Rhabdomiolisis adalah suatu kondisi yang mungkin terjadi ketika jaringan otot rusak karena cedera di mana otot di tubuh rusak (rhabdomyo = otot skeletal + lisis = gangguan cepat). Ada 3 (tiga) jenis otot dalam tubuh, di antaranya : otot rangka yang menggerakkan tubuh; otot jantung terletak di jantung; dan otot polos yang melapisi pembuluh darah, saluran pencernaan, bronkus di paru-paru, dan kandung kemih dan rahim. Otot jenis ini tidak berada dalam kontrol sadar. Sel otot yang terluka bocor myoglobin (protein) ke dalam aliran darah. Myoglobin bisa langsung beracun untuk sel ginjal, dan bisa mengganggu dan menyumbat sistem penyaringan ginjal. Kedua mekanisme tersebut dapat menyebabkan gagal ginjal (komplikasi utama rhabdomyolysis). Cedera otot yang signifikan dapat menyebabkan cairan dan elektrolit bergeser dari aliran darah ke sel otot yang rusak, dan ke arah lain (dari sel otot yang rusak masuk ke aliran darah). Akibatnya dehidrasi bisa terjadi. Peningkatan kadar potassium dalam aliran darah (hyperkalemia) dapat dikaitkan dengan gangguan irama jantung dan kematian jantung mendadak akibat takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel. Rhabdomiolisis dapat disebabkan oleh beragam kondisi, mulai dari cedera, zat beracun, hingga infeksi. Pada kasus yang parah, rhabdomiolisis bisa memicu komplikasi yang serius, seperti gagal ginjal akut, kejang, hingga kematian. Namun, penanganan dini dapat mencegah terjadinya komplikasi ini.
Penyebab Rhabdomiolisis
Rhabdomiolisis disebabkan oleh kerusakan dan kematian jaringan otot. Penyakit ini bisa disebabkan oleh cedera (traumatik) atau kondisi lain yang bukan cedera (non-traumatik).
Penyebab rhabdomiolisis yang bersifat traumatik adalah :
1. Cedera berat, misalnya karena kecelakaan, terjatuh, atau benturan.
2. Tekanan di otot dalam waktu yang lama, misalnya saat mengalami koma atau kelumpuhan.
3. Cedera akibat sengatan listrik, sambaran petir, atau luka bakar yang serius.
4. Racun dari gigitan binatang, seperti ular dan serangga.
Sedangkan penyebab rhabdomiolisis yang non-traumatik meliputi :
1. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
2. Penyalahgunaan narkoba, seperti heroin, kokain, ekstasi, dan LSD.
3. Efek samping obat.
4. Tegang otot yang parah, misalnya akibat olahraga secara berlebihan.
5. Hipertermia atau heatstroke.
6. Gangguan mental
7. Infeksi virus, seperti : influenza, HIV, atau herpes simpleks.
8. Sepsis akibat infeksi bakteri.
9. Kelainan metabolik, seperti ketoasidosis diabetik.
Selain disebabkan oleh kejadian traumatik dan non-traumatik, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami rhabdomiolisis adalah :
1. Usia lanjut
2. Diabetes
3. Profesi sebagai olahragawan, seperti atlet marathon.
4. Pekerjaan tertentu, seperti petugas pemadam kebakaran atau anggota militer, seperti polisi dan TNI.
Gejala Rhabdomiolisis
Rhabdomiolisis merupakan kumpulan gejala akibat kerusakan otot rangka. Gejala kondisi ini bervariasi dan tergantung pada penyebabnya. Namun, rhabdomiolisis umumnya memiliki 3 (tiga) gejala utama, yaitu :
1. Nyeri otot (myalgia) di pundak, paha, atau punggung bagian bawah.
2. Lemah otot atau kesulitan menggerakkan lengan dan tungkai.
3. Urine berwarna kemerahan atau kecoklatan.
Selain itu, beberapa gejala lain yang mungkin dirasakan oleh penderita rhabdomiolisis adalah :
1. Demam
2. Kelelahan
3. Sakit perut
4. Muncul memar
5. Mual dan muntah
6. Detak jantung cepat
7. Muncul tanda dehidrasi
8. Penurunan kesadaran
Pemeriksaan Rhabdomiolisis
Untuk mendiagnosis rhabdomiolisis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk memeriksa otot rangka pasien. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan meminta pasien untuk melakukan tes urine dan tes darah guna menganalisis kadar enzim dan protein, seperti :
1. Kreatin kinase, yaitu enzim yang terdapat dalam otot rangka, otak, dan jantung.
2. Mioglobin, yaitu protein yang dihasilkan ketika terjadi kerusakan pada otot.
3. Kalium, yaitu mineral yang keluar dari tulang dan otot ketika mengalami cedera.
4. Kreatin di darah dan urine, yaitu zat turunan yang diproduksi otot dan dikeluarkan dari dalam tubuh oleh ginjal.
Pencegahan Rhabdomiolisis
Upaya utama yang dapat dilakukan untuk mencegah rhabdomiolisis adalah dengan minum air putih sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik berat. Cairan yang masuk ke dalam tubuh bisa membantu ginjal membuang mioglobin yang dilepaskan oleh otot.
Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya rhabdomiolisis adalah :
1. Menghindari aktivitas fisik dan olahraga yang terlalu lama di luar ruangan ketika cuaca sedang panas.
2. Berhati-hati saat berkendara guna mencegah kecelakaan.
3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika bekerja.
4. Membersihkan rumah untuk menghalau serangga.
5. Mengenakan pakaian berlengan panjang, celana panjang, dan sepatu, untuk menghindari gigitan ular ketika sedang hiking atau mengunjungi hutan.
6. Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan.
7. Membatasi konsumsi minuman beralkohol.
8. Tidak mengonsumsi narkoba.
Referensi :
Sunny Wangko. 2018. Penatalaksanaan Rhabdomiolisis. Jurnal Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Menado.
Fernandes, P., & Paiva, J. 2021. Motor Vehicle Injury and Kidney Damage : Trauma, Rhabdomyolysis, Acute Kidney Injury and Beyond. Nephrology and Public Health Worldwide, 199, pp. 122-30.
Saxena, P., et al. 2019. Rhabdomyolysis in Intensive Care Unit : More Than One Cause. Indian Journal of Critical Care Medicine : Peer-reviewed, Official Publication of Indian Society of Critical Care Medicine, 23 (9), pp. 427.
Centers for Disease Control and Prevention. 2019. The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). Rhabdomyolysis.
National Institute of Health. 2021. MedlinePlus. Rhabdomyolysis.
Cleveland Clinic. 2019. Disease & Conditions. Rhabdomyolysis.
Chauhan, V. Verywell Health. 2022. Overview of Rhabdomyolysis.
Shefner, J. Up to Date. 2022. Clinical Manifestations and Diagnosis of Rhabdomyolysis