Kelahiran bayi prematur masih menjadi masalah kesehatan bayi di Indonesia maupun di beberapa negara, karena bayi prematur menyumbang 60% penyebab kematian neonatus yang terjadi. Masalah yang terjadi ini terkait dengan kelahiran bayi prematur yang terjadi sebelum usia gestasi 37 minggu dan biasanya diikuti dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir. Kelahiran bayi yang kurang dari 37 minggu dan berat badan kurang dari 2500 gram mengakibatkan hampir semua bayi prematur membutuhkan perawatan khusus dan merupakan neonatus yang withering banyak dirawat di neonatal emergency unit (Hockenberry and Wilson, 2007; Johnston, Flood and Spinks, 2003; Pilliteri, 2003).
Insiden kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR) bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Variasi ini tergantung pada kelompok etnik dan berkontribusi secara signifikan terhadap perbedaan angka kematian di setiap negara. Information World Wellbeing Association WHO (2009) menunjukkan bahwa kelahiran prematur di dunia mencapai 12.870.000 bayi/tahun yaitu sekitar 9,6% dari seluruh kelahiran (Johnston, Flood and Spinks, 2003; Fields, 2009).
Penyebab aktual prematuritas belum diketahui secara pasti, akan tetapi beberapa faktor predisposisi telah diketahui. Faktor predisposisi ini banyak berperan dalam berat badan lahir yang rendah karena gangguan pertumbuhan intrauterin. Diantara penyebab itu adalah status sosial ekonomi rendah, pre-eklamsia, infeksi, merokok dan minum alkohol selama kehamilan, perdarahan antepartum, abnormalitas perkembangan fetal, primipara, dan umur ibu kurang dari 18 tahun (Gorrie, Mckinney and Murray, 1998; Johnston, Flood and Spinks, 2003; Merenstein and Gardner, 2002).
Bayi prematur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hockenberry dan Wilson (2007) mengemukakan karakteristik bayi prematur disesuaikan sesuai dengan variasi arena perkembangannya. Identifikasi karakteristik ini tergantung pada usia gestasi dan kemampuan fisiologiknya. Namun, semua bayi memiliki beberapa karakteristik yang sama. Penampakan keadaan fisik bayi berubah sesuai dengan perkembangan bayi menuju kematuritasannya (Gorrie, Mckinney and Murray, 1998; Johnston, Flood and Spinks, 2003).
Karakteristik bayi prematur dapat dilihat dari penampakan fisiknya. Bayi prematur kelihatan sangat kecil dan tampak sangat kurus karena tidak punya atau hanya memiliki store lemak subkutaneus yang sedikit. Kulitnya tampak berwarna pink (transparan, tergantung pada derajat immaturitas), lembut, dan berkilau dengan pembuluh darah kecil yang jelas terlihat di bawah epidermis. Lanugo menutupi seluruh badannya (tergantung pada usia gestasi), namun jarang dan kurang jelas pada kepala. Tulang rawan telinga masih lembut dan menempel, dan telapak tangan serta kaki masih memiliki sedikit lipatan (Bowden,1998; Johnston, Flood and Spinks, 2003; Hockenberry and Wilson, 2007).
Karakteristik bayi prematur berkembang sesuai dengan usia gestasi. Nodul papilla pada putting payudara belum berkembang sebelum usia 34 minggu, sekitar 1 - 2 mm pada 34 hingga 36 minggu, sekitar 4 mm pada 36-38 minggu, dan sekitar 8 mm pada bayi cukup bulan. Tulang tengkorak kepala dan tulang rusuk masih lembut. Mata bayi prematur yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu masih menutup. Bayi laki memiliki sedikit rugae skrotal dan testis belum turun; sedangkan pada bayi perempuan labia minora dan klitoris menonjol (Bowden,1998; Hockenberry and Wilson, 2007; Johnston, Flood and Spinks, 2003).
Bayi prematur memiliki keadaan fisiologis organ yang belum matur. Fisiologi immaturitas bayi prematur yaitu belum mampu menyeimbangkan suhu tubuh, mempunyai kemampuan terbatas mengeluarkan zat melalui urin dan risiko tinggi untuk mengalami infeksi. Bayi prematur memiliki jaringan paru yang immatur dan immaturitas pusat regulasi yang ditunjukkan dengan pernapasan yang periodik, hipoventilasi, dan adanya periode apnea (Bobak, Lowdermik and Jensen, 2005; Hockenberry and Wilson, 2007).
Bayi prematur juga berisiko untuk mengalami perubahan biokimia misalnya terjadi hiperbilirubin dan hipoglikemi, dan memiliki kadar cairan ekstraseluler yang lebih tinggi sehingga berisiko untuk terjadi gangguan cairan dan elektrolit. Gerakan fleksi dan aktivitas lanjutan bayi prematur berbeda dengan bayi cukup bulan, pada bayi prematur gerakan ini masih tidak aktif ataupun lemah. Keseimbangan ekstremitas masih selalu pada posisi ekstensi dan posisi lainnya sesuai di mana bayi ini ditempatkan (Bobak, Lowdermik and Jensen, 2005; Hockenberry and Wilson, 2007).
Referensi:
Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L., Regev, R., Bauer, S., Litmanovizt, I., & Doflin, T. (2006). Live music is beneficial to preterm infants in the neonatal intensive care unit environment. Birth, 33 (2).131-136.
Berk, A.E. (2001). Child development. (4th Ed). America: Allyn and Bacon.
Bobak, I.M., Lowdermik, D.L., & Jensen, M.D. (2005).Keperawatan maternitas. (Edisi 4). Jakarta: Penerbit EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2007.
Sumber foto: republika.co.id
( Doc Promkes, RSMH)