Rabu, 28 Desember 2022 13:46 WIB

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Responsive image
25114
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah kondisi ketika kelenjar prostat mengalami perbesaran yang berakibat aliran urine menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat hanya dimiliki oleh pria. Oleh karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua pria mengalami pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke atas. Meski begitu, tingkat keparahan gejalanya bisa berbeda pada tiap penderita dan tidak semua pembesaran prostat menimbulkan masalah. Prostatektomi alias operasi prostat merupakan prosedur bedah yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang dimiliki oleh laki-laki dan terletak di bawah kandung kemih. Kelenjar prostat memiliki fungsi memproduksi air mani. Tindakan medis ini dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar prostat. Selain itu, operasi ini juga bisa dilakukan untuk mengangkat jaringan lain di sekitar prostat. Ada beberapa kondisi medis yang bisa ditangani dengan operasi prostatektomi, termasuk kanker prostat dan benign prostatic hyperplasia. Sebelum menjalankan operasi, dokter terlebih dahulu akan memeriksa ada atau tidak indikasi prostatektomi. Pria usia 60 tahun ke atas sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter secara berkala, terutama bila mengalami gangguan buang air kecil. Bila tidak ditangani, terhambatnya aliran urine akibat BPH dapat menganggu fungsi ginjal dan kandung kemih. Namun, perlu diketahui, pembesaran prostat jinak tidak terkait dengan kanker prostat.

Penyebab Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon seksual seiring pertambahan usia pria.

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena pembesaran prostat jinak, yaitu :

1.      Berusia di atas 60 tahun.

2.      Kurang berolahraga

3.      Memiliki berat badan berlebih.

4.      Menderita penyakit jantung atau diabetes.

5.      Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta.

6.      Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat.

Gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama benign prostatic hyperplasia adalah gangguan saat buang air kecil, yang bisa berupa :

1.      Urine sulit keluar di awal buang air kecil.

2.      Perlu mengejan saat buang air kecil.

3.      Aliran urine lemah atau tersendat-sendat.

4.      Urine menetes di akhir buang air kecil.

5.      Buang air kecil terasa tidak tuntas.

6.      Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering.

7.      Beser atau inkontinensia urine.

Kapan Harus ke Dokter

Segera periksakan diri ke dokter bila mengalami gangguan saat buang air kecil, terutama jika disertai dengan :

1.      Nyeri saat buang air kecil.

2.      Terdapat darah dalam urine (hematuria).

3.      Urine tidak keluar sama sekali.

Pemeriksaan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Untuk menentukan apakah pasien menderita pembesaran prostat jinak, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, kemudian melakukan pemeriksaan colok dubur guna mengetahui ukuran prostat.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah :

1.      USG prostat, untuk melihat ukuran prostat pasien.

2.      Tes urine, untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau kondisi lain yang memiliki gejala mirip dengan pembesaran prostat jinak.

3.      Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan gangguan pada ginjal.

4.      Tes pengukuran kadar antigen (PSA) dalam darah. PSA dihasilkan oleh prostat dan kadarnya dalam darah akan meningkat bila kelenjar prostat membesar atau mengalami gangguan.

Guna memastikan pasien menderita pembesaran prostat jinak dan menyingkirkan kemungkinan adanya kondisi lain, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut :

1.      Mengukur kekuatan pancaran urine dan jumlah urine yang keluar.

2.      Memeriksa kemampuan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.

3.      Memeriksa kemungkinan adanya kanker prostat, melalui biopsi atau pengambilan sampel jaringan prostat untuk diteliti di laboratorium

4.      Melihat kondisi uretra dan kandung kemih, dengan memasukkan selang fleksibel berkamera (sistoskopi) melalui lubang kencing.

Penanganan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Penanganan pembesaran prostat jinak tergantung pada usia dan kondisi pasien, ukuran prostat, serta tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan yang dapat dilakukan meliputi :

1.      Perawatan Mandiri

Bila gejala yang dirasakan tergolong ringan, pasien bisa melakukan penanganan secara mandiri untuk meredakan gejala, yaitu dengan :

a.      Menghindari minum apa pun 1-2 jam sebelum tidur.

b.      Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan alkohol.

c.      Membatasi konsumsi obat pilek yang mengandung dekongestan dan antihistamin.

d.      Tidak menahan atau menunda buang air kecil.

e.      Membuat jadwal untuk buang air kecil, misalnya tiap 4 atau 6 jam.

f.       Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang sehat.

g.      Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam kegel.

h.      Mengelola stres dengan baik.

2.      Obat-obatan

Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan gejala, dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut :

a.      Penghambat alfa, seperti tamsulosin, untuk memudahkan buang air kecil.

b.      Penghambat 5-alpha reductase, seperti finasteride atau dutasteride, untuk menyusutkan ukuran prostat.

3.      Operasi

Ada sejumlah metode operasi prostat yang bisa dilakukan oleh dokter urologi untuk mengatasi pembesaran prostat jinak, di antaranya :

a.      Transurethral Resection of The Prostate (TURP)

TURP merupakan metode operasi yang paling sering dilakukan untuk mengangkat kelebihan jaringan prostat. Dalam prosedur ini, jaringan prostat yang menyumbat diangkat sedikit demi sedikit, menggunakan alat khusus yang dimasukkan melalui lubang kencing.

b.      Transurethral Incision of The Prostate (TUIP)

TUIP tidak mengangkat jaringan prostat, tetapi membuat irisan kecil pada prostat agar aliran urine menjadi lancar. Prosedur ini dilakukan pada pembesaran prostat yang ukurannya kecil hingga sedang.

Referensi :

M. Azzaki Pimandama, dkk. 2018. Benign Prostatic Hyperplasia dengan Retensi Urin dan Vesicolithiasis. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Unila Lampung.

Prasetyo, Z., Budaya, T., & Daryanto, B. 2021. Characteristics of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Patients Undergoing Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Jurnal Kedokteran Brawijaya, 31(4), pp. 220-3.

Sutanto, R. 2021. Benign Prostatic Hyperplasia : Updated Treatment and Prevention Management. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(3), pp. 90-7.

American Urological Association. 2021. What is Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)?

Canadian Cancer Society. 2021. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

Mayo Clinic. 2021. Diseases & Conditions. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

Lights, V. Healthline. 2021. What Do You Want to Know About Enlarged Prostate?

Griffin, R. WebMD. 2020. Enlarged Prostate Treatments.