Menurut CDC, long Covid dapat mencakup berbagai gejala yang bertahan beberapa bulan setelah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19, termasuk sesak napas, sakit kepala, nyeri sendi atau otot, pusing, dan sulit berpikir atau berkonsentrasi atau yang dikenal sebagai brain fog atau kabut otak.
Para peneliti menganalisis data dari 81.337 orang yang mengikuti Great British Intelligence Test pada tahun 2020. Dari data tersebut, sekitar 13.000 melaporkan, bahwa mereka telah terinfeksi Covid-19, dan 275 di antaranya telah menyelesaikan tes sebelum dan sesudah infeksi. Para Peneliti mengatakan, orang-orang yang menjalani perawatan dengan ventilator saat Covid-19, menunjukkan efek yang paling substansial. Rata-rata, skor IQ (Intelligence Quotients) mereka turun 7 poin. (www.kompas.com/sains/read/2021/08/03/130500023)
Sejak Desember 2020, peneliti mengamati 120 pasien Perancis rata- rata hampir empat bulan setelah mereka terinfeksi. Menemukan bahwa 34% melaporkan kehilangan ingatan, 28% mengalami kesulitan berkonsentrasi dan 31% mengalami kesulitan tidur. Studi lain mengidentifkasi gejala neurologis pada 82% dari 419 pasien di beberapa titik dalam perjalanan penyakit, termasuk sekitar sepertiga yang memiliki dengan fungsi mental.(www.health.grid.id)
Apa itu Brain Fog?
Brain Fog atau kabut otak adalah kondisi dimana seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa fokus ketika memikirkan suatu hal. Brain Fog bukanlah sebuah penyakit, tetapi gejala dari kondisi atau penyakit tertentu yang bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir dan mengingat. (www.alodokter.com)
Kenapa Covid-19 bisa menyebabkan Brain Fog?
Menurut Dokter Spesialis Syaraf Dr .dr. Yuda Turana, Sp.S, sebuah penelitian pada 2006 telah menunjukkan bahwa pusat memori otak (Hippocamus) sangat rentan terhadap inflamasi dan peradangan.
Studi lain yang diterbitkan dalam Cancer Cell menemukan terjadinya peningkatan pada kadar sitokin inflamasi di dalam cairan yang berfungsi untuk mengelilingi otak dalam waktu beberapa minggu setelah infeksi seseorang terinfeksi virus corona. Sitokin ini adalah sejenis molekul yang dibuat oleh sistem imunitas yang berperan untuk mendorong peradangan. Akibat terjadinya peradangan pada otak, kemampuan neuron dalam berkomunikasi pun akan mengalami hambatan. Para peneliti menduga bahwa kondisi ini bisa menjadi salah satu faktor yang berperan dalam munculnya brain fog. Bahkan, para peneliti pun telah melakukan identifikasi terhadap perubahan yang pada mikrostruktur di bagian hippocampus dan bagian lain dari otak setelah paparan virus corona. (www.halodoc.com/artikel/kenali-tanda-brain-fog-pada-pengidap-covid-19)
Apa saja gejala Brain Fog?
Cara mengatasi Brain Fog?
1. Tidur cukup
Memiliki tidur cukup dapat membantu membersihan racun yang dapat berkontribusi pada kabut otak. Pastikan untuk mendapat waktu tidur yang cukup yaitu sekitar 7 - 9 jam setiap malam. Hindari menggunakan perangkat elektronik seperti ponsel, laptop atau televisi sebelum Anda tidur.
2. Mencoba hal baru
Mencoba hal baru dapat membantu meningkatkan produksi zat kimia di otak yang disebut norepinefrin. Zat ini merangsang otak untuk bekerja dengan optimal, sehingga menurunkan risiko Anda terkena brain fog. Cobalah mengambil rute yang berbeda saat pergi bekerja, mendengarakn jenis musik yang berbeda-beda, atau melakukan kegiatan yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.
3. Hindari Multitasking
Cobalah berlatih memfokuskan perhatian pada satu hal saja. Saat kehilangan fokus, lakukan aktivitas dengan lebih perlahan dengan lebih perlahan sambil kembali memusatkan perhatian pada aktivitas tersebut.
4. Melatih memori otak
Jika Anda cenderung pelupa, coba asah memori Anda untuk mengingat hal-hal kecil. Misalnya, jika seseorang memberi tahu Anda nama mereka, mengatakannya kembali kepada mereka dapat membantu Anda mengingatnya.
5. Istirahat mental
Brain fog juga dapat disebabkan oleh stres dan depresi. Meditasi juga dapat membantu mengurangi stres dan merilekskan otak dan tubuh Anda.
6. Terlibat aktif secara sosial
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat meningkatkan suasana hati, memori dan kognisi Anda. Aktif dalam kegiatan yang Anda sukai juga dapat menurunkan risiko mengalami stres.
7. Terlibat dalam pemikiran mendalam
Jika Anda telah membaca artikel, luangkan waktu 10 menit untuk memikirkan isi artikel tersebut.
8. Terapkan pola hidup sehat
Berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makan makanan yang sehat. Hindari pula alkohol dan konsumsi obat-obatan yang tidak sesuai anjuran dokter. (m.klikdokter.com)
9. Menambah nutrisi dengan mengonsumsi 6 suplemen
1) Vitamin D
Sebuah studi di Amerika Seriakt (AS) yang dimuat dalam Journal of Gerontology Series A: Biological Sciences & Medical Sciences pada April 2020 melibatkan 42 partisipan perempuan usia pascamenopause. Setelah diberi suplemen vitamin D 2000 IU per hari selama 1 tahun, mereka menunjukkan kinerja pembelajaran dan daya ingat yang lebih baik.
2) Omega-3
Sebuah studi tahun 2013 di Selandia Baru mengungkapkan asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA) dalam omega-3 dapat mendukung kesehatan otak dan suasana hati. Pada 176 partisipan dewasa, asupan DHA omega-3 dapat meningkatkan kinerja dan daya ingat episodik. Selain itu, sebuah studi di AS bertajuk Omega-3 supplementation and lonelinees-related memory problems yang terbit tahun 2014 menemukan bahwa asupan 1,25 – 2,5 gram omega-3 per hari dapat menghambat penurunan kinerja daya ingat.
3) Magnesium
Sebuah studi di AS pada Mei 2020 bertajuk Association og magnesium intake and vitamin D with cognitive function in older adults melibatkan 2.466 partisipan lansia. Hasilnya, asupan magnesium tinggi mencatat fungsi kognitif (perhatian dan memori) lebih baik dan lebih kebal pada gangguan kognitif.
4) Vitamin C
Sebuah penelitian gabungan terbaru di Iran dan Australia bertajuk The effect of Vitamin C sumplementation in mood status in adults pada Agustus 2021 mengungkapkan manfaat vitamin C untuk mood, meningkatkan kinerja kognitif dan mengobati brain fog ada pasien dengan depresi.
5) Vitamin B kompleks
Sebuah penelitian di Pakistan melibatkan 202 partisipan dengan gangguan kognitif dan tingkat B12 rendah. Dimuat dalam jurnal Cureus tahun 2020, tambahan suplemen B12 meningkatkan kinerja kognitif dan daya ingat pada sebagian besar peserta.
6) L-theanine
Hal ini dibuktikan dengan sebuah studi terbaru di Jepang bertajuk Effects of L-Theanine on Cognitive Function in Middle-Aged and Older Subjects yang dipublikasikan pada April 2021. Melibatkan 69 patisipan lansia, konsumsi L-theanine sebanyak 100,6 miligram saja dapat meningkatkan reaksi dan daya ingat pada tes kognitif.
Jika kamu merasakan gejala yang mungkin mengarah pada kondisi brain fog setelah terpapar COVID-19, segera tanyakan pengobatannya pada dokter spesialis.
Yuk! Mulai sekarang untuk lebih aware terhadap diri sendiri, siapa lagi yang akan mencintai diri kita sendiri kalau bukan kita sendiri dan dimulai dari memperhatikan diri sendiri.