Rabu, 06 Juli 2022 09:15 WIB

Hepatitis D

Responsive image
3040
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Hepatitis virus akut adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hampir semua kasus hepatitis virus akut disebabkan oleh salah satu dari 5 (lima) jenis virus yaitu : virus hepatitis A (HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E (HEV). Walaupun virus-virus tersebut berbeda dalam sifat molekular dan antigen, akan tetapi semua jenis virus tersebut memperlihatkan kesamaan dalam gejala klinis dan perjalanan penyakitnya. Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari asimtomatik sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan kematian. Selain itu, gejala juga bisa bervariasi dari infeksi persisten subklinis sampai penyakit hati kronik progresif cepat dengan sirosis hepatis dan karsinoma
hepatoseluler yang umum ditemukan pada tipe virus yang ditransmisi melalui darah.

Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis delta (HDV). Penyakit ini hanya bisa terjadi pada seseorang yang juga terinfeksi oleh virus hepatitis b (HBV). Hepatitis D adalah jenis hepatitis yang tidak biasa. Hal ini karena infeksi virus ini hanya bisa terjadi jika seseorang sudah terinfeksi hepatitis B sebelumnya. Hepatitis D dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang bisa menderita hepatitis D bersamaan dengan hepatitis B, atau bila ia sudah menderita hepatitis B dalam
jangka panjang (kronis).

Penyebab Hepatitis D

Hepatitis D disebabkan oleh infeksi hepatitis delta virus (HDV). Virus ini adalah jenis virus yang tidak lengkap dan membutuhkan bantuan virus hepatitis B untuk berkembang. Infeksi virus ini akan menyebabkan peradangan dan kerusakan hati. Risiko terjadinya hepatitis D akan meningkat karena beberapa kondisi berikut :

  • Menderita  hepatitis B  (termasuk carrier atau pembawa).
  • Melakukan hubungan seks sesama jenis, terutama pada pria.
  • Tinggal bersama penderita atau di area wabah hepatitis D.
  • Sering menerima  transfusi darah , terutama bila darah yang didonorkan tidak melalui pemeriksaan ketat atau alat yang digunakan tidak bersih.
  • Menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis D, yang biasanya terjadi pada  pengguna NAPZA  suntik.

Gejala Hepatitis D

Sebagian besar kasus hepatitis D tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala, gejalanya serupa dengan hepatitis B sehingga keduanya sulit dibedakan. Gejala-gejala tersebut dapat berupa :

  •  Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice).
  •  Nyeri sendi
  •  Nyeri perut
  •  Mual dan muntah.
  •  Nafsu makan menurun .
  •  Warna urine menjadi lebih gelap.
  •  Warna feses menjadi lebih cerah.
  •  Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya.

Pada beberapa kasus yang langka, penderita juga bisa menjadi linglung dan mudah memar. Gejala-gejala di atas umumnya baru muncul 21-45 hari setelah seseorang terinfeksi hepatitis D. Kapan Harus ke Dokter Segera periksakan diri  ke dokter  bila mengalami gejala hepatitis D yang telah disebutkan di atas. Penanganan dini diperlukan agar kondisi tidak semakin parah dan komplikasi dapat dicegah. Anda juga dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter bila berisiko tinggi untuk terkena hepatitis D, misalnya karena sudah menderita hepatitis B atau sering menerima transfusi darah.

Pemeriksaan Hepatitis D

Dokter melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk melihat ada tidaknya perubahan warna kulit dan bagian putih mata menjadi kuning serta pembengkakan pada perut. Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti :

  • Tes darah , untuk mendeteksi infeksi dan keberadaan antibodi anti-hepatitis D di dalam darah yang menandakan pasien telah terpapar virus HDV.
  • Tes fungsi hati , yaitu dengan mengukur kadar protein, enzim hati, dan bilirubin yang menjadi tolak ukur fungsi hati dan kerusakan pada organ tersebut.
  • Biopsi  hati, untuk memeriksa adanya kerusakan pada jaringan hati di laboratorium.
  • Pemindaian dengan  USG , CT scan, atau  MRI , untuk mendeteksi kerusakan pada hati.

Penanganan Hepatitis D

Penanganan hepatitis D bertujuan untuk menghambat perkembang-biakan virus hepatitis D (HDV), yaitu dengan :

1. Pemberian Obat-obatan
Obat yang berasal dari sejenis protein yang bisa menghentikan penyebaran virus dan mencegahnya kembali muncul di kemudian hari. Obat ini biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.

2. Pemberian Obat Antivirus
Obat-obatan ini dapat meningkatkan sistem imun untuk melawan virus dan menghambat kemampuan virus untuk merusak hati.

3. Transplantasi Hati
Apabila hepatitis D sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter mungkin akan menyarankan transplantasi atau  penggantian hati . Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis D yang rusak akan diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.

Referensi :
1. Heri Wahyudi. 2017. Hepatitis. Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

2. Loglio, A., Segato, S. & Lampertico, P. 2019. Hepatitis D - How is The Fight Against This Foe Going? Expert Review of Clinical Pharmacology, 12(3), pp.

3. Masood, U. & John, S. NCBI Bookshelf. 2019. Hepatitis D.

4. Centers fo Disease Control and Prevention. 2019. Hepatitis D.

5. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 2017. Hepatitis D.

6. National Institute of Health. 2018. Medline Plus. Hepatitis D (Delta Agent).

7. Children’s Hospital of Philadelphia. What Is Hepatitis D?

8. Roy, P.K. Medscape. 2020. Drugs & Diseases. Hepatitis D.