Pengasuhan adalah proses interaksi antara orang tua atau pengasuh dengan anak dalam memberikan bimbingan, perhatian, dan pendidikan agar anak tumbuh dan berkembang secara fisik, emosional, mental, dan sosial dengan baik (Darling & Steinberg, 1993). Pengasuhan juga mencakup pengaturan lingkungan, pemenuhan kebutuhan anak, memberikan pengarahan norma dan nilai, serta membantu anak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri di masa depan (Santrock, 2016).
Pengasuhan adalah proses interaksi dan pengaruh yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang secara fisik, mental, emosional, dan sosial. Hal ini meliputi berbagai aspek seperti memberikan perhatian dan dukungan emosional, memberikan arahan dan pengarahan nilai dan norma, serta memberikan kesempatan belajar dan pengembangan keterampilan (Bronfenbrenner, 1979; Baumrind, 1991; Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991).
Pengasuhan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk budaya, lingkungan, dan karakteristik individu orang tua dan anak. Berbagai teori dan model telah diusulkan untuk menggambarkan berbagai jenis pengasuhan, termasuk pengasuhan otoritatif, pengasuhan otoriter, dan pengasuhan permisif (Baumrind, 1991; Darling & Steinberg, 1993; Maccoby & Martin, 1983).
Cerebral palsy (CP) adalah kondisi medis yang memengaruhi gerakan dan koordinasi tubuh. CP terjadi karena kerusakan atau gangguan pada otak yang terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran. Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berjalan, berbicara, dan melakukan aktivitas sehari-hari lainnya (Novak et al., 2012).
Cerebral palsy (CP) adalah kondisi kelainan motorik yang disebabkan oleh kerusakan pada otak yang terjadi pada masa prenatal atau perinatal. Anak-anak yang terkena cerebral palsy dapat mengalami gangguan fungsi motorik, seperti kesulitan berjalan, merangkak, berbicara, dan melakukan gerakan yang halus. Meskipun kondisi ini tidak sembuh sepenuhnya, dengan intervensi yang tepat, anak-anak dengan cerebral palsy dapat mengembangkan kemampuan mereka dan menjalani kehidupan yang aktif dan produktif.
Meskipun cerebral palsy umumnya didiagnosis pada masa anak-anak, namun banyak remaja dan dewasa dengan kondisi ini yang terus hidup dengan tantangan sepanjang hidup mereka. Remaja dengan cerebral palsy dapat mengalami berbagai kesulitan, termasuk kesulitan dalam interaksi sosial, stres psikologis, dan masalah kesehatan kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka (Arner et al., 2008).
Remaja dengan cerebral palsy menghadapi tantangan khusus dalam mengatasi kondisi mereka. Selain kesulitan motorik, mereka mungkin juga menghadapi kesulitan dalam interaksi sosial, mengembangkan hubungan interpersonal, dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional yang terjadi selama masa remaja. Dalam mengatasi tantangan ini, penting untuk memperhatikan kebutuhan individu remaja dengan cerebral palsy dan memperhatikan lingkungan sosial dan dukungan keluarga yang tersedia.
Remaja dengan cerebral palsy menghadapi sejumlah masalah yang berbeda terkait dengan kondisi mereka. Beberapa masalah tersebut termasuk:
Untuk mengatasi masalah tersebut, intervensi terapi fisik, terapi bicara, dan terapi okupasi dapat membantu remaja dengan cerebral palsy meningkatkan kemampuan motorik, komunikasi, dan keterampilan sosial mereka. Dukungan keluarga dan dukungan masyarakat juga dapat membantu mereka mengatasi stigmatisasi sosial dan mengembangkan kepercayaan diri.
Anak dengan cerebral palsy membutuhkan perawatan dan dukungan yang khusus dalam pengasuhan mereka. Berikut adalah beberapa tips untuk pengasuhan yang tepat untuk anak cerebral palsy remaja:
Referensi :
Berk, L. E. (2013). Child development. Pearson Education Limited.
Novak, I., Morgan, C., Adde, L., Blackman, J., Boyd, R. N., Brunstrom-Hernandez, J., ... & Badawi, N. (2017). Early, accurate diagnosis and early intervention in cerebral palsy: advances in diagnosis and treatment. JAMA pediatrics, 171(9), 897-907
Arner, M., Eliasson, A. C., Nicklasson, S., Sommerstein, K., Hägglund, G. (2008). Hand function in cerebral palsy. Report of 367 children in a population-based longitudinal health care program. Journal of Hand Surgery, 33(8), 1337-1347.
Novak, I., Hines, M., Goldsmith, S., & Barclay, R. (2012). Clinical prognostic messages from a systematic review on cerebral palsy. Pediatrics, 130(5), e1285-e1312.
Shikako-Thomas, K., Majnemer, A., Law, M., Lach, L., Shevell, M., & Poulin, C. (2008). Determinants of participation in leisure activities in children and youth with cerebral palsy: systematic review. Physical therapy, 88(7), 887
Sumber Gambar :
https://kliniktulangbelakang.com/wp-content/uploads/2022/03/Cerebral-Palsy.png
https://majalah.stfi.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/loo.jpg
https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x4:1080x717/x/photo/2021/08/27/2887349148.jpeg
https://kliniktulangbelakang.com/wp-content/uploads/2022/03/Cerebral-Palsy-3.png