Kamis, 13 Oktober 2022 12:54 WIB

Mengenal Terapi Okupasi

Responsive image
25611
Elsa Savitrie, SKM ,M.Kes - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Terapi okupasi adalah sebuah perawatan yang mempunyai tujuan untuk membantu seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, serta kognitif. Terapi ini dilakukan dengan tujuan supaya pengidap bisa menjadi tidak ketergantungan pada orang lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Terapi okupasi tersebut dapat membantu seseorang untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri, kemampuan, dan kemandirian setelah terjadinya dampak pada kesehatan yang menjadi buruk, cedera, atau jika seseorang mengalami kecacatan. Jika kamu mengalami kecelakaan atau suatu penyakit, terapi okupasi dapat membantu pemulihan kamu untuk menjalani kegiatan sehari-hari. Kegiatan sehari-hari tersebut dapat berupa bekerja, bersosialisasi, hingga rekreasi.

Mengapa Melakukan Terapi Okupasi?

Terapi okupasi dilakukan pada orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus agar dapat kembali melakukan aktivitas dengan normal. Meski demikian, pengidap tetap dianjurkan untuk mendapatkan saran dari dokter dan anggota keluarga sebelum memutuskan untuk melakukan terapi okupasi. Sebab, dokter akan melakukan identifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui sejauh mana pasien mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa kondisi yang membutuhkan terapi okupasi :

· Orang-orang yang sedang dalam masa pemulihan dan kembali bekerja setelah mengalami cedera yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.

· Orang-orang yang terlahir dengan gangguan mental dan fisik. Selain itu, terapi juga dilakukan pada seseorang yang tiba-tiba mengalami kondisi kesehatan serius, seperti strokeserangan jantung, cedera otak, dan amputasi.

· Pengidap penyakit kronis, seperti arthritis, multiple sclerosis, ataupun penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

· Pengidap kesehatan mental atau masalah perilaku, seperti penyakit Alzheimer, stres pascatrauma, gangguan makan, dan penyalahgunaan obat-obatan.

· Orang-orang yang memiliki ketidakmampuan belajar atau mengalami perkembangan yang tidak normal.

Okupasi Terapi meliputi :

1. Sensori Integrasi merupakan tindakan/treatment  yang akan membantu memperbaiki fungsi sensori seperti perabaan (tactile), keseimbangan (vestibular), persendian (proprioceptif), pengecapan (olfactory), penciuman (gustatori), penglihatan (visual), dan pendengaran (auditory) agar mampu beradaptasi dengan lingkungan dan memperbaiki atensi dan konsentrasi pada anak.

2. Terapi Perilaku (Behavior Therapy) merupakan tindakan/treatment  yang diberikan untuk memperbaiki perilaku atau kontrol diri agar anak dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

3. Sensory Retraining merupakan tindakan/treatment guna melatih kemampuan sensori yang hilang atau berkurang dikarenakan injury penyakit seperti kehilangan fungsi raba

Kapan Harus Melakukan Terapi Okupasi?

Terapi okupasi dilakukan untuk seseorang yang mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Terapi harus dilakukan secara rutin untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Umumnya, terapi okupasi dilakukan tiga kali dalam seminggu. 

Bagaimana Terapi Okupasi Dilakukan?

Pelaksanaan terapi okupasi tentunya disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang hendak menjalani terapi tersebut. Sebab, terapi ini bertujuan untuk membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan lancar dan mandiri.

Apakah tujuan pelayanan terapi okupasi ?

1. Meningkatkan kemandirian pasien dalam mengerjakan AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari)

2. Meningkatkan kemandirian pasien dalam produktivitas/bekerja

3. Meningkatkan kemandirian pasien dalam leisure/pemanfaatan waktu luang

Adakah Efek Samping dari Terapi Okupasi?

Terapi okupasi sebenarnya merupakan prosedur yang aman dilakukan dan minim efek samping. Meski begitu, ada pula beberapa pasien yang mengalami keluhan seperti nyeri otot, sakit pada dada, dan merasa kebingungan setelah menjalani terapi. 

Di Mana Melakukan Terapi Okupasi?

Terapi okupasi tak harus dilakukan di rumah sakit, sebab terapi ini bisa dilakukan di rumah atau lingkungan yang diinginkan pasien dengan tetap didampingi oleh dokter dan tenaga medis lainnya. Misalnya di tempat kerja, sekolah, atau rumah. Meski begitu, kebanyakan terapi okupasi memang lebih sering dilakukan di rumah sakit. 

Okupasi Terapi menangani berbagai ketrampilan, diantaranya:

1. Merawat diri sendiri, seperti toilet training, memakai baju, menggosok gigi, menyisir rambut.

2. Kemampuan Motorik Halus, seperti kemampuan memegang pensil

3. Kemampuan Motorik Kasar, seperti berjalan, menaiki tangga, atau naik sepeda

4. Kemampuan Persepsi. Seperti membedakan warna, bentuk dan ukuran besar-kecil

5. Kepekaan Tubuh Terhadap Diri Sendiri, seperti rambut menempel di kepala atau lengan ada di samping badan bagian atas

6. Kemampuan Visual untuk membaca dan menulis

Cara Melakukan Terapi Okupasi secara Mandiri

Setelah dilakukan identifikasi kesulitan yang dihadapi seseorang dengan tugas sehari-hari, salah satu cara yang dapat kamu lakukan untuk melakukan terapi okupasi secara mandiri adalah:

· Melatih aktivitas dalam tahap yang dapat dikelola.

· Melatih cara yang berbeda untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.

· Merekomendasikan perubahan yang akan membuat aktivitas lebih mudah.

· Menyediakan perangkat yang membuat kegiatan sehari-hari lebih mudah.

 

Referensi

https://www.halodoc.com/kesehatan/terapi-okupasi

https://mardiwaluyo.blitarkota.go.id/id/berita-opd/okupasi-terapi#:~:text=Okupasi%20terapi%20adalah%20terapi%20latihan,sehingga%20dapat%20berpartisipasi%20di%20masyarakat.

https://www.halodoc.com/artikel/6-fakta-terapi-okupasi-yang-harus-diketahui

Referensi  gbr https://www.shinealiteclinic.com/2021/06/26/mengenal-lebih-lanjut-terapi-okupasi/