Jumat, 17 Februari 2023 17:02 WIB

Borderline Personality Disorder

Responsive image
29678
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Borderline Personality Disorder (BPD) adalah salah satu dari jenis gangguan mental yang membuat penderitanya sulit mengendalikan emosi. Kondisi ini bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari pengidapnya, yang diakibatkan oleh mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, dan kesulitan menjalani hubungan sosial. Diperkirakan 1 hingga 4% orang di dunia mengidap penyakit ini. Umumnya gejala borderline personality disorder muncul pada masa remaja akhir atau dewasa muda, dan lebih sering dialami oleh wanita. Pikiran yang mengganggu ini juga memicu perasaan takut ditolak, cemas, marah, tidak berarti, takut ditinggalkan, atau marah.  Bahkan, mereka juga memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Gangguan kepribadian ambang biasanya dimulai pada awal masa dewasa dan umumnya membaik seiring bertambahnya usia. Borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang merupakan penyakit mental yang mempengaruhi cara berpikir dan cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Karena adanya gangguan pada cara pikir dan persepsi, pengidap BPD biasanya sangat kesulitan dalam mengontrol emosi, memiliki masalah pada citra diri, dan sering kali terlibat dalam pola hubungan yang tidak stabil. Penderita gangguan kepribadian memiliki cara pikir, cara pandang, dan perasaan yang berbeda dibandingkan dengan orang pada umumnya. Kondisi ini sering kali menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hubungan penderita dengan orang lain.

Penyebab BPD (Borderline Personality Disorder)

Penyebab pasti borderline personality disorder belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor di bawah ini diduga dapat memicu terjadinya BPD :

1.      Peristiwa Traumatis

Mengalami peristiwa traumatis, seperti pelecehan, kekerasan, atau penelantaran saat kanak-kanak, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Selain itu, komunikasi yang buruk dalam keluarga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya BPD.

2.      Genetik

Menurut beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian ambang lebih berisiko mengalami kondisi ini.

3.      Kelainan pada Otak

Berdasarkan penelitian, penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak, terutama pada area yang mengatur perilaku dan emosi. Penderita BPD juga diduga memiliki kelainan fungsi zat kimia otak yang berperan dalam mengatur emosi.

Gejala BPD (Borderline Personality Disorder)

Gejala BPD pun kerap kali dianggap sebagai bipolar karena bentuknya yang sangat mirip. Berikut gejala-gejala yang mengindikasikan borderline personality disorder :

1.      Perubahan suasana hati secara intens. Individu yang mengidap BPD dapat mengalami perubahan suasana hati secara mendadak terhadap diri sendiri maupun orang lain. Emosinya bisa irasional, seperti kemarahan, ketakutan, kecemasan, kebencian, dan kesedihan yang tidak terkendali. Pengidapnya mungkin bisa sampai marah atau menyerang orang lain dan kesulitan untuk menenangkan dirinya sendiri.

2.      Takut ditinggalkan. Perasaan ini sangat umum dialami oleh pengidap BPD. Mereka bisa tidak nyaman dengan kesendirian dan takut ditolak sampai ditinggalkan oleh orang lain. Dalam kasus yang ekstrem, pengidapnya bisa nekat untuk melacak keberadaan orang yang mereka cintai atau mencegah orang tersebut pergi.

3.      Kesulitan mempertahankan hubungan. Sebagian besar pengidap BPD kesulitan untuk mempertahankan hubungannya. Persahabatan, pernikahan, dan hubungan mereka dengan anggota keluarga seringkali kacau dan tidak stabil.

4.      Perilaku impulsif dan berbahaya.  Pengidap BPD juga kerap impulsif dan melakukan perilaku-perilaku berbahaya, seperti mengemudi sembrono, berkelahi, berjudi, penyalahgunaan zat, dan aktivitas seksual yang tidak aman. Perilaku ini bisa sulit atau tidak mungkin dikendalikan.

5.      Menyakiti diri sendiri. Salah satu perilaku berbahaya lainnya yang bisa dilakukan pengidap BPD adalah menyakiti diri sendiri. Mereka bisa nekat memotong, membakar atau melukai diri sendiri sampai memiliki pikiran untuk bunuh diri.

6.      Depresi. Banyak orang dengan BPD sering merasa sedih, bosan, tidak terpenuhi atau “kosong.” Perasaan tidak berharga dan membenci diri sendiri juga umum terjadi.

7.      Paranoid. Orang-orang yang mengidap BPD sering merasa khawatir terhadap pemikiran orang lain. Mereka takut bahwa orang-orang tidak menyukai dirinya atau tidak ingin menghabiskan waktu bersama dirinya.

Penanganan BPD (Borderline Personality Disorder)

Beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan oleh dokter adalah :

1.      Psikoterapi

Ada beberapa jenis psikoterapi yang bisa dilakukan untuk menangani BPD, yaitu :

a.      Dialectical Behavior Therapy (DBT)

Dialectical behavior therapy dilakukan melalui dialog dengan tujuan agar pasien dapat mengendalikan emosi, menerima tekanan, dan memperbaiki hubungan dengan orang lain. DBT dapat dilakukan secara individual, atau dalam sebuah grup konsultasi.

b.      Mentalization-Based Therapy (MBT)

Terapi ini menitikberatkan metode berpikir sebelum bereaksi. MBT membantu pasien BPD menilai perasaan dan pikirannya sendiri serta menciptakan perspektif positif dari situasi yang dihadapi. Terapi ini juga membantu pasien untuk mengerti perasaan orang lain dan konsekuensi perbuatannya terhadap perasaan orang lain.

c.      Schema-Focused Therapy

Terapi ini membantu pasien BPD menyadari kebutuhannya yang tidak terpenuhi dan akhirnya memicu pola hidup negatif. Terapi akan berfokus pada usaha pemenuhan kebutuhan tersebut melalui cara yang lebih sehat sehingga terbangun pola hidup yang positif.

d.      Transference-Focused Psychotherapy

Transference-Focused Psychotherapy (TFP) atau terapi psikodinamis membantu pasien memahami emosi dan kesulitan yang dialaminya dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain (interpersonal).

e.      Good Psychiatric Management

Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien terhadap emosi yang dialaminya dengan mempertimbangkan perasaan orang lain. Terapi dapat dipadukan dengan pemberian obat, terapi kelompok atau perorangan, dan penyuluhan pada keluarga.

f.       STEPPS

STEPPS atau systems training for emotional predictability and problem-solving merupakan terapi kelompok yang dapat dilakukan bersama anggota keluarga, teman, pasangan, atau pengasuh. Terapi ini umumnya berlangsung selama 20 minggu, dan biasanya digunakan sebagai terapi tambahan bersama psikoterapi lainnya.

2.      Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan bukan untuk mengatasi BPD, melainkan untuk mengatasi gejala atau gangguan mental lain yang muncul bersamaan dengan kondisi ini, seperti depresi dan gangguan kecemasan.

 

Referensi :

Tommi Raharja, dkk. 2021. Pasien Depresi dengan Gangguan Kepribadian Borderline yang Mendapatkan Terapi Psikofarmaka dan Psikoterapi Psikodinamik. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Cleveland Clinic. 2022. Disease & Conditions. Borderline Personality Disorder (BPD).

Mayo Clinic. 2022. Diseases & Conditions. Borderline Personality Disorder.

MSD Manual. 2021. Borderline Personality Disorder (BPD).

Verywell Health. 2022. What Is Dialectical Behavior Therapy (DBT)?  

Kulacaoglu, F. & Kose, S. 2018. Borderline Personality Disorder (BPD) : In the Midst of Vulnerability, Chaos, and Awe. Brain Sciences, 8(11), pp. 201.

National Institute of Health. 2022. National Institute of Mental Health. Borderline Personality Disorder.

Victoria State Government. 2019. BetterHealth Chanel. Borderline Personality Disorder.