibu

3. Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu

4. Hanya leher dan kepala tersanggah

5. Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi

Ibu juga harus dapat menilai kecukupan ASI yang diberikan pada bayinya (Rahmawati, 2010). Lamanya menyusui berbeda-beda setiap periode menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Ibu dapat menyusui bayi sesering mungkin sesuai kebutuhan, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. ASI yang ibu berikan cukup bila: bayi buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin yang tidak pekat dan bau tidak menyengat, berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada umur 2 minggu serta bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu (Hahn et al., 2018).

Referensi:

Hahn, W. H., Song, J. H., Seo, J. B., Lee, J. E., Lee, J. S., Song, S., … Kang, N. M. (2018). Comparisons of proteomic profiles of whey protein between donor human milk collected earlier than 3 months and 6 months after delivery. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 27(1), 204–210. https://doi.org/10.6133/apjcn.032017.16

Hanifah, S. A., Astuti, S., & Susanti, A. I. (2017). Gambaran karakteristik ibu menyusui tidak memberikan asi eksklusif di desa cikeruh kecamatan Jatinangor kabupaten Sumedang tahun 2015. Jurnal Sistem Kesehatan, 3(1), 38–43. https://doi.org/10.24198/jsk.v3i1.13960

Idris, I., & Enggar, E. (2019). Pengaruh penyuluhan menggunakan audio visual tentang asi eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di puskesmas Singgani kota Palu. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), 2(1), 1. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.159

Rahmawati, N. (2010). Pendidikan ibu berhubungan dengan teknik menyusui pada ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-12 bulan. Indonesian Journal of Nursing and Midwifery, 5(1), 11–19.

Septiani, H., Budi, A., & Karbito. (2017). Faktor - faktor yang berhubungan dengan pemberian asi eksklusif oleh ibu menyusui yang bekerja sebagai tenaga kesehatan. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 159–174. Retrieved from https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/%0AFaktor-Faktor