Selasa, 28 Februari 2023 15:38 WIB

Gambaran Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia

Responsive image
7028
Ns. Frediana Pegia Hartanti, S.Kep - RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Menurut  World  Health  Organization  (2017) pada  umumnya  gangguan  mental  yang terjadiadalah gangguan kecemasan dan gangguan skizofrenia, Diperkirakan  4,4 persen populasi global menderita gangguan skizofrenia, dan 3,6?ri gangguan kecemasan.   Jumlah penderita  depresi  meningkat  lebih  dari  18% antara tahun 2005 dan 2015.Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan diseluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO,  2017). Menurut data Riskesdas Tahun 2018, mencatat bahwa prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia  adalah  1,7  per  mil. 

Gangguan  jiwa berat   terbanyak   di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Lebih lanjut juga   Riskesdas menyebutkan bahwa prevalensi gangguan jiwa  emosional pada penduduk  Jawa Tengah adalah 9,8?riseluruh penduduk Indonesia (Riskesdes  RI, 2018). Gangguan jiwa yang bisanya terjadi pada manusia antara lain gangguan kecemasan,  gangguan psikotik,  gangguan suasana hati, gangguan makan, gangguan kepribadian, gangguan pengendalian  impuls dan kecanduan, gangguan obsesif kompulsif (ocd), gangguan stres pasca trauma  (PTSD), (IDI Online, US & Healthdirect. 2016). Perilaku kekerasan adalah suatu  bentuk  tindakan yang bertujuan untuk melukai dirinya dan seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan   yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, ditandai dengan amuk dan gaduh  gelisah  yang tak  terkontrol (Dermawan, 2018).

Perawat dapat mengidentifikasikan  dan  mengobservasi tanda dan gejala  perilaku  kekerasan antara lain, muka merah, dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, mengepalkan tangan, mengatupkan rahang dengan kuat, bicara kasar, suara tinggi, menjerit   atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau memukul benda/orang  lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan (Muhith, 2015) Menurut data penelitian Susilowati (2015),menunjukkan   bahwa seseorang yang tidak dapat melampiaskan amarahnya dan timbul tanda dan gejalanya marah-marah,membanting barang, bicara keras, afek labil, kadang inhokem, mondar–mandir, sedih, tiba- tiba gembira. Menurut penelitian dari Wahyuningsih (2009)  dengan judul Penurunan Perilaku Kekerasan pada klien Skizofrenia dengan Assertiveness Training (AT) menunjukkan bahwa hasil dari sebagian besaralasan masuk pasien dengan  gangguan jiwa perilaku kekerasan sebanyak 62%. Ciri-ciri yang sering di tunjukkan pasien    adalah mengamuk, bicara kasar, melukai orang, lingkungan dan orang lain.

Menurut penelitian Netrida (2015), Menyimpulkan bahwa tanda dan gejala  darimengepalkan tangan itu ada 40 (67,7%) responden. Pasien menunjukkan respon  dari fisiologisnya dimana ada mengepalkan tangan, mata melotot/ pandangan tajam, muka  merah, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat dan lain-lainnya. Menurut Hastuti (2013), respon fisiologis yang paling sering ditimbulkan adalah muka merah, sorot mata tajam,    mengepalkan tangan. Klienresiko perilaku kekerasan ini menunjukkan tanda gejala yang lebih   menonjol. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari 16 responden semuanya memiliki tanda   dan gejala dari mengepalkan tangan tersebut. Mengepalkan tangan merupakan suatu reaksi   marah dari respon fisiologis yang ditunjukkan oleh pasien yang arahnya untuk melihatkan  emosinya dan menunjukkan secara jelas kepada orang lain bahwa si pasien sedang marah  dengan cara mengepalkan tanganya tersebut. Gambaran analisis berdasarkan tanda. Menurut peneliti Netrida (2015), Menyimpulkan bahwa  tanda dan gejala dari mengatupkan rahang     dengan kuat ada sebanyak 45 (74%) responden dari 59 responden. Pasien yang  mengatupkan rahang dengan kuat itu terjadi apabila pasien  sedang menahan rasa amarahnya, atau geram  kepada seseorang yang pasien rasa bisa membuatnya marah ataupun kesal tersebut dengan menunjukkan  tanda gejalanya dengan cara mengatupkan rahang.

<!--[if gte vml 1]> <![endif]-->

 

Referensi

Dermawan, (2018). Modul Laboraturium Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyeng Publising

Muhith, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta

Susilowati (2015) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

Wahyuningsih, (2009). Pengaruh Assertiveness Training (AT) terhadap perilaku kekerasan   pada  klien skizofrenia di RSUD Banyumas