Sifilis merupakan suatu penyakit menular seksual disebabkan oleh bakteri yang sering dikenal sebagai raja singa. Penyakit ini dapat mengenai ibu hamil, bisa tanpa gejala dan biasanya baru diketahui saat pemeriksaan laboratorium saat pemeriksaan kehamilan rutin. Ibu hamil dengan sifilis dapat menularkan penyakit ini ke janin melalui plasenta ke tubuh janin, terutama jika penyakit ini tidak ditangani dan terjadi pada usia kehamilan 14 – 27 minggu. Infeksi sifilis yang terjadi sejak dalam kandungan dapat melahirkan bayi dengan sifilis yang disebut sifilis kongenital.
Infeksi ini mengancam nyawa karena dapat menyerang berbagai sistem organ tubuh janin yang sedang berkembang. Di samping itu, infeksinya dapat berdampak di berbagai organ tubuh termasuk otak hingga tulang. Infeksi ini juga dapat meningkatkan risiko keguguran pada ibu hamil, dan dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, lahir prematur, ataupun lahir mati pada bayi. Gejala sifilis kongenital dapat terlihat saat baru dilahirkan sampai bayi berusia 2 tahun yang disebut dengan sifilis kongenital dini, sedangkan bila gejala baru muncul setelah usia 2 tahun disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
Pada sifilis kongenital dini gejalanya dapat berupa gelembung berisi air yang muncul pada kulit bayi segera setelah dilahirkan hingga bayi berusia 2 minggu, cairan pada gelembung ini biasanya sangat infeksius. Gejala lain seperti pembesaran pada organ hati, kurang darah merah, lengan dan kaki yang tidak bisa digerakkan, hingga radang selaput otak. Sedangkan gejala sifilis kongenital lanjut biasanya merupakan akibat dari sifilis kongenital dini dapat berupa bekas luka, gangguan pengelihatan dan pendengaran, kerusakan tulang rawan hidung atau gigi seri yang berbentuk seperti pasak.
Pemeriksaan laboratorium dengan pengambilan sampel darah pada ibu hamil harus dilakukan sedini mungkin pada usia kehamilan 1-13 minggu sehingga penanganannya dapat segera dilakukan untuk mengurangi risiko penularan, kecacatan bahkan kematian pada janin. Pemeriksaan juga harus dilakukan kembali jika ibu hamil terdiagnosis oleh penyakit menular seksual lainnya selama masa kehamilan.
Pada bayi baru lahir, jika dicurigai adanya infeksi sifilis, pemeriksaan darah untuk mendeteksi sifilis dapat dilakukan melalui plasenta disertai dengan pemeriksaan fisik bayi terhadap adanya gejala pada organ tubuh. Pemeriksaan pada bayi juga meliputi rontgen pada tulang, pemeriksaan mata, dan pemeriksaan darah.
Pencegahan sifilis kongenital sangat bergantung pada kondisi dan riwayat infeksi ibu hamil. Pemerintah telah menyediakan program deteksi dini sifilis di puskesmas untuk ibu hamil secara gratis. Maka dari itu penting bagi ibu hamil untuk melakukan deteksi dini sifilis pada trimester pertama atau tiga bulan pertama kehamilan dengan berkunjung ke Puskesmas terdekat maupun ke Dokter Spesialis Kandungan. Ibu harus menerapkan perilaku seksual yang aman sebelum masa konsepsi, hal ini dapat menghindarkan dari infeksi dan risiko untuk tertular dan menularkan sifilis pada bayi. Apabila ibu merasa memiliki risiko terinfeksi sifilis disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke Dokter Spesialis Dertamologi & Venereologi (Dokter Spesialis Kulit & Kelamin). Penanganan sedini mungkin dapat menghindarkan infeksi sifilis pada fase lanjut.
Referensi:
Janier M, Unemo M, Dupin N, Tiplica GS, Poto?nik M, Patel R. 2020 European guideline on the management of syphilis. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2021 Mar;35(3):574-588. doi: 10.1111/jdv.16946. Epub 2020 Oct 22. PMID: 33094521.
PERDOSKI. Panduan praktik klinis. 2017. https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf