Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental yang terjadiadalah gangguan kecemasan dan gangguan skizofrenia, Diperkirakan 4,4 persen populasi global menderita gangguan skizofrenia, dan 3,6?ri gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 dan 2015.Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan diseluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017). Menurut data Riskesdas Tahun 2018, mencatat bahwa prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia adalah 1,7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Lebih lanjut juga Riskesdas menyebutkan bahwa prevalensi gangguan jiwa emosional pada penduduk Jawa Tengah adalah 9,8?riseluruh penduduk Indonesia (Riskesdes RI, 2018). Gangguan jiwa yang bisanya terjadi pada manusia antara lain gangguan kecemasan, gangguan psikotik, gangguan suasana hati, gangguan makan, gangguan kepribadian, gangguan pengendalian impuls dan kecanduan, gangguan obsesif kompulsif (ocd), gangguan stres pasca trauma (PTSD), (IDI Online, US & Healthdirect. 2016). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk melukai dirinya dan seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, ditandai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Dermawan, 2018).
Perawat dapat mengidentifikasikan dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan antara lain, muka merah, dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, mengepalkan tangan, mengatupkan rahang dengan kuat, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal dan fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan (Muhith, 2015) Menurut data penelitian Susilowati (2015),menunjukkan bahwa seseorang yang tidak dapat melampiaskan amarahnya dan timbul tanda dan gejalanya marah-marah,membanting barang, bicara keras, afek labil, kadang inhokem, mondar–mandir, sedih, tiba- tiba gembira. Menurut penelitian dari Wahyuningsih (2009) dengan judul Penurunan Perilaku Kekerasan pada klien Skizofrenia dengan Assertiveness Training (AT) menunjukkan bahwa hasil dari sebagian besaralasan masuk pasien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan sebanyak 62%. Ciri-ciri yang sering di tunjukkan pasien adalah mengamuk, bicara kasar, melukai orang, lingkungan dan orang lain.
Menurut penelitian Netrida (2015), Menyimpulkan bahwa tanda dan gejala darimengepalkan tangan itu ada 40 (67,7%) responden. Pasien menunjukkan respon dari fisiologisnya dimana ada mengepalkan tangan, mata melotot/ pandangan tajam, muka merah, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat dan lain-lainnya. Menurut Hastuti (2013), respon fisiologis yang paling sering ditimbulkan adalah muka merah, sorot mata tajam, mengepalkan tangan. Klienresiko perilaku kekerasan ini menunjukkan tanda gejala yang lebih menonjol. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari 16 responden semuanya memiliki tanda dan gejala dari mengepalkan tangan tersebut. Mengepalkan tangan merupakan suatu reaksi marah dari respon fisiologis yang ditunjukkan oleh pasien yang arahnya untuk melihatkan emosinya dan menunjukkan secara jelas kepada orang lain bahwa si pasien sedang marah dengan cara mengepalkan tanganya tersebut. Gambaran analisis berdasarkan tanda. Menurut peneliti Netrida (2015), Menyimpulkan bahwa tanda dan gejala dari mengatupkan rahang dengan kuat ada sebanyak 45 (74%) responden dari 59 responden. Pasien yang mengatupkan rahang dengan kuat itu terjadi apabila pasien sedang menahan rasa amarahnya, atau geram kepada seseorang yang pasien rasa bisa membuatnya marah ataupun kesal tersebut dengan menunjukkan tanda gejalanya dengan cara mengatupkan rahang.
<!--[if gte vml 1]>
Referensi
Dermawan, (2018). Modul Laboraturium Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Gosyeng Publising
Muhith, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta
Susilowati (2015) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Wahyuningsih, (2009). Pengaruh Assertiveness Training (AT) terhadap perilaku kekerasan pada klien skizofrenia di RSUD Banyumas