Apa itu Perlemakan Hati ?
Perlemakan hati (dikenal juga dengan fatty liver, fatty liver disease atau steatosis hepatis) adalah kondisi yang ditandai peningkatan kandungan lemak di hati (terutama dalam bentuk trigliserida) yang melebihi 5% dari total berat hati. Peningkatan kadar lemak tersebut dapat dibuktikan dengan pemeriksaan sonografi (Ultrasonografi/USG) maupun pengambilan sampel jaringan hati (biopsi).
Apakah Jenis-jenis Perlemakan Hati?
Perlemakan hati dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
· Perlemakan hati alkoholik (Alcoholic Fatty Liver Disease/AFLD) yang terutama ditemukan pada pecandu alkohol sering ditemukan di negara-negara barat. Batasan untuk menyatakan seseorang menderita perlemakan hati alkoholik adalah konsumsi alkohol melebihi 20 gram/hari.
· Pelemakan hati non-alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD) terutama terjadi pada daerah dengan konsumsi alkohol rendah, termasuk di Indonesia.
Mengapa Perlemakan Hati harus Diwaspadai?
Pada kebanyakan kasus, perlemakan hati tidak menyebabkan masalah serius. Tetapi 7-30% penderita perlemakan hati dapat terjadi perburukan seiring dengan berjalannya waktu. Perjalanan penyakit perlemakan hati dibagi menjadi 3 stadium :
1. Terjadi pembengkakan hati yang dapat merusak jaringan di hati. Stadium ini disebut steatohepatitis.
2. Pembentukan jaringan parut di hati yang disebut fibrosis hati.
3. Pembentukan jaringan parut yang semakin bertambah sehingga menggantikan jaringan hati yang sehat. Stadium ini yang disebut pengerasan hati atau sirosis hati.
Sirosis Hati/Pengerasan Hati
Sirosis hati menyebabkan kerusakan hati. Perlahan kondisi ini akan menurunkan fungsi hati. Sirosis hati akan menyebabkan kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
Apa Penyebab dan Faktor Risiko Terjadinya Perlemakan Hati ?
Sejumlah faktor risiko telah dinyatakan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit perlemakan hati, antara lain:
a. Konsumsi alkohol yang berlebihan.
b. Sindrom gangguan metabolik (terdiri dari obesitas sentral/perut gendut/lingkar pinggang berlebih, gangguan lemak darah (terutama peningkatan kadar jenis trigliserida dan penurunan kadar lemak baik High-Density Lipoprotein/HDL), resistensi insulin/penyakit kencing manis (Diabetes Mellitus), serta tekanan darah tinggi (Hipertensi))
c. Riwayat keluarga dengan penyakit perlemakan hati.
d. Gangguan penyerapan makanan/Malnutrisi (konsumsi diet yang tidak sehat)
e. Kurangnya aktivitas fisik
f. Penggunaan beberapa obat-obatan seperti amiodaron, diltiazem, tamoxifen atau steroid.
Bagaimanakah Gejala-gejala Penyakit Perlemakan Hati?
Pasien dengan perlemakan hati seringnya tidak bergejala hingga terjadi perkembangan penyakit ke arah sirosis hati, seperti :
· Nyeri perut atau perasaan penuh pada perut kanan atas.
· Mual, hilang nafsu makan atau penurunan berat badan
· Kulit dan mata tampak kuning
· Perut membesar dan pembengkakan pada tungkai bawah.
· Rasa kelelahan atau gangguan tidur hingga gangguan kesadaran.
· Rasa lemah dan lesu.
Apa yang Harus Diperiksakan Bila Seseorang Dicurigai Menderita Perlemakan Hati?
Perlemakan hati seringkali tanpa gejala, sehingga kebanyakan kasus ini untuk pertama kali diketahui oleh dokter. Peningkatan enzim hati seperti alanin aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), merupakan awal kecurigaan adanya kerusakan hati. Langkah selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk fungsi hati seperti Alkali fosfatase, gamma glutamil transferase. Selain itu, pengecekan gula darah, profil lemak dan penanda hepatitis juga dilakukan untuk melihat faktor risiko dan penyebab hepatitis lainnya. Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan yang meliputi USG, Computed Tomography (CT) scan, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan lebih lanjut juga dapat menggunakan vibration-controlled transient elastography (VCTE) untuk mengevaluasi jaringan parut pada hati.
Pemeriksaan utama dan yang menjadi baku emas dalam diagnosis perlemakan hati adalah biopsi hati (pengambilan sampel dari jaringan hati). Pemeriksaan ini paling akurat untuk menentukan derajat keparahan penyakit hati. Sampel jaringan yang diambil kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk dilihat jenis kelainan sel-selnya (prosedur ini melibatkan pembiusan lokal untuk mengurangi nyeri).
Bagaimana Pengobatan Perlemakan Hati?
Pengobatan utama bertujuan untuk mengontrol faktor risiko yang mendasari perlemakan hati. Upaya penurunan berat badan (baik dengan olahraga, pengaturan makan/diet), kontrol gula darah, memperbaiki profil lemak (dapat dengan meningkatkan konsumsi lemak tidak jenuh seperti ikan, unggas dan alpukat, juga pemberian obat anti kolesterol), memperbaiki resistensi insulin (terkait penurunan berat badan dan membatasi konsumsi gula dan terapi diabetes), mengurangi asupan lemak ke hati (mengurangi makanan seperti daging merah) serta menghentikan konsumsi alkohol.
Selain pendekatan di atas, pada dasarnya terdapat sejumlah obat-obatan yang bersifat tidak spesifik terhadap perlemakan hati itu sendiri. Hal tersebut meliputi:
a. Antidiabetik dan peningkat sensitivitas insulin. Contoh obat yang dapat dipergunakan adalah Metformin 3x500 mg (dapat memperbaiki kadar AST dan ALf, meningkatkan sensitivitas insulin, dan menurunkan volume hati) dan tiazolidindion (pioglitazon) untuk memperbaiki kerja insulin di jaringan lemak tubuh.
b. Obat anti kolesterol: Berupa gemfibrozil (memicu perbaikan ALT dan konsentrasi lemak, terutama trigliserida, setelah pemberian 1 bulan) serta atorvastatin yang dapat mempengaruhi perbaikan parameter biokimiawi dan jaringan sel-sel hati, serta profil lemak itu sendiri.
c. Antioksidan, antara lain- Vitamin E, vitamin C, beta karoten, N-asetilsistein. Pemberian antioksidan dapat mencegah perburukan pelemakan hati menjadi sirosis, memperbaiki peradangan yang terjadi serta memperbaiki fungsi hati.
d. Ursideoxycholic acid (UDCA), merupakan obat jenis asam empedu yang dapat memediasi regulasi lemak tubuh dan melindungi kerusakan sel hati.
Referensi:
1. Fatty Liver Disease. Cleveland Clinic medical professional.2020
2. Hasan I. Perlemakan Hati Non Alkoholik. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna; 2014. p. 2000–6.
3. Scapaticci S, D’Adamo E, Mohn A, Chiarelli F, Giannini C. Non-Alcoholic Fatty Liver Disease in Obese Youth With Insulin Resistance and Type 2 Diabetes. Front Endocrinol (Lausanne). 2021;12:639548.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Praktik Klinis: Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL, editors. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam lndonesia; 2015.