Senin, 31 Oktober 2022 11:58 WIB

Azoospermia

Responsive image
15019
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Infertilitas pada pria memiliki banyak bentuk, mulai dari masalah umum seperti jumlah sperma yang rendah, hingga kondisi yang lebih jarang terjadi seperti Azoospermia. Meski lebih jarang terjadi, Azoospermia diperkirakan dialami oleh sekitar 1 persen pria di dunia, dan dianggap menjadi penyebab sekitar 10-15 persen kasus kemandulan. Azoospermia adalah kondisi air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi tidak mengandung sperma sama sekali. Kondisi ini juga disebut sebagai sperma kosong. Pria yang mengalami Azoospermia umumnya tidak menyadari masalah ini sampai ia melakukan pemeriksaan. Normalnya, jumlah sperma seorang pria adalah 15-200 juta sel per milimeter air mani. Pria yang jumlah spermanya ada di bawah angka tersebut dianggap memiliki jumlah sperma yang rendah. Azoospermia dan Oligospermia merupakan 2 (dua) kondisi yang berbeda. Oligospermia adalah kondisi ketika jumlah sperma pada air mani di bawah 15 juta per milimeter. Sementara itu, pada Azoospermia atau sperma kosong, sel sperma tidak ada sama sekali.

Penyebab Azoospermia

Azoospermia dapat terjadi oleh berbagai macam kondisi. Berdasarkan penyebabnya, Azoospermia terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu :

1.      Azoospermia Obstruktif

Azoospermia jenis ini terjadi akibat penyumbatan di saluran organ reproduksi pria, seperti epididimis atau saluran sperma (vas deferens). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan penyumbatan tersebut adalah :

a.      Cedera

b.      Infeksi atau peradangan

c.      Kista

d.      Operasi di bagian panggul

e.      Prosedur vasektomi

f.       Cystic fibrosis, yang menyebabkan penyumbatan akibat lendir di vas deferens

g.      Ejakulasi retrograde, yaitu kondisi ketika air mani tidak keluar dari penis, tetapi masuk ke saluran kemih

2.      Azoospermia Non-Obstruktif

Azoospermia jenis ini dapat terjadi akibat gangguan hormon, atau kelainan genetik yang membuat pria tidak bisa menghasilkan sperma sama sekali. Beberapa penyebab tesebut adalah :

a.      Gangguan hormon, seperti hipogonadisme dan hiperprolaktinemia.

b.      Kelainan genetik atau kromosom, seperti sindrom Klinefelter, sindrom Kallmann, serta Y-chromosomal microdeletions.

Selain akibat kondisi di atas, Azoospermia jenis ini juga dapat terjadi akibat kelainan struktur dan fungsi testis, yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut :

1.      Torsio testis

2.      Tidak adanya testis (anorchia).

3.      Kriptorkismus

4.      Testis gagal memproduksi sperma (sertoli cell-only syndrome).

5.      Peradangan pada testis (orchitis).

6.      Tumor atau kanker testis.

7.      Varikokel

8.      Penyakit tertentu, seperti diabetes dan gagal ginjal.

9.      Efek samping obat-obatan.

10.   Efek samping paparan radiasi, seperti akibat radioterapi atau kemoterapi.

Gejala Azoospermia

Gejala utama Azoospermia adalah ketidakmampuan untuk memiliki anak (mandul). Selain gejala tersebut, umumnya Azoospermia tidak menimbulkan gejala apa pun.

Akan tetapi, pada Azoospermia yang disebabkan oleh suatu kondisi, penderita dapat merasakan gejala tertentu, antara lain :

1.      Gangguan ereksi

2.      Kehilangan gairah seksual.

3.      Nyeri, pembengkakan, atau benjolan pada testis.

4.      Tidak adanya tanda-tanda pubertas pada pria, seperti perubahan suara, pertumbuhan jakun, atau pertumbuhan rambut di wajah dan kelamin.

Pemeriksaan Azoospermia

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan pada penis dan skrotum. Untuk menetapkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, yaitu :

1.      Tes air mani, untuk mengetahui jumlah sperma di dalam air mani.

2.      Tes hormon, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh.

3.      Pemindaian, seperti USG testis, USG transrektal, atau CT scan, untuk melihat kondisi testis dan salurannya.

4.      Tes genetik, untuk mendeteksi tanda-tanda kelainan genetik, seperti sindrom Klinefelter.

5.      Biopsi testis, untuk mendeteksi kelainan yang menyebabkan gangguan pada produksi sperma.

Penanganan Azoospermia

Pengobatan Azoospermia disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya, usia pasangan pasien, dan hasil tes yang telah dilakukan.

Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah :

1.      Operasi

Operasi dilakukan untuk mengatasi Azoospermia yang disebabkan oleh penyumbatan di saluran reproduksi pria. Dokter dapat memperbaiki saluran yang tersumbat, atau membuat saluran jika saluran reproduksi tidak berkembang akibat kelainan bawaan.

Setelah pasien menjalani operasi, dokter akan melakukan pemeriksaan sperma lanjutan 3-6 bulan setelah pasien dioperasi. Jika produksi sperma pasien telah normal, pasien diperbolehkan untuk mulai merencanakan memiliki anak dengan pasangannya.

2.      Terapi Hormon

Terapi hormon dapat diberikan kepada pasien yang mengalami Azoospermia akibat gangguan hormon. Terapi ini dapat meningkatkan kadar hormon testosteron yang berfungsi dalam pembentukan sperma.

Pada beberapa kasus, Azoospermia non-obstruktif tidak dapat diatasi, terutama yang disebabkan oleh kelainan genetik. Pada kondisi ini, pasien masih tetap bisa memiliki anak dengan menjalani program bayi tabung.

 

Referensi :

Henry Timoty Christian. 2018. Insidensi Azoospermia di Klinik Andrologi RSUD dr. Soetomo Periode Januari 2016 Sampai Desember 2016. Jurnal Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Syahkuala Banda Aceh.

Cioppi, F., Rosta, V., & Krausz, C. 2021. Genetics of Azoospermia. International Journal of Molecular Sciences, 22(6), pp. 3264.

Daneshmandpour, Y., et al. 2020. MicroRNAs Association with Azoospermia, Oligospermia, Asthenozoospermia, and Teratozoospermia : A Systematic Review. Journal of Assisted Reproduction and Genetics, 37(4), pp. 763-775.

Johns Hopkins Medicine. 2022. Conditions and Diseases. Azoospermia.

Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Azoospermia.

Mayo Clinic. 2020. Diseases & Conditions. Low Sperm Count.

Verywell Health. 2021. Azoospermia : When Your Sperm Count is Zero.

WebMD. 2021. Semen Without Sperm : What Causes Azoospermia?