Senin, 27 Februari 2023 13:44 WIB

Pemfigoid Bulosa

Responsive image
6366
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Pemfigoid bulosa (bullous pemphigoid) adalah penyakit kulit langka yang menyerang sistem imun. Penyakit ini diawali dengan ruam kemerahan dan urtikaria kemudian berubah menjadi lenting besar berisi cairan setelah beberapa minggu atau bulan dan terasa gatal. Cairan di dalam lenting ini biasanya bening, namun bisa berubah menjadi sedikit keruh atau kemerahan berisi darah. Lenting biasanya muncul di area area lipatan kulit seperti ketiak, paha atas, dan perut bagian bawah. Pada kasus yang parah, lepuh bisa juga menutupi sebagai besar kulit, termasuk bagian dalam mulut. jenis penyakit kulit ini dapat berkembang menjadi kronis bila dibiarkan berkepanjangan atau tidak menjalani perawatan setelah pemulihan. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan perawatan yang tepat jika Anda menderita penyakit ini. Penyakit bullous pemphigoid biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan, tetapi mungkin membutuhkan waktu hingga lima tahun untuk menyelesaikannya. Perawatan biasanya membantu menyembuhkan lepuh dan mengurangi rasa gatal. Pemfigoid bulosa dapat menyerang siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh orang usia 60 tahun atau lebih. Gejala penyakit ini umumnya muncul di salah satu area kulit, tetapi juga bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Pemfigoid bulosa perlu segera ditangani, untuk mencegah munculnya lepuhan baru dan infeksi kulit.

Penyebab Pemfigoid Bulosa

Pada penderita pemfigoid bulosa, sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan kulit yang menghubungkan lapisan kulit terluar (epidermis) dan tengah (dermis). Kondisi di atas menyebabkan timbulnya peradangan yang menyebabkan epidermis dan dermis tidak saling mengikat sehingga muncul luka lepuh.

Belum diketahui secara pasti mengapa sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan kulit, tetapi kondisi ini diduga dipicu oleh beberapa faktor berikut:

  • Penggunaan obat-obatan, seperti etanercept, sulfasalazine, dan furosemide 
  • Penyakit kulit, seperti psoriasis dan lichen planus
  • Gangguan medis tertentu, seperti diabetes, rheumatoid arthritis, kolitis ulseratif, stroke, demensia, penyakit parkinson, dan multiple scerosis
  • Radioterapi untuk pengobatan kanker dan paparan sinar ultraviolet

Gejala Pemfigoid Bulosa

Gejala awal pemfigoid bulosa adalah berubahnya warna kulit menjadi   kemerahan, kehitaman, dan terasa gatal. Keluhan ini umumnya muncul di bagian lipatan kulit, seperti ketiak, selangkangan, atau perut.

Setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, pada permukaan kulit tersebut akan muncul luka lepuh yang berisi cairan bening atau cairan bercampur darah. Lepuhan ini tidak mudah pecah bila ditekan dengan lembut. Namun, lepuh yang robek atau pecah dapat menimbulkan sakit, tetapi tidak meninggalkan bekas luka.

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter bila mengalami gejala seperti di atas. Anda juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan apabila mengalami beberapa keluhan berikut:

  • Tanda-tanda infeksi, seperti demam dan kulit bernanah
  • Luka lepuh muncul di mata, hidung, atau di dalam mulut

Pemeriksaan Pemfigoid Bulosa

Untuk mendiagnosis pemfigoid bulosa, dokter akan melakukan tanya jawab tentang gejala yang dialami dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berupa tes darah dan biopsi kulit. 

Penanganan Pemfigoid Bulosa

Pengobatan pemfigoid bulosa bertujuan untuk menghilangkan lepuhan kulit, meredakan gatal, dan mencegah munculnya lepuhan baru. Jenis-jenis obat yang dapat digunakan untuk pemfigoid bulosa antara lain:

1. Obat obatan

  • Kortikosteroid

Obat golongan kortikosteroid bertujuan untuk mengurangi peradangan dengan cara menurunkan aktivitas sistem imun. Obat ini tersedia dalam bentuk salep dan tablet.

Kortikosteroid tablet tidak boleh digunakan dalam jangka panjang, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya diabetes, hipertesi, kolesterol tinggi, tulang rapuh (osteoporosis), dan infeksi. Oleh karena itu, pengobatan akan segera dihentikan secara bertahap bila lepuhan kulit sudah hilang.

  • Obat imunosupresif

Sama dengan kortikosteroid, obat ini bekerja dengan cara menekan aktivitas sistem imun. Obat imunosupresif diberikan agar dosis kortikosteroid dapat dikurangi sehingga efek samping dari kortikosteroid bisa dihindari.

  • Salep antibiotik

Jika muncul tanda-tanda infeksi pada kulit atau lepuhan pecah, dokter akan memberikan salep antibiotik, seperti tetracycline hydrochloride. 

2. Pemeliharaan

Pasien pempfigoid bulosa juga dianjurkan untuk melakukan beberapa upaya guna mencegah luka bertambah parah, yaitu:

  • Hindari paparan sinar matahari secara langsung.
  • Kenakan pakaian berbahan katun dan longgar untuk mengurangi gesekan pada kulit.
  • Mandi dengan sabun khusus kulit sensitif dan menggunakan pelembab sesudah mandi.
  • Jangan mengonsumsi makanan yang keras atau renyah bila memiliki luka lepuh di dalam mulut.
  • Batasi aktivitas yang melibatkan bagian tubuh dengan luka lepuh.

 

Referensi :

Zigawindi Nurhidayati, dkk, 2017,  Diagnosis dan tatalaksana pemfigoid bulosa pad pasien geriatric , jurnal kesehatan fakultas kedokteran Unila Lampung

Kremer, N. et al. (2018). Rituximab and Omalizumab for the Treatment of Bullous Pemphigoid: A Systematic Review of the Literature. American Journal of Clinical Dermatology, 20(2), pp. 209–16.

International Pemphigus & Pemphigoid Foundation (2022). Events.

National Organization for Rare Disorders (2022). Bullous Pemphigoid.

National Heart Service UK (2021). Health A to Z. Bullous Pemphigoid.

Cleveland Clinic (2019). Disease & Conditions. Bullous Pemphigoid.

Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Bullous Pemphigoid.

Chan, L. Medscape (2020). Bullous Pemphigoid Treatment & Management.