Selasa, 11 Oktober 2022 15:10 WIB

Gejala Apraksia pada Anak

Responsive image
3532
Elsa Savitrie, SKM ,M.Kes - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pada usia 2 tahun, anak biasanya sudah bisa mengucapkan rangkaian kata sederhana seperti mau makan atau minum susu. Jika Ibu melihat anak kesulitan dalam mengucapkan kata-kata sederhana ada kemungkinan si kecil mengalami gangguan bicara apraksia.

Apraksia atau gangguan bicara adalah masalah kesehatan yang tidak biasa. Kondisi ini terjadi ketika seorang anak mengalami kesulitan membuat gerakan mulut yang akurat ketika ia berbicara. Apraksia pada anak merupakan gangguan saraf di otak yang membuat anak kesulitan mengkoordinasikan otot yang digunakan pada saat bicara.

Anak dengan apraksia mengetahui apa yang ingin dikatakan, tapi kesulitan menggerakkan rahang, lidah, dan bibir untuk berbicara

Gejala  Apraksia  pada  Anak

Apraksia biasanya baru bisa terdeteksi pada anak usia di bawah 3 tahun (batita). Berikut adalah beberapa gejala yang dapat menandakan terjadinya apraksia pada anak:

· Kurang mengoceh ketika bayi.

· Tampak kesulitan menggerakkan mulut untuk mengunyah, mengisap, dan meniup

· Kesulitan saat mengucapkan huruf konsonan yang berada di awal dan akhir kata, seperti “makan”“minum”, dan “tidur”

· Susah mengucapkan suatu kata yang mirip, seperti “buku”“kuku”, dan “susu”

· Lebih sering menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi, misalnya menyodorkan tangan untuk meminta sesuatu atau menangis jika ingin makan atau minum

· Susah mengucapkan kata yang sama untuk kedua kalinya

Penyebab Apraksia

Apraksia pada anak biasanya disebabkan oleh gangguan genetik dan metabolisme. Namun, kelahiran prematur dan ibu yang mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang saat hamil juga bisa menjadi faktor pemicu apraksia pada anak.

Apraksia dapat terjadi pada saat anak berusia berapapun. Dalam beberapa kasus, anak-anak menderita apraksia sejak lahir, sedangkan di kasus lain apraksia muncul karena dipicu kecelakaan (cedera kepala) atau stroke.

Cara Mengatasi Apraksia pada Anak

Apabila Si Kecil mengalami gejala di atas, kemungkinan ia menderita gangguan bicara apraksia. Namun, untuk memastikannya, sebaiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter. Biasanya dokter akan menilai kemampuan anak dalam mengucapkan satu kata secara berulang-ulang.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kemampuan bicara pada anak yang mengalami apraksia:

1. Terapi wicara

Terapi wicara adalah cara paling ampuh untuk mengatasi apraksia pada anak. Umumnya terapi ini perlu dilakukan secara rutin sebanyak 2 kali seminggu hingga hasilnya terlihat.

Jika ibu melihat atau merasakan adanya keterlambatan atau masalah bicara pada sang buah hati, dan hal tersebut mengacu pada gangguan apraksia, ibu bisa segera mengobatinya dengan terapi wicara. Terapi wicara dilakukan untuk mengatasi kondisi yang dibagi dalam 4 kategori, yaitu:

· Kelainan Bicara.

· Kelainan Bahasa.

· Kelainan Suara.

· Kelainan Irama/Kelancaran.

Terapi ini berfokus pada melatih suku kata, kata-kata, dan frasa. Ketika apraksia yang terjadi cukup parah, anak mungkin membutuhkan terapi intensif.

Dibandingkan dengan terapi kelompok, terapi individu disinyalir lebih memberikan hasil. Pasalnya, anak jadi memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih berbicara selama sesi terapi langsung dengan sang terapis, tidak perlu harus bergantian dan menunggu giliran dengan anak-anak lainnya.

Penting untuk anak berlatih berbicara dengan mengucap suku kata, kata-kata, atau frasa selama sesi terapi berlangsung. Ini membutuhkan waktu, dan tanpa adanya latihan, terapi bisa jadi tidak membuahkan hasil yang nyata. Oleh karena anak pengidap apraksia sulit untuk merencanakan gerakan bicara, terapi turut berfokus pada suara dan perasaan gerakan bicara.

Terapis bisa menggunakan berbagai jenis isyarat dalam melakukan terapi wicara. Contohnya, terapis meminta anak untuk mendengarkan dengan cermat dan melihat ketika terapi sedang membentuk kata atau frasa. Mungkin juga terapis menyentuh wajah anak ketika mengeluarkan bunyi tertentu, misalnya ketika mengajari anak membunyikan huruf “o”.

2. Terapi musik

Studi menyebutkan bahwa terapi musik terbukti bisa membuat anak mengeluarkan lebih banyak suku kata dan kombinasi bunyi yang berbeda. Terapi ini bahkan bisa meningkatkan keterampilan komunikasi anak dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu, tidak masalah jika Bunda dan Ayah mengajak Si Kecil mendengarkan atau menonton video musik di gadget. Hanya saja, waktunya harus dibatasi, agar anak tidak mengalami kecanduan gadget.

3. Permainan mengucapkan kata

Ajak Si Kecil melakukan sebuah permainan di mana ia harus mengucapkan satu kata sederhana secara berulang-ulang, seperti “makan”, “malam”, “minum”, atau “mandi”.

Usahakan untuk melakukan permainan ini di depan cermin, agar Si Kecil mengetahui bagian mulut mana yang harus digerakkan ketika mengucapkan suatu kata.

4. Bahasa isyarat

Menggunakan bahasa isyarat juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi gangguan bicara apraksia. Dengan menggunakan bahasa isyarat, Si Kecil dapat berlatih menggerakkan mulut untuk mengucapkan suatu kata.

Dukungan orang tua dan keluarga sangat penting dalam melatih bicara pada anak yang mengalami apraksia. Bila Bunda mendapati adanya gejala-gejala apraksia pada anak, segera konsultasikan ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat sedini mungkin.

 

Referensi:

https://www.halodoc.com/artikel/gangguan-bicara-apraksia-anak-bisa-disembuhkan-dengan-terapi-wicara

https://www.alodokter.com/yuk-kenali-gangguan-bicara-apraksia-pada-anak-dan-cara-mengatasinya

https://www.amazine.co/18302/apraksia-pada-anak-penyebab-gejala-pengobatannya/

Sumber gambar: https://www.amazine.co/18302/apraksia-pada-anak-penyebab-gejala-pengobatannya/