Saat otot terlalu lama tidak digunakan, kemungkinan terjadi atrofi otot yaitu penyusutan pada jaringan otot. Tentu saja, hal ini dapat mengganggu fungsi otot dan sistem gerak tubuh secara keseluruhan. Atrofi otot merupakan suatu kondisi saat Anda mulai kehilangan massa otot karena terjadi penyusutan. Kondisi ini bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya terlalu lama tidak dipakai, bagian dari proses penuaan, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, hingga berbagai penyakit yang memengaruhi kesehatan tulang sekaligus otot. Atrofi memicu terjadinya kelemahan otot, bahkan tak jarang pasien mengalami disabilitas karenanya. Kondisi ini terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu atrofi otot karena tidak digunakan (disuse atrophy) dan atrofi neurogenik (neurogenic atrophy).
Disuse atrophy adalah kondisi yang muncul akibat kurangnya aktivitas fisik. Sering kali, atrofi terjadi disebabkan otot-otot tidak pernah digunakan untuk bergerak dan beraktivitas. Umumnya, yang mengalami kondisi ini adalah orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu sehingga pergerakan tubuhnya terbatas. Atrofi otot dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup, pola makan yang seimbang, olahraga, atau fisioterapi. Apabila diperlukan, dokter juga dapat mempertimbangkan tindakan operasi.
Penyebab Atrofi Otot
Atrofi otot dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, yaitu :
· Otot tidak atau jarang digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya karena lumpuh atau tirah baring.
· Cedera
· Luka bakar
· Proses penuaan
· Malnutrisi
· Stroke
· Kanker
· Penggunaan obat kortikorsteroid dalam jangka panjang.
Atrofi otot juga dapat terjadi akibat penyakit atau kondisi medis yang menyebabkan otot menjadi lemah atau membuat penderitanya kesulitan bergerak, yaitu :
· Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig
· Carpal Tunnel Syndrome
· Multiple sclerosis
· Distrofi otot
· Neuropati
· Osteoarthritis
· Polio (poliomyelitis)
· Rheumatoid arthritis
· Cedera tulang belakang
Gejala Atrofi Otot
Atrofi otot dapat menimbulkan gejala yang beragam, tergantung pada penyebabnya. Namun, tanda utama dari kondisi ini adalah mengecilnya ukuran otot yang terkena atrofi.
Tanda dan gejala lain yang mungkin terjadi akibat atrofi otot antara lain:
· Ukuran lengan atau kaki yang terkena atrofi lebih kecil daripada lengan atau kaki yang normal.
· Kelemahan pada satu atau beberapa bagian tubuh.
· Kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas, seperti : berjalan, menelan, atau menjaga keseimbangan.
Pemeriksaan Atrofi Otot
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada lengan dan kaki pasien, sekaligus menilai kekuatannya dan mengukur massa ototnya.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu :
· Tes darah, untuk mendeteksi infeksi dan tanda-tanda malnutrisi.
· Biopsi otot, untuk menganalisis pertumbuhan sel atau jaringan otot yang tidak normal, sekaligus membedakan atrofi otot dengan penyakit lainnya.
· Elektromiografi (EMG), untuk menilai kemampuan otot dan saraf terhadap suatu rangsangan.
· Tes konduksi saraf, untuk melihat seberapa cepat kemampuan saraf dalam mengalirkan sinyal listrik.
· Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk melihat struktur otot secara lebih detail.
Penanganan Atrofi Otot
Penanga nan atrofi otot tergantung pada diagnosis dan tingkat keparahan penyusutan otot. Perlu diketahui, kondisi atau penyakit yang mendasari atrofi otot perlu ditangani terlebih dahulu.
Beberapa metode penanganan untuk atrofi otot adalah :
1. Aktivitas Fisik dan Olahraga
Berolahraga secara rutin dapat memulihkan kembali jaringan otot yang mengalami penurunan massa dan kekuatan akibat atrofi otot. Pilihan jenis olahraga yang dapat diterapkan antara lain berjalan, bersepeda, dan berenang.
2. Fisioterapi
Terapi fisik atau fisioterapi bertujuan untuk melatih massa otot yang hilang akibat atrofi otot. Terapi ini umumnya dilakukan pada pasien yang menderita atrofi otot berat, atau pada pasien yang menderita penyakit tertentu, seperti : stroke, lumpuh, atau kanker.
3. Terapi Stimulasi Listrik
Terapi jenis ini menggunakan impuls listrik kecil yang dialirkan ke saraf dan otot pasien. Impuls listrik yang dialirkan akan memicu fungsi saraf dan otot untuk dapat berkontraksi sehingga pasien dapat menggerakkan anggota tubuhnya.
4. Terapi Ultrasonografi
Terapi ultrasonografi adalah prosedur yang memanfaatkan gelombang suara untuk mempercepat penyembuhan atrofi otot. Terapi jenis ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi ke jaringan otot, tendon, sendi, dan ligamen, sekaligus merenggangkan otot.
5. Operasi
Operasi dapat dilakukan untuk memperbaiki deformitas kontraktur yang disebabkan oleh malnutrisi. Deformitas kontraktur adalah kondisi ketika tendon, ligamen, kulit, atau otot menjadi terlalu kencang, sehingga mencegah penderitanya untuk dapat bergerak secara bebas.
6. Perubahan Pola Makan
Jika atrofi otot disebabkan oleh malnutrisi, dokter akan menyarankan perubahan pola makan. Dokter akan bekerjasama dengan ahli gizi untuk membuat rancangan menu makan yang sehat untuk pasien. Selain itu, dokter juga akan meresepkan suplemen nutrisi untuk pelengkap.
Referensi :
1. RA Tanzila. 2015. Analisis Atrofi Otot Akibat Bedrest Lama pada Pasien Stroke di RSUD Palembang Bari. Jurnal Medika Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Palembang.
2. Yin, L., et al. 2021. Skeletal Muscle Atrophy : From Mechanisms to Treatments. Pharmacological Research, 172, pp. 105807.
3. Gao, Y., et al. 2018. Muscle Atrophy Induced by Mechanical Unloading : Mechanisms and Potential Countermeasures. Frontiers in Physiology, 9, pp. 235.
4. National Institute of Health. 2021. MedlinePlus. Nerve Conduction Velocity.
5. National Institute of Health. 2019. MedlinePlus. Muscle Atrophy.
6. Cleveland Clinic. 2022. Disease & Conditions. Muscle Atrophy.
7. Cleveland Clinic. 2021. Treatments & Procedures. Functional Electrical Stimulation (FES) for Spinal Cord Injury.
8. Eustice, C. Verywell Health. 2021. Muscle Atrophy Types and Causes.
9. Moawad, H. Verywell Health. 2021. The Causes, Prevention, and Reversal of Muscle Atrophy.
10. Sears, B. Verywell Health. 2022. Therapeutic Ultrasound in Physical Therapy.