Rabu, 04 Januari 2023 15:19 WIB

Skrining Retinopathy of Prematurity (ROP)

Responsive image
8711
dr. Julie Dewi Barliana, Sp.M(K), M.Biomed - RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Apa itu Retinopathy of Prematurity (ROP)?

Retinopathy of prematurity (ROP) merupakan perkembangan abnormal dari pembuluh darah retina yang umumnya terjadi pada bayi prematur. Retina merupakan bagian terdalam lapisan bola mata yang berfungsi menerima cahaya dan menyampaikannya ke otak sehingga kita bisa melihat. ROP merupakan penyebab utama kebutaan pada anak yang dapat dicegah. Kebutaan pada ROP terjadi pada stadium lanjut (stadium 4-5) ketika terjadi ablasio retina.

Berapa angka kejadian ROP dan kebutaan akibat ROP?

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001, ROP merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan pada anak di negara-negara berpenghasilan tinggi dan merupakan penyebab kedua setelah katarak di negara-negara berpenghasilan menengah. Angka kejadian ROP yang meningkat di negara-negara berkembang kemungkinan disebabkan oleh peningkatan kemajuan ilmu dan teknologi di neonatal intensive care units (NICU). Hal ini diiringi oleh peningkatan angka harapan hidup bayi prematur yang umumnya lahir dengan risiko penyakit dan abnormalitas, termasuk ROP.

· Studi di Inggris tahun 2011 menunjukkan angka kejadian ROP sebesar 12.6% pada bayi yang lahir di usia kehamilan < 32 minggu dan berat lahir < 1500 gram.

· Di Amerika Serikat, angka kejadian ROP pada tahun 2000 – 2012 sebesar 16.4%.

· Di Korea Selatan, angka kejadian ROP pada tahun 2007 – 2018 sebesar 29.8% pada bayi yang lahir di usia kehamilan < 37 minggu dan pada tahun 2006 – 2014 sebesar 31.7% pada bayi dengan berat lahir < 1500 gram.

· Di Indonesia, angka kejadian ROP pada tahun 2016 – 2017 sebesar 18% pada bayi yang lahir di usia kehamilan < 28 minggu, 7% pada bayi yang lahir di usia kehamilan 28 – 32 minggu, dan 3.8% pada bayi yang lahir di usia kehamilan > 32 minggu. Rendahnya angka kejadian ROP di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya mungkin dapat disebabkan oleh tingginya angka kematian pada bayi ROP.

· Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kirana, data angka kejadian ROP yang datang ke poliklinik pada tahun 2021 sebesar 227 bayi.

Dengan tingginya gangguan penglihatan dan kebutaan akibat ROP, diperlukan tindakan skrining secara aktif untuk bayi-bayi risiko tinggi ROP. Kebutaan pada ROP dapat dicegah dengan melakukan skrining di waktu yang tepat untuk menegakkan diagnosis dan memberikan tatalaksana yang adekuat.

Siapa saja yang perlu diskrining?

Kriteria skrining ROP di Indonesia mengacu pada rekomendasi hasil Workshop Pokja Nasional ROP dan Bayi Prematur Tahun 2010, yaitu:

· Bayi dengan berat lahir ≤ 1500 gram

· Bayi lahir dengan usia kehamilan ≤ 34 minggu

· Bayi dengan berat lahir > 1500 gram atau usia kehamilan > 34 minggu dilakukan skrining jika terdapat faktor risiko berupa:

Penggunaan oksigen > 7 hari atau oksigen konsentrasi tinggi

Infeksi berat (sepsis)

Transfusi darah berulang

Sesak nafas berulang

Penyakit jantung bawaan

Perdarahan otak

Riwayat keluarga dengan retinopati prematuritas

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chang et al., di antara faktor risiko ROP, usia kehamilan merupakan faktor yang paling memengaruhi timbulnya dan perkembangan ROP.

Kapan skrining ROP mulai dilakukan?

Skrining ROP mulai dilakukan tergantung dari usia kehamilan. Jika bayi lahir di usia kehamilan > 30 minggu, skrining dilakukan 2-4 minggu setelah kelahiran. Jika bayi lahir di usia kehamilan ≤ 30 minggu, skrining dilakukan 4 minggu setelah kelahiran. Skrining ROP dilakukan setidaknya satu kali pemeriksaan sebelum pulang dari perawatan di rumah sakit. Pada bayi yang sedang dalam perawatan di rumah sakit, skrining ROP dilakukan di perinatologi. Sementara itu, pada bayi yang sudah pulang dari perawatan di rumah sakit, skrining ROP dapat dilakukan di poliklinik. Selama skrining, monitor denyut jantung dan saturasi oksigen bayi perlu diperhatikan.

Siapa yang melakukan skrining ROP?

Skrining ROP dilakukan oleh dokter spesialis mata yang terlatih dan berpengalaman dalam mendeteksi ROP.

Kapan skrining ROP dapat dihentikan?

Skrining ROP dapat dihentikan jika retina sudah matang/matur atau sekitar 42-45 minggu usia post menstruasi yang dihitung dari usia kehamilan ditambah usia anak sejak lahir. Contohnya jika bayi lahir di usia kehamilan 28 minggu dan saat ini bayi usia 14 minggu maka usia bayi tersebut adala 42 minggu secara post menstruasi sehingga skrining ROP dapat dihentikan.

 Apakah semua bayi ROP harus diterapi?

Tatalaksana ROP dilakukan berdasarkan dari derajat penyakit. Pada kasus ROP derajat ringan, bayi cukup diobservasi dan dapat sembuh dengan sendirinya (regresi spontan). Namun, pada kasus yang berat, bayi perlu mendapatkan terapi berupa laser fotokoagulasi, krioterapi, penyuntikan obat anti-VEGF ke dalam bola mata, atau operasi. Terapi ini bertujuan untuk mencegah perkembangan dari ROP yang dapat menyebabkan kebutaan. Selain kebutaan, beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada ROP meliputi katarak, glaukoma, strabismus (juling), dan kelainan refraksi (myopia tinggi, astigmatisme, atau hipermetropia).

Bila ditemukan bayi dengan risiko tinggi, segera periksakan bayi anda ke dokter spesialis mata. Protokol skrining yang tepat dan tatalaksana yang sesuai merupakan faktor penting untuk mencegah progresivitas dan komplikasi dari ROP. Keterlambatan diagnosis, terapi, dan ketidakteraturan follow-up akan meningkatkan risiko perburukan ROP yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kebutaan pada anak.

 

Referensi:

Khan AO, Ta Chen Peter Chang C, El-Dairi MA, Lee KA, Miraldi Utz V, Mireskandari K, et al. 2022-2023 Basic and Clinical Science Course, Section 6: Pediatric Ophthalmology and Strabismus. 2022.

Brar VS, Law SK, Lindsey JL, Mackey DA, Schultze RL, Silverstein E, et al. Basic and Clinical Science Course Section 2: Fundamentals and Principles of Ophthalmology. 2022.

Chiang MF, Quinn GE, Fielder AR, Ostmo SR, Paul Chan R v., Berrocal A, et al. International Classification of Retinopathy of Prematurity, Third Edition. Ophthalmology [Internet]. 2021 Oct 1 [cited 2022 Dec 13];128(10):e51–68. Available from: https://www.aaojournal.org/article/S0161642021004164/fulltext

Gilbert C, Foster A. Childhood blindness in the context of VISION 2020-The Right to Sight.

Painter SL, Wilkinson AR, Desai P, Goldacre MJ, Patel CK. Incidence and treatment of retinopathy of prematurity in England between 1990 and 2011: database study. Br J Ophthalmol [Internet]. 2015 Jun 1 [cited 2022 Dec 28];99(6):807–11. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25427778/

Ludwig CA, Chen TA, Hernandez-Boussard T, Moshfeghi AA, Moshfeghi DM. The Epidemiology of Retinopathy of Prematurity in the United States. Ophthalmic Surg Lasers Imaging Retina [Internet]. 2017 Jul 1 [cited 2022 Dec 28];48(7):553–62. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28728176/

Hong EH, Shin YU, Bae GH, Choi YJ, Ahn SJ, Sobrin L, et al. Nationwide incidence and treatment pattern of retinopathy of prematurity in South Korea using the 2007–2018 national health insurance claims data. Sci Rep [Internet]. 2021 Dec 1 [cited 2022 Dec 28];11(1):1451. Available from: /pmc/articles/PMC7809441/

Na KH, Kim KH, Kang TU, Hann HJ, Ahn HS, Kim HJ. Incidence, Long-Term Visual Outcomes, and Mortality in Retinopathy of Prematurity in Korea: A Nationwide Population-Based Study. Invest Ophthalmol Vis Sci [Internet]. 2020 Aug 1 [cited 2022 Dec 28];61(10). Available from: /pmc/articles/PMC7443112/

Siswanto JE, Bos AF, Dijk PH, Rohsiswatmo R, Irawan G, Sulistijono E, et al. Multicentre survey of retinopathy of prematurity in Indonesia. BMJ Paediatr Open [Internet]. 2021 Jan 1 [cited 2022 Aug 18];5(1):e000761. Available from: https://bmjpaedsopen.bmj.com/content/5/1/e000761

Sitorus RS, Djatikusumo A, Andayani G, Barliana JD, Yulia DE. Pedoman Nasional Skrining dan Terapi Retinopathy of Prematurity (ROP) pada Bayi Prematur di Indonesia. 2011.

Chang JW. Risk factor analysis for the development and progression of retinopathy of prematurity. PLoS One [Internet]. 2019 Jul 1 [cited 2022 Oct 27];14(7):e0219934. Available from: https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0219934

Hong EH, Shin YU, Cho H. Retinopathy of prematurity: a review of epidemiology and current treatment strategies. Clin Exp Pediatr [Internet]. 2022 Mar 1 [cited 2022 Oct 30];65(3):115. Available from: /pmc/articles/PMC8898617/