Selasa, 05 Juli 2022 11:55 WIB
Mimpi Buruk
9424
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Mimpi buruk normal dialami sesekali. Namun, jika terjadi berulang, mengganggu tidur, serta berdampak negatif pada kehidupan, maka ini sudah termasuk ke dalam gangguan mimpi buruk
atau nightmare disorder. Mimpi buruk adalah mimpi mengganggu yang terkait dengan perasaan negatif, seperti kecemasan atau ketakutan, yang bisa membangunkan seseorang dari tidur. Seseorang mungkin mengalami mimpi tentang situasi yang menakutkan dan mungkin melibatkan tema, gambar, atau sosok yang mengganggu seperti monster, hantu, binatang menakutkan, atau orang jahat. Sementara itu, Sleep Foundation mendefinisikan mimpi buruk sebagai mimpi yang jelas tervisualisasi dan mungkin mengancam, menjengkelkan, aneh, atau mengganggu. Mimpi buruk kerap terjadi selama fase tidur gerakan mata cepat atau Rapid Eye Movement (REM). Pada umumnya, orang yang terbangun dari mimpi buruk mampu mengingat isi mimpinya, sehingga wajar orang tersebut menjadi kesal atau cemas setelah terbangun dari mimpi buruk. Saat tidur, seseorang akan mengalami 2 (dua) fase, yaitu fase Non-REM (Non-Rapid Eye Movement) dan fase REM (Rapid Eye Movement). Siklus tidur diawali dengan fase Non-REM dan diikuti dengan fase REM, yang masing-masing fasenya berlangsung selama 90-100 menit. Mimpi buruk biasanya terjadi di fase REM, yaitu antara tengah malam sampai menjelang pagi hari. Penyebab Mimpi Buruk Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab mimpi buruk. Namun, ada dugaan mimpi buruk terkait dengan faktor genetik, psikologis, kelainan fisik, gangguan dalam proses tumbuh kembang, dan gangguan pada sistem saraf pusat.
Meskipun penyebabnya belum bisa dipastikan, ada beberapa kondisi yang diketahui dapat memicu munculnya mimpi buruk, yaitu :
- Stres dan cemas, misalnya akibat kegiatan di sekolah atau pekerjaan, sedih akibat kematian orang terdekat, atau takut jika ditinggal oleh seseorang.
- Trauma, misalnya akibat cedera, kecelakaan, perundungan, dan pelecehan fisik atau seksual.
- Gangguan tidur, misalnya narkolepsi , susah tidur (insomnia), sleep apnea , dan sindrom kaki gelisah (restless leg syndrome).
- Efek samping obat, seperti antidepresan , penghambat beta, obat hipertensi, obat Parkinson, atau obat tidur.
- Kebiasaan ngemil, membaca buku, atau menonton film horor sebelum tidur.
- Penyakit lain, seperti depresi , gangguan stres pascatrauma (PTSD), kanker, dan penyakit jantung.
- Konsumsi minuman beralkohol dan penyalahgunaan NAPZA .Gejala Mimpi Buruk Mimpi buruk biasanya terjadi pada tengah malam menjelang pagi. Mimpi buruk ini bisa memiliki tema yang sangat bervariasi, mulai dari bertemu makhluk aneh, terjatuh, diculik, sampai dikejar-kejar. Frekuensi mimpi buruk bervariasi, bisa jarang, sering, bahkan bisa terjadi beberapa kali dalam semalam.
Mimpi bisa dikategorikan sebagai mimpi buruk bila terdapat ciri-ciri berikut :
- Tampak jelas, nyata, dan menyebabkan orang yang mengalaminya terganggu, cemas, sedih atau marah saat mengingatnya.
- Terkait dengan ancaman pada keselamatan diri atau kelangsungan hidup, atau tema lain yang mengganggu.
- Menyebabkan orang yang mengalaminya berkeringat dan berdebar-debar saat tidur.
- Sampai menyebabkan orang yang mengalaminya terbangun dan mampu mengingat kembali mimpinya secara detail.
- Membuat orang yang mengalaminya sulit untuk kembali tidur. Meski termasuk hal yang biasa dialami oleh setiap orang, mimpi buruk dapat dikategorikan sebagai gangguan jika :
- Sering terjadi
- Menyebabkan kantuk, lelah, dan lesu di siang hari.
- Menyebabkan sulit konsentrasi dan mengingat.
- Menyebabkan penderita terus memikirkan mimpi buruk yang dialami.
- Menimbulkan rasa cemas dan takut saat hendak tidur.
- Menyebabkan gangguan perilaku, seperti takut pada ruangan gelap.
- Memengaruhi aktivitas sehari-hari, misalnya menyebabkan penurunan kualitas saat belajar atau bekerja.
Pemeriksaan Mimpi Buruk
Selain pemeriksaan fisik juga akan dilakukan pemeriksaan lanjutan, seperti :
- Pemeriksaan mental, untuk mengetahui apakah mimpi buruk yang dialami terkait dengan gangguan mental, seperti gangguan kecemasan .
- Polisomnigrafi atau perekaman aktivitas tidur, untuk menentukan apakah mimpi buruk terkait dengan gangguan tidur lain.
Pengobatan Mimpi Buruk
Jika mimpi buruk disebabkan oleh gangguan mental atau gangguan tidur, metode pengobatannya antara lain :
- Obat-obatan
- Psikoterapi , seperti terapi perilaku kognitif, image rehearsal therapy, dan visual kinesthetic dissociation.
- Teknik relaksasi, seperti meditasi, yoga , dan deep breathing (terapi napas dalam).
Pencegahan Mimpi Buruk
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu pengobatan sekaligus menurunkan risiko terjadinya mimpi buruk, yaitu :
- Berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu.
- Mengatur jam tidur dan bangun tidur yang sama setiap harinya.
- Mengatur suasana yang nyaman di kamar tidur.
- Menghindari konsumsi obat penenang .
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
- Mendengarkan musik yang bisa membuat diri lebih santai.
- Menghindari penggunaan smartphone atau alat elektronik lain sebelum tidur.
- Membaca buku atau menulis rencana untuk esok hari agar pikiran teralihkan dari bayangan mimpi buruk.
- Mendiskusikan mimpi buruk yang dialami dengan keluarga atau teman untuk mengurangi kecemasan.
Referensi :
1. I Gusti Lanang Agung Wirananda. 2019. Makna dari Sebuah Mimp Program Studi Ilmu Psikologi Universiras Pembangunan Jaya Jakarta.
2. Gieselmann, et al. 2018. Aetiology and Treatment of Nightmare Disorder : State of the Art and Future Perspective. Journal of Sleep Research, 28(4), pp. 1-17.
3. Schredl, M., Dehmlow, L., & Schmitt, J. 2016. Interest in Information about Nightmares in Patients with Sleep Disorders. Journal of Clinical Sleep Medicine, 12(07), pp. 973-7.
4. National Health Service. 2019. Live Well. How to Get to Sleep.
5. Mayo Clinic. 2017. Diseases & Conditions. Nightmare Disorder.
6. Lockett, E. Healthline. 2019. Why Do We Have Recurring Nightmares?
7. Neuspiel, D. Medscape. 2018. Nightmare Disorder.
8. Pietrangelo, A. Healthline. 2016. Nightmares.
9. WebMD. 2019. Nightmares in Adults.