Rabu, 31 Agustus 2022 16:39 WIB

Amputasi

Responsive image
4303
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kecelakaan atau beberapa penyakit seperti diabetes melitus bisa memicu disabilitas daksa ketika anggota tubuh terpaksa harus diamputasi. Amputasi adalah hilang atau putusnya bagian tubuh, seperti jari, lengan, atau tungkai. Amputasi bisa terjadi akibat kecelakaan atau prosedur pemotongan bagian tubuh tertentu untuk mengatasi suatu kondisi atau penyakit. Amputasi akibat cedera bisa terjadi secara parsial atau total. Amputasi parsial berarti masih ada sebagian atau beberapa jaringan lunak yang tersambung, sehingga bagian tubuh penderita tidak terputus sepenuhnya. Sedangkan pada amputasi total, organ tubuh penderita terputus seluruhnya. Baik pada amputasi parsial maupun total, kemungkinan bagian tubuh yang telah terputus dapat disambung kembali atau tidak, tergantung pada tingkat keparahan cedera itu sendiri. Jika bagian tubuh yang putus tidak bisa disambungkan kembali, pasien akan disarankan menggunakan organ palsu atau prostesis. Adapun amputasi sebagai prosedur pemotongan bagian tubuh dilakukan untuk mencegah kondisi yang lebih berbahaya, seperti penyebaran infeksi dan kanker, atau jika terdapat jaringan tubuh yang mati pada organ yang hendak dipotong.

Penyebab Amputasi

Amputasi dapat terjadi akibat cedera parah yang tidak disengaja, atau bisa juga direncanakan oleh dokter untuk menangani sejumlah penyakit.

1.      Amputasi Akibat Cedera.

Cedera ini bisa terjadi akibat sejumlah kondisi seperti berikut :

a.      Bencana alam, misalnya tertimpa reruntuhan gedung saat gempa.

b.      Serangan binatang buas.

c.      Kecelakaan kendaraan bermotor.

d.      Kecelakaan akibat pekerjaan yang melibatkan mesin atau alat berat.

e.      Luka tembak atau ledakan akibat perang atau serangan teroris.

f.       Luka bakar parah.

2.      Amputasi Akibat Penyakit.

Banyak penyakit yang dapat membuat seseorang harus menjalani prosedur amputasi, antara lain :

a.      Penebalan pada jaringan saraf (neuroma).

b.      Frostbite, atau cedera akibat paparan suhu dingin yang ekstrem.

c.      Infeksi yang tidak bisa diobati lagi, misalnya pada kasus osteomielitis atau necrotising fasciitis yang parah.

d.      Kanker yang sudah menyebar ke tulang, otot, saraf atau pembuluh darah.

e.      Kematian jaringan misalnya akibat penyakit arteri perifer atau neuropati diabetik.

Gejala Amputasi

Gejala amputasi yang dapat dialami, terutama pada amputasi akibat cedera, antara lain :

1.      Rasa sakit, yang tingkat rasa sakitnya tidak selalu sebanding dengan tingkat keparahan cedera atau perdarahan.

2.      Perdarahan, yang tingkat keparahannya tergantung pada lokasi dan jenis cedera yang dialami.

3.      Jaringan tubuh rusak atau remuk, tetapi sebagian jaringan masih terhubung dengan otot, tulang, sendi, atau kulit.

Kapan Harus ke Dokter

Bagi Anda yang telah menjalani prosedur amputasi, lakukan kontrol secara berkala ke dokter. Selain untuk menjalani terapi rehabilitasi yang akan meningkatkan kemampuan Anda dalam beraktivitas, kontrol rutin ke dokter juga bertujuan untuk mencegah dan mendeteksi komplikasi yang mungkin muncul setelah amputasi.

Segera hubungi dokter jika mengalami keluhan berikut setelah amputasi :

1.      Jahitan di amputasi terbuka.

2.      Sakit di area amputasi atau sekitarnya.

3.      Demam atau menggigil.

4.      Bengkak, kemerahan atau perdarahan di area amputasi.

5.      Keluar cairan, darah, atau nanah dari area amputasi.

Penanganan Amputasi

Pada beberapa kasus, bagian tubuh yang terpotong dapat disatukan lagi dengan prosedur replantasi. Namun sebelumnya, dokter akan terlebih dahulu menentukan tingkat keparahan cedera dan kondisi psikologis pasien.

Replantasi dilakukan bila bagian tubuh yang akan disambungkan kembali tidak rusak parah dan diperkirakan dapat berfungsi dengan baik setelah replantasi dilakukan. Tetapi jika dua faktor tersebut tidak terpenuhi, maka replantasi tidak akan dilakukan.

Bagi pasien yang tidak bisa menjalani replantasi, pasien akan disarankan untuk menggunakan prostesis atau organ palsu. Di beberapa kasus, prostesis bisa menggantikan fungsi bagian tubuh yang hilang dengan baik.

Pemulihan Setelah Amputasi

Kehilangan anggota tubuh secara permanen akibat amputasi dapat mengurangi rasa percaya diri dan tentunya kemampuan pasien dalam beraktivitas. Untuk menangani masalah tersebut, dokter akan menganjurkan pasien menjalani rehabilitasi fisik secara rutin.

Rehabilitasi yang dilakukan meliputi :

1.      Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.

2.      Latihan untuk meningkatkan keterampilan motorik, agar pasien bisa menjalani aktivitas secara mandiri.

3.      Pengobatan dan perawatan untuk menunjang pemulihan dan meredakan rasa nyeri yang muncul pada area amputasi.

4.      Terapi psikologi untuk mengatasi gangguan emosional yang mungkin dialami oleh pasien akibat kehilangan organ tubuh.

5.      Penggunaan alat bantu, seperti kursi roda dan kruk.

 

Referensi :

Nur Rahmat Herawati. 2019. Studi Kasus, Gambaran Diri Pasien Amputasi Copart Protese Akibat Kecelakaan untuk Pasien Amputasi Angkel. Jurnal Sehat Mandiri Poltekes Kemenkes Surabaya.

Riska Anggaini. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien Amputasi. Jurnal Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.

Giurato, et al. 2017. Osteomyelitis in Diabetic Foot : a Comprehensive Overview. World Journal of Diabetes. 8(4), Pp. 135-42.

Westberry, D. 2017. State of The Art: Amputation and Prosthetics. Journal of Pediatric Orthopaedics, 37(6), Pp. S22-5.

American Academy of Orthopaedic Surgeons. Replantation.

Johns Hopkins Medicine. Treatments, Tests and Therapies. Amputation.

National Institute of Health. 2018. U.S. National Library of Medicine. Medline. Leg or Foot Amputation.

National Institute of Health. 2018. U.S. National Library of Medicine. Medline. Traumatic Amputation.

U.S. Department of Labour. 2012. Occupational Safety and Health Administration. OSHA Fact Sheet : Amputations