Kanker serviks masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian wanita, terutama orang yang memiliki faktor risiko terjadinya kanker mulut rahim. Kanker serviks merupakan penyebab kematian ketiga setelah kanker payudara dan kanker paru di Indonesia. Data dari the Global Cancer Observatory, tahun 2020 menyebutkan setidaknya 36.633 kasus kanker serviks baru pada tahun 2020 di Indonesia. Ini merupakan angka yang cukup tinggi dan perlu menjadi perhatian serius bagi kita untuk dapat melakukan tindakan promotif dan prefentif untuk menekan kejadian ini.
Kanker serviks merupakan suatu keganasan yang menyerang area serviks atau leher rahim yang menghubungkan organ Rahim dengan vagina. Penyebab kanker serviks bermacam – macam, terutama disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau dikenal sebagai HPV. Virus HPV yang sudah dapat diidentifikasi oleh World Health Organization (WHO) sebanyak 12 tipe yang bersifat onkogenik, yaitu tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59. Namun 2 tipe yang paling bertanggungjawab terhadap terjadinya kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18.
Rata – rata usia wanita yang berisiko mengidap kanker serviks di negara maju adalah usia dekade ke-6. Namun tidak menutup kemungkinan wanita usia lebih muda dari usia tersebut juga dapat terkena. Menikah dengan riwayat berganti – ganti pasangan, menikah usia kurang dari 20 tahun, serta multiparitas juga dilaporkan menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks.
Pada tahap awal kejadian kanker ini, sebagian besar pasien belum menampakkan gejala. Perjalanan penyakitnya cenderung lambat bisa 10-20 tahun sejak adanya lesi pra-kanker. Kebanyaan pasien baru menyadari penyakitnya atau mencari pengobatan saat stadium kankernya sudah lanjut. Tentu saja, ini akan berhubungan pula dengan prognosis kanker tersebut yang semakin memburuk seiring perkembangan penyakitnya.
Gejala kanker seviks yang dapat dirasakan pasien adalah riwayat menstruasi yang tidak teratur dan muncul perdarahan saat berhubungan seksual. Pada tumor yang sudah berukuran besar juga didapatkan keluhan nyeri panggul dan perasaan tidak nyaman pada vagina. Kanker ini pada tahap lanjut juga dapat melibatkan organ lain seperti saluran kemih, sehingga bisa didapatkan keluhan sering berkemih, buang air kecil disertai darah, bahkan menyebabkan sumbatan saluran kemih dan menjadi keracunan ureum.
Pencegahan terhadap kejadian kanker serviks sudah secara massal dilakukan di berbagai negara, namun angka kematian akibat kanker serviks ini masih menjadi permasalahan hingga 30 tahun terakhir. Salah satu upaya deteksi dini kanker serviks addalah dengan dilakukannya vaksinanasi HPV serta deteksi dini dengan tes pap smear.
Tes pap smear dapat dilakukan di tenaga ahli seperti dokter dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun rumah sakit. Pembacaan hasil pap smear ini dilakukan oleh dokter Spesialis Patologi Anatomi dan merupakan jenis pemeriksaan sitologi yang pembacaannya relatif singkat. Tes papsmear dapat dilakukan menggunakan dua cara. Jenis tes pap smear yang pertama adalah tes pap smear konvensional, dan yang kedua adalah dengan metode Liquid Based Preparation.
Tes pap smear dengan metode konvensional merupakan tes yang relatif mudah dan murah serta cukup efektif untuk mendiagnosis kanker serviks sejak dini. Sedangkan tes dengan Liquid Based Preparation menggunakan base khusus untuk fiksasi sitologinya, harganya lebih mahal dibandingkan metode konvensional namun sediaan preparate yang dihasilkan lebih jernih dan jelas, bahkan dapat mendeteksi DNA HPV.
Hasil pembacaan pap smear yang normal tetap memerlukan pemeriksaan berkala setidaknya satu tahun sekali. Jika didapatkan hasil pap smear yang abnormal berupa infeksi maka dilakukan pengobatan untuk inflamasi atau peradangannya, namun jika didapatkan tanda ke arah kanker serviks baik pra kanker ringan, sedang, maupun berat, maka perlu dirujuk ke dokter spesialis kandungan. Serta perlu dilakukan evaluasi pap smear ulang 3-6 bulan berikutnya.
Referensi
Nayar R, Wilbur DC, 2015, The Bethesda System for Reporting Cervical Cytology 3rd edition, Springer.
Globocan. The Global Cancer Observatory - All cancers. Int Agent Res Cancer - WHO 2020; 419: 199-2.
WHO Classification of Tumours of Female Genital Tumorurs, 2020, 5th edition, IARC WHO.