Senin, 06 Februari 2023 14:16 WIB

Mengenal Perubahan Fisiologis Hormon pada Masa Pubertas

Responsive image
21482
Wira Gotra - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Pubertas merupakan suatu tahap dalam proses tumbuh kembang. Sebagai suatu tahapan fisiologis, pubertas yang terjadi akan diikuti kemampuan dalam bereproduksi. Pada laki-laki manifestasinya dalam bentuk spermatogenesis, sedangkan pada wanita berupa ovulasi. Perubahan fisis yang mencolok terjadi selama proses ini, diikuti perkembangan ciri-ciri seksual sekunder, perubahan dalam komposisi tubuh dan perubahan maturasi tulang yang cepat, diakhiri dengan penyatuan epifisis serta terbentuknya perawakan akhir dewasa. Perubahan fisis selama pubertas terjadi sekunder akibat perubahan endokrinologis yang berlangsung saat pubertas. Perubahan endokrinologis merupakan suatu tahap dari proses yang berlangsung sejak fetus dan berlanjut selama pubertas untuk pencapaian maturasi seksual yang lengkap dan fertilitas.

Pada masa pubertas secara umum baik pada wanita dan laki-laki dalam fase persiapan menuju dewasa ( transisi). Fase ini juga melingkupi berkembangnya hormon hormon kewanitaan dan hormon hormon yang mengatur pertumbuhan tanda tanda seks sekunder pada pria dan wanita, seperti mulai tumbuhnya bulu bulu tubuh, perubahan suara pada pria, pertumbuhan payudara pada wanita.

Pada anak laki-laki LH menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi testosteron, sedangkan FSH menstimulasi sel Sertoli memproduksi suatu peptida yang disebut inhibin yang pada gilirannya akan menimbulkan reaksi umpan balik dan menghambat estrogen FSH. Pada wanita FSH menstimulasi sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan folikel untuk mensekresi inhibin. Sementara itu LH muncul dan sedikit berperan sampai saat menarke dan menjadi pencetus timbulnya ovulasi, selanjutnya menstimulasi sel theca mensekresi androgen dan prekursornya.

Pada wanita terjadi perubahan hormonal yang mencolok menjelang menarke berupa penurunan sensitivitas mekanisme umpan balik negatif hormon seks. FSH kurang ditekan oleh hormon seks, sehingga kadarnya akan meningkat. Meningkatnya kadar FSH akan merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer berkembang dan kadar estradiol meningkat. Perubahan status hormon ini akan tampak berupa munculnya tanda-tanda seks sekunder. Beberapa saat menjelang menarke, muncul mekanisme kontrol baru yaitu umpan balik positif dari estradiol terhadap hipofisis yang menghasilkan lonjakan LH. Lonjakan LH berkaitan dengan ovulasi. Bila tidak terjadi ovulasi kadar estradiol menurun, dan keadaan ini diikuti dengan perdarahan akibat deskuamasi endometrium, yang berupa haid pertama (menarke).

Pada anak laki-laki, peningkatan ukuran testis selama masa prepubertas dan pubertas disebabkan oleh perkembangan tubulus seminiferus dibawah pengaruh stimulasi FSH. Sekresi LH secara pulsatil menginduksi diferensiasi sel interstisial menjadi sel Leydig yang mensekresi testosteron dan pada gilirannya akan mempengaruhi umpan balik negatif terhadap sekresi FSH. Pada saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh stimulasi FSH dan testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig dibawah kontrol LH. Hormon pertumbuhan dan steroid seks berperan penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan linier selama pubertas. Pertumbuhan cepat tinggi badan masa pubertas pada anak 2163 laki-laki dipengaruhi oleh hormon testosteron, sedangkan pada wanita dipengaruhi oleh hormon estron. Pada masa awal pubertas kedua hormon ini merangsang tinggi badan antara lain dengan cara meningkatkan nafsu makan dan aktivitas fisis. Informasi awal mengenai perubahan perubahan pada masa pubertas ini menjadi sangat penting diinformasikan kepada para sobat sehat sekalian supaya dapat memahami dan tidak panik. Apabila para sobat sehat mengalami gangguan atau masalah dalam perkembangan saat pubertas jangan ragu untuk segera memeriksakan diri kepada para dokter khususnya dalam bidang endokrinologi sehigga mendapatkan penanganan awal yang baik dan tepat. Salam Sehat, Sehat Indonesia.

 

Referensi:

Ernani Luis Rhoden, Abraham Morgentaler .  Risks of Testosterone-Replacement Therapy and Recommendations for Monitoring. N Engl J Med. 2004;350:482-92.

Bruno Lunenfeld. Androgen therapy in the aging male. World J Urol.2003; 21: 292–305.

Katherine Margo, Robert Winn. Testosterone Treatments:Why, When, and How? Am Fam Physician.2006;73:1591-8, 1603

J. Lisa Tenover. The Androgen-Deficient Aging Male:Current Treatment Options. Rev Urol. 2003;5(suppl 1):S22–S28

Hajjar RR, Kaiser FE, Morley JE. Outcomes of long-term testosterone replacement in older hypogonadal males: a retrospective analysis. J Clin Endocrinol Metab .1997;82:3793-6.

Singh AB, Hsia S, Alaupovic P, et al. The effects of varying doses of T on insulin sensitivity, plasma lipids, apolipoproteins, and C-reactive protein in healthy young men. J Clin Endocrinol Metab.2002;87:136-43.

Andrea D. Coviello, Beth Kaplan, Kishore M. Lakshman, et al.  Effects of Graded Doses of Testosterone on Erythropoiesis in Healthy Young and Older Men. J Clin Endocrinol Metab. March. 2008;93(3):914–919

Luigi Mearini, Alessandro Zucchi, Elisabetta Nunzi et al. Low serum testosterone levels are predictive of prostate cancer. World J Urol.2013; 31:247–252

Hipogonadisme, Modul Kuliah Sp1 Ilmu Kesehatan Anak. FK Unair. Available at : https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/EN05_Hipogonadisme.pdf. Akses: 12 Juli 2022