Menurut Wolrd Health Organization (WHO) merokok merupakan ancaman terbesar kesehatan dunia. Berhenti merokok sebelum tindakan operasi menjadi penting dilakukan mengingat berbagai penelitian yang menyebutkan hal tersebut dapat meningkatkan risiko komplikasi pasca operasi.
Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah peningkatan kebutuhan oksigen dan produksi lendir berlebihan pada jalan nafas. Hal tersebut mengakibatkan tim anestesi harus memberikan pengawasan ekstra atau bahkan memberikan obat tambahan pada perokok untuk memastikan fungsi pernafasan selama dan setelah operasi tetap stabil. Selain itu kandungan nikotin dan karbon monoksida yang terdapat dalam rokok dapat menurunkan kadar oksigen sehingga meningkatkan risiko komplikasi pada jantung. Penurunan kadar oksigen juga berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka dan regenerasi sel darah putih yang berperan dalam melawan infeksi. The American Society of Anestesiologists menjelaskan, pada perokok akan terjadi penurunkan aliran darah yang menyebabkan minimnya suplai nutrisi dan oksigen sehingga memungkinkan terjadinya keterlambatan penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi pasca operasi.
Dilihat dari berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, penting untuk memberikan keterangan jujur mengenai riwayat merokok sebelum pembedahan kepada tenaga kesehatan. Pada operasi terjadwal idealnya perokok yang akan menjalani tindakan operasi berhenti mengkonsumsi rokok 2-8 minggu sebelum operasi. Namun demikian, bila opersi perlu dilakukan segera dianjurkan sedikitnya 12 jam sebelum operasi untuk mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi.
Referensi:
https://health.clevelandclinic.org/facing-surgery-kick-cigarettes-now/
Rodrigo,Chandra ect. The Effects of Cigarette Smoking on Anesthesia. Anesth Prog.2000; 47:143-150.