Rabu, 07 September 2022 13:10 WIB

Limfedema

Responsive image
7192
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Lymfedema mengacu pada pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh akumulasi cairan berisi protein, yang biasanya dialirkan melalui sistem limfatik tubuh. Kondisi ini sering kali memengaruhi lengan atau kaki, tapi juga bisa terjadi di dinding dada, perut, leher, dan alat kelamin. Kelenjar getah bening adalah bagian penting dari sistem limfatik. Limfedema ini dapat disebabkan oleh perawatan kanker yang menghilangkan atau merusak kelenjar getah bening. Jadi, semua jenis masalah yang menghalangi drainase cairan getah bening dapat menyebabkan limfedema. Sistem limfatik adalah jaringan pembuluh yang membawa cairan limfa kaya protein ke seluruh tubuh. Hal tersebut merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, kelenjar getah bening bertindak sebagai filter dan mengandung sel-sel yang melawan infeksi dan kanker. Cairan getah bening didorong melalui pembuluh getah bening oleh kontraksi otot saat bergerak melalui pompa kecil di dinding pembuluh getah bening. Sementara itu, limfedema terjadi ketika pembuluh getah bening tidak mampu mengalirkan cairan getah bening ini secara memadai, biasanya dari lengan atau kaki. Ketika terjadi kerusakan pembuluh getah bening, aliran cairan getah bening akan tersumbat dan mengakibatkan pembengkakan di bagian tubuh tertentu.

Penyebab Lymphedema

Limfedema paling sering terjadi pada penderita kanker. Pertumbuhan sel kanker di sekitar pembuluh atau kelenjar getah bening dapat membuat saluran getah bening tersumbat sehingga menghambat aliran cairan getah bening.

Tidak hanya penyakitnya, pengobatan kanker itu sendiri, seperti radioterapi atau operasi pengangkatan tumor, juga dapat merusak saluran getah bening. Di samping itu, limfedema juga bisa dialami oleh penderita kaki gajah akibat infeksi cacing filaria.

Beberapa penyakit genetik yang menyebabkan kelainan pada struktur pembuluh getah bening (pembuluh limfe) juga dapat menyebabkan limfedema. Kelainan tersebut dapat menyebabkan cairan limfe tersumbat dan mengalami penumpukan. Beberapa penyakit genetik juga dapat menyebabkan limfedema, di antaranya :

1.      Penyakit Meige (Meige’s disease)

2.      Penyakit Milroy (Milroy’s disease)

3.      Limfedema tarda

Gejala Lymphedema

Gejala limfedema adalah pembengkakan di tungkai dan lengan. Pembengkakan ini bisa ringan dan tidak disadari oleh penderitanya. Namun, pada kasus yang berat, tungkai atau lengan yang membengkak bisa terasa nyeri, berat, atau kaku, hingga menyebabkan penderitanya sulit bergerak.

Penyumbatan dan pembengkakan ini dapat menimbulkan masalah dan gejala lain, seperti :

1.      Peradangan di kulit dan jaringan di sekitarnya.

2.      Memar

3.      Kulit pecah-pecah.

4.      Pengerasan dan penebalan kulit (fibrosis kulit).

5.      Borok di kulit.

6.      Pembengkakan kelenjar getah bening.

Pemeriksaan Lymphedema

Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah pasien menderita kanker atau sedang menjalani pengobatan kanker. Apabila penyebabnya belum jelas, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang guna melihat gambaran pembuluh getah bening secara lebih jelas. Pemeriksaan yang umumnya dilakukan adalah pemindaian, baik dengan USG, CT scan, maupun MRI.

Dokter juga dapat melakukan pemindaian dengan pemeriksaan nuklir atau disebut juga lymphoscintigraphy. Lymphoscintigraphy merupakan teknik pemindaian saluran getah bening dengan didahului penyuntikan cairan radioaktif.

Penanganan Lymphedema

Penanganan limfedema bertujuan untuk meredakan gejala yang diderita oleh pasien dan mengurangi pembengkakan. Tujuan lainnya untuk mencegah infeksi dan mencegah pembengkakan makin parah. Metode yang dapat dilakukan oleh dokter meliputi:

1.      Terapi mandiri

Beberapa terapi yang digunakan untuk mengatasi limfedema secara mandiri di rumah adalah :

a.      Memposisikan tungkai atau lengan yang bermasalah lebih tinggi daripada jantung saat berbaring, untuk meredakan nyeri atau gejala.

b.      Berolahraga ringan untuk melenturkan otot yang bermasalah dan membantu mengurangi cairan getah bening yang menumpuk.

c.      Berhati-hati saat menggunakan benda tajam agar lengan atau tungkai tidak terluka.

d.      Menjaga kebersihan bagian tubuh yang bengkak serta tidak berjalan tanpa alas kaki.

2.      Terapi khusus

Sejumlah terapi khusus yang dapat dilakukan untuk mengatasi limfedema antara lain :

a.      Pneumatic compression, yaitu alat yang dililitkan di lengan dan tungkai untuk memompa dan memberikan tekanan secara berkala sehingga cairan getah bening bisa mengalir lebih lancar.

b.      Compression garments, yaitu stoking khusus yang berfungsi menekan lengan atau kaki yang bermasalah agar cairan limfe dapat keluar.

c.      Manual lymph drainage, yaitu teknik pijat manual yang dilakukan oleh tenaga medis untuk melancarkan aliran cairan limfe.

d.      Complete Decongestive Therapy (CDT), yaitu kombinasi beberapa jenis terapi yang disertai penerapan pola hidup sehat.

3.      Obat-obatan

Jika terjadi infeksi di kulit atau jaringan lain yang mengalami gangguan akibat limfedema, dokter akan meresepkan antibiotik untuk meredakan gejala dan mencegah bakteri menyebar ke pembuluh darah.

4.      Operasi

Pada kasus yang parah, operasi dapat dilakukan untuk mengeluarkan kelebihan cairan atau untuk mengangkat jaringan. Namun, perlu diketahui bahwa prosedur operasi hanya dapat meredakan gejala dan tidak memulihkan limfedema secara total.

Operasi lebih bertujuan untuk membuang jaringan yang mengalami pembengkakan akibat penumpukan jaringan, terutama di jaringan bawah kulit dan jaringan lemak di area yang bermasalah.

 

Referensi          :

Dadan Prayoga. 2021. Risiko Terjadinya Limfedema pada Pasien Kanker Payudara yang Mengalami Infeksi Setelah Menjalani Operasi Terkait Usia di Rumah Sakit Dharmais. Jurnal Keperawatan Stikes Suaka Insani Banjarmasin.

Rockson, S. 2021. Advances in Lymphedema. Circulation Research, 128(12), pp. 2003-16.

Oropallo, A., et al. 2020. Current Concepts in the Diagnosis and Management of Lymphedema. Advances in Skin & Wound Care, 33(11), pp. 570-80.

American Cancer Society. 2019. Treatment & Survivorship. Lymphedema.

Mayo Clinic. 2021. Diseases & Coniitions. Lymphedema.

Roth, E. Healthline. 2021. Lymphatic Dysfunction (Lymphedema).

Stöppler, M. MedicineNet. 2022. Lymphedema.