Senin, 29 Mei 2023 12:43 WIB

Yuk Gunakan Obat Anti Nyeri dengan Bijak

Responsive image
11532
Ermila Nora Fatrotin, S.Farm.Apt. - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Nyeri adalah suatu pengalaman perasaan dan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan jaringan yang nyata / aktual maupun yang berpotensi / potensial untuk terjadinya kerusakan jaringan. Nyeri bersifat subyektif dan individual. Penggunaan obat untuk mengurangi nyeri harus dilakukan secara bijak artinya kandungan obat perlu diketahui zat aktif yang terkandung di dalamnya, kegunaan, efek samping yang ditimbulkan oleh obat, kontra indikasi, peringatan terjadinya alergi, serta cara pakai yang benar.

Apa itu Obat Anti Nyeri?

Obat anti nyeri adalah obat untuk meredakan rasa sakit atau nyeri akibat nyeri otot, radang sendi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, asam urat, nyeri haid serta demam.

Prinsip Penatalaksanaan Nyeri

Pengobatan nyeri harus dimulai dengan Analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling kuat.

Tujuan Penatalaksanaan Nyeri

1.      Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri.

2.      Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi nyeri kronik yang persisten.

3.      Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat adanya nyeri.

4.      Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.

Strategi Terapi

1.    Terapi Non Farmakologi

a.    Terapi stimulasi saraf : TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) untuk nyeri akut dan kronik misal pada pembedahan, traumatik, neuropati dan lain- lain.

b.    Psikologis misal relaksasi.

c.    Terapi fisik

d.    Hipnoterapi

2.    Terapi Farmakologi

Analgesik : opiat dan non opiat

Efek Samping Obat Anti Nyeri

1.    Paracetamol

Kerusakan hati / hepatotoksik (jangka waktu panjang).

2.    OAINS (ibuprofen, asam mefenamat, natrium diklofenak, dan lain-lain).

Kerusakan pada saluran cerna / lambung (perut perih) lebih berisiko pada orang dengan riwayat maag / tukak lambung.

Lalu bagaimana agar perut tidak perih?

1.      Konsumsi obat pereda nyeri setelah makan.

2.      Tidak mengkonsumsi bersamaan dengan alkohol.

3.      Mengkonsumsi obat pereda nyeri non steroid selektif COX-2, contoh : celecoxib, etoricoxib, dan parecoxib.

Siapakah yang lebih berisiko mengalami efek samping dari OAINS?

1.      Usia 65 tahun.

2.      Riwayat tukak lambung, maag, penyakit hati, gangguan ginjal.

3.      Penggunaan dua atau lebih OAINS secara bersamaan.

4.      Terapi bersamaan dengan agen antiplatelet (aspirin dosis rendah), antikoagulan (warfarin), dan kortikosteroid (metilprednisolon).

5.      SSRI atau Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (sertraline, fluoksetin).

Kesimpulan

Agar konsumsi obat aman dan efektif sebaiknya menggunakan obat sesuai dengan indikasi, dosis, dan cara yang tertera pada petunjuk penggunaan (tertera pada kemasan atau brosur obat). Penggunaan obat sesuai dengan petunjuk akan menghindarkan pasien dari risiko terjadinya efek samping dan pasien akan memperoleh khasiat obat. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1.    Penyimpanan obat

a.      Tidak membuang kemasan dan etiket obat (nama obat, cara penggunaan, informasi lainnya).

b.      Perhatikan dan ikuti aturan penyimpanan pada kemasan.

c.      Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

d.      Simpan tablet dengan tulisan expired date masih tertera di kemasan.

e.      Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat.

f.       Tidak menyimpan obat di dalam mobil dalam jangka lama.

g.      Perhatikan tanda-tanda kerusakan obat (perubahan warna, bau, obat menggumpal).

h.      Obat yang rusak harus dibuang meskipun belum kadaluarsa.

2.    Penggunaan obat

a.      Konsumsi obat anti nyeri jika perlu.

b.      Konsumsi setelah makan.

c.      Jika tiga hari tidak membaik segera konsultasikan ke dokter.

d.      Simpan obat dengan benar.

 

Referensi :

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/481/2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Nyeri. 2019 : 14.

Aisyah, Siti. 2017. Manajemen Nyeri pada Lansia dengan Pendekatan Non Farmakologi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1).