Selasa, 29 November 2022 09:25 WIB

Ulkus Dekubitus

Responsive image
8834
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Luka baring atau biasa kita kenal dengan ulkus decubitus, merupakan luka yang terjadi akibat kulit bagian tubuh tertentu mengalami tekanan terlalu lama. Kondisi ini juga memiliki istilah lain bed sores. Umumnya, hal ini bisa terjadi pada mereka yang memiliki ruang gerak terbatas akibat kondisi medis. Misalnya menggunakan kursi roda, terlalu sering berbaring karena tidak bisa bangun sendiri atau berdiri (lumpuh) atau tidak sadarkan diri (koma) dalam waktu yang sangat lama. Hal ini membuat jaringan kulit di bagian yang sering berbaring menjadi lebih mudah luka, akibat tekanan yang menghambat peredaran darah. Kondisi seperti ini ada baiknya kita ketahui, terutama bila memiliki kecenderungan sendiri, atau merawat anggota keluarga maupun lansia yang terbatas dalam bergerak karena kondisinya. Ada banyak istilah lain dari ulkus decubitus, ada pressure ulcer dan bed sores. Bila kita artikan, maknanya adalah luka baring. Dalam kondisi lumpuh atau tidak sadarkan diri, seseorang kurang bisa menggerakkan atau memindahkan posisi tubuh. Hal ini menyebabkan hambatan peredaran darah dan mempengaruhi jaringan bagian yang menjadi tumpuan. Misalnya punggung atas, punggung bawah, pantat, bahkan paha belakang. Kondisi di atas menyebabkan aliran darah ke jaringan di bagian tubuh tersebut menjadi terganggu. Akibatnya, jaringan tersebut lama-lama mati dan membentuk luka.

Penyebab Ulkus Dekubitus

Ulkus dekubitus disebabkan oleh tekanan dan gesekan pada kulit yang dapat menghambat aliran darah ke kulit dan merusak permukaan kulit. Selain itu, ada beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena ulkus dekubitus, antara lain :

1.      Penurunan kemampuan indra perasa.

Pasien yang tidak bisa bergerak akibat cedera saraf tulang belakang atau gangguan saraf biasanya juga mengalami mati rasa atau penurunan kemampuan pada indra perasa.

Kondisi di atas membuat pasien tidak merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman di kulit akibat tekanan yang terus-menerus, termasuk ketika luka terbentuk.

2.      Kekurangan asupan cairan dan nutrisi.

Pasien yang tidak bisa bergerak dan hanya berbaring berisiko lebih tinggi untuk mengalami malnutrisi dan dehidrasi. Kondisi ini dapat membuat daya tahan dan kesehatan jaringan kulit terganggu sehingga kulit lebih rentan rusak.

3.      Gangguan aliran darah.

Aliran darah yang terganggu akibat diabetes, penyakit jantung, gagal ginjal, atau multiple sclerosis atau karena tidak adanya pergerakan tubuh itu sendiri, dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan jaringan akibat. Hal ini bisa terjadi akibat kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke area tersebut.

Selain beberapa faktor di atas, inkontinensia urine dan tinja, obesitas, dan usia lebih dari 70 tahun juga dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena ulkus dekubitus.

Gejala Ulkus Dekubitus

Ulkus dekubitus dapat muncul pada bagian tubuh mana yang mengalami tekanan dalam waktu lama. Biasanya, area yang paling sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian tubuh yang menonjol karena tulang. Berdasarkan tingkatan keparahannya, berikut ini merupakan karakteristik luka yang muncul pada penderita ulkus decubitus :

1.      Tingkat 1

Ulkus dekubitus tingkat 1 ditandai dengan perubahan warna pada area kulit tertentu, misalnya menjadi kemerahan atau kebiruan, disertai dengan rasa sakit atau gatal di area tersebut.

2.      Tingkat 2

Ulkus dekubitus tingkat 2 ditandai dengan luka lecet atau luka terbuka di area yang terdampak.

3.      Tingkat 3

Pada ulkus dekubitus tingkat 3, terjadi luka terbuka hingga beberapa lapisan kulit yang lebih dalam (ulkus kulit).

4.      Tingkat 4

Ulkus dekubitus tingkat 4 ditandai dengan luka terbuka yang sangat dalam hingga mencapai otot dan tulang.

Penanganan Ulkus Dekubitus

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengobati ulkus decubitus :

1.      Perawatan luka dekubitus.

Jika luka tidak terbuka, bersihkan area kulit dengan sabun yang tidak mengandung alkohol dan pewangi, kemudian langsung keringkan. Jika sudah muncul luka terbuka, ulkus dekubitus perlu dibersihkan dengan antiseptik dan ditutup dengan perban, agar luka tidak terinfeksi dan kulit di sekitarnya tetap kering.

Ganti perban secara berkala, dan bersihkan luka dengan air garam fisiologis (cairan infus saline) setiap mengganti perban.

2.      Operasi untuk mengangkat jaringan mati.

Agar luka dekubitus cepat sembuh, koreng, dan jaringan yang sudah mati perlu diangkat melalui operasi kecil, tanpa didahului bius total. Tindakan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan kulit baru yang sehat.

Bila diperlukan, dokter bedah akan menggunakan jaringan kulit dari bagian tubuh lain untuk menutup ulkus dekubitus.

3.      Terapi tekanan negatif.

Untuk mempercepat penyembuhan luka, dokter juga dapat menyarankan terapi tekanan negatif atau Vacuum Assisted Closure (VAC). Metode ini bertujuan untuk menyedot cairan berlebih dari luka, mengurangi risiko terjadinya infeksi, dan meningkatkan aliran darah ke luka sehingga dapat mempercepat penyembuhan.

4.      Perubahan posisi tubuh.

Posisi tubuh penderita ulkus dekubitus perlu diubah secara berkala. Jika penderita menggunakan kursi roda, pindahkan tumpuan berat badan ke sisi yang lain setiap 15 menit atau ganti posisi setiap jam. Jika penderita berada di tempat tidur, gantilah posisinya menjadi miring kiri, miring, kanan, dan kembali terlentang setiap 2 jam.

Dokter juga akan menyarankan penggunaan kasur antidekubitus. Kasur ini dapat mengurangi tekanan pada area kulit tertentu dan menjaga aliran udara ke area tersebut tetap baik. Meski begitu, posisi penderita tetap perlu diubah secara berkala.

5.      Obat-obatan

Pada perawatan luka dekubitus, dokter juga biasanya memberikan obat-obatan, seperti :

a.      Ibuprofen atau diclofenac untuk meredakan rasa sakit, terutama ketika penderita sedang dirawat lukanya atau perlu diubah posisinya.

b.      Antibiotik minum atau salep untuk melawan infeksi bakteri, jika ulkus dekubitus sudah mengakibatkan infeksi pada penderita.

Selain pengobatan di atas, penderita juga perlu memenuhi asupan nutrisi, terutama protein, vitamin A, C, dan E, serta minum air putih yang cukup guna mempercepat proses penyembuhan kulit.

 

Referensi :

Muh Alimansur. 2019. Pendidikan Kesehatan, Mobilisasi dan Deteksi Dini Resiko Dekubitus dalam Pencegahan Kejadian Dikubitus pada Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan Akper Darma Husada Kediri.

Yulitia Sari. 2020. Asuhan Keperawatan pada Pasien Ulkus Decubitus di RSUD Tapanuli Tengah. Jurnal Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tapanuli Tengah.

Meliza, S., Ritarwa, K., & Sitohang, N. 2020. The Prevention of Ulcers Decubitus with Mobilization and The Usage of Olive Oil on Stroke Patients. Journal of Islamic Science and Technology, 6(2), pp. 189-200.

Primalia, P., & Hudiyawati, D. 2020. Pencegahan dan Perawatan Luka Tekan pada Pasien Stroke di Ruang ICU. Jurnal Berita Ilmu dan Keperawatan, 13(2), pp. 110-6.

American College of Surgeons. 2022. Surgical Patient Education Program.

National Health Service UK. 2020. Pressure Ulcers (Pressure Sores).

Mayo Clinic. 2020. Diseases & Conditions. Bedsores (Pressure Ulcers).

Macon, B. Healthline. 2021. Bedsores : What You Should Know About Decubitus Ulcers.

O'Connell, K. & Vandergriendt, C. Healthline. 2022. Sepsis.