Selasa, 05 Juli 2022 09:57 WIB

Paronikia

Responsive image
9736
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Paronikia atau dalam bahasa jawa sering disebut ‘cantangen’ merupakan infeksi jaringan yang terjadi pada sekitar kuku jari-jari tangan atau kaki. Infeksi ini bisa berbentuk seperti abses akibat infeksi bakteri atau jamur. Kondisi ini terjadi saat adanya gangguan antara lapisan dari lempeng kuku dan dasar kuku bagian proksimal (menjauhi tubuh). Paranokia sendiri bisa dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu akut dan kronis. Untuk paronikia akut, biasanya hanya melibatkan infeksi pada satu kuku jari. Sementara itu, paronikia kronis bisa terjadi pada lebih dari satu kuku jari. Kondisi ini bisa terjadi pada waktu yang bersamaan atau berulang. Paronikia dapat terjadi karena tangan atau kaki tidak menggunakan pelindung saat bekerja sehingga rawan terkena paparan atau kadang kita kurang menjaga kebersihan kaki atau tangan di sekitar kuku yang mengakibatkan terjadinya infeksi.

Penyebab Paronikia
Paronikia akut umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Staphylococcus enterococcus yang masuk ke kulit kuku yang rusak, misalnya akibat kebiasaan mengigit kuku, sehingga menyebabkan infeksi pada lipatan kuku. Sementara itu, paronikia kronis lebih sering disebabkan oleh  infeksi jamur Candida, meski bisa juga disebabkan oleh bakteri.

Paronikia pada dasarnya dapat menyerang siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami paronikia, yaitu :

  • Memiliki pekerjaan yang membuat tangan atau kaki terus-menerus terkena air, seperti : nelayan, pemerah susu, atau tukang cuci piring.
  • Mengalami luka terbuka di sekitar kuku tangan atau kaki.
  • Memiliki kondisi kuku yang lembab akibat mengenakan  kuku palsu .
  • Mengalami  cantengan
  • Menderita  diabetes  atau gangguan sistem imun.

Gejala Paronikia
Gejala paronikia akut atau kronis umumnya sama. Berikut ini adalah gejala atau keluhan yang dapat muncul akibat paronikia :

  • Nyeri ketika kuku atau kulit di sekitar kuku yang terkena infeksi disentuh.
  • Bengkak pada kulit di sekitar kuku yang terinfeksi.
  • Kemerahan dan rasa hangat pada kulit di sekitar kuku yang terinfeksi.

Pada sebagian kasus, gejala paronikia berupa  abses (kumpulan nanah) dapat muncul pada kulit di bawah kuku yang terinfeksi. Paronikia yang telah menimbulkan abses perlu segera mendapat penanganan dokter, terlebih jika disertai dengan demam.

Penanganan Paronikia
Pengobatan paronikia dilakukan untuk meredakan keluhan, mengatasi penyebab, mencegah kekambuhan di kemudian hari, dan mencegah komplikasi. Pada kasus yang ringan, paronikia dapat ditangani secara mandiri. Namun, jika muncul abses bahkan demam, paronikia perlu
ditangani oleh dokter.

Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita paronikia :
1. Obat-obatan
Untuk mengatasi penyebab paronikia, obat-obatan yang dapat
diresepkan dokter antara lain :

  • Antibiotik minum (oral), untuk paronikia yang disebabkan oleh bakteri.
  • Krim antibiotik yang mengandung asam fusidat, untuk paronikia yang disebabkan oleh bakteri dan infeksinya tidak terlalu parah.
  • Anti jamur salep atau obat minum, untuk paronikia kronis yang disebabkan oleh infeksi jamur.

2. Operasi
Jika abses sudah terbentuk dan bengkak di jari kaki atau tangan yang terinfeksi sudah sangat besar, maka perlu dilakukan operasi untuk membuang nanah. Sebelum  dokter bedah  melakukan operasi, jari pasien akan dibius terlebih dahulu. Setelah bius diberikan, dokter akan membuat irisan pada abses agar nanah bisa dibuang. Pada kondisi kuku yang sedikit tumbuh ke dalam (cantengan), dokter bisa mengangkat sebagian atau seluruh kuku tersebut.

3. Perawatan Mandiri
Perawatan mandiri bisa digunakan untuk mengobati paronikia ringan atau membantu proses penyembuhan paronikia berat setelah mendapat pengobatan dari dokter. Beberapa perawatan mandiri yang bisa dilakukan di rumah adalah :

  • Bersihkan kaki atau tangan yang terinfeksi dengan air dan  sabun antibakteri  secara rutin.
  • Rendam kaki atau tangan yang terinfeksi di air hangat selama 15 hingga 20 menit sebanyak 3 sampai 5 kali sehari.
  • Jaga kaki agar tidak lembab dan tetap kering serta jangan gunakan alas kaki atau kaus kaki yang terlalu ketat dan sempit.
  • Pilih alas kaki yang nyaman dan terbuka di bagian jari.

Pencegahan Paronikia

Paronikia bisa dicegah dengan melakukan sejumlah upaya, antara lain dengan :

  • Mengenakan sarung tangan karet anti air jika pekerjaan yang dijalani membuat kita sering bersentuhan dengan air.
  • Jangan mengenakan kuku palsu untuk waktu yang lama.
  • Keringkan tangan dan kaki setiap selesai menyentuh air.
  • Hindari kebiasaan menggigit kuku atau mencungkil kulit di sekitar kuku.
  • Jangan memotong kuku terlalu pendek. Pastikan memotong kuku sejajar dengan ujung jari.
  • Bagi penderita diabetes, jaga kadar gula darah dan periksa kaki setiap hari untuk mewaspadai paronikia atau gangguan lain di kaki, karena kelainan pada kaki seringkali tidak dirasakan oleh penderita diabetes.
  • Bagi penderita gangguan sistem imun , lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter.

 

Referensi :
1. Apriliana Puspitasari. 2019. Profil Pasien Baru Kandidiasis dengan Paronikia. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

2. Shampson, B & Lewis, B. 2019. Paronychia Associated with Ledipasvir / Sofosbuvir for Hepatitis C Treatment. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, 12(1), Pp. 35-37. 

3. Wollina, Uwe. 2018. Systemic Drug-Induced Chronic Paronychia and Periungual Pyogenic Granuloma. Indian Dermatology Online Journal, 9(5), Pp. 293-298. 

4. American Academy of Family Physicians. 2018. Condition. Paronychia. 

5. National Institute o Health. 2019. U.S. National Library of Medicine. Medline Plus. Paronychia. 

6. Harvard Health Publishing. 2019. Paronychia. 

7. Cleveland Clinic. 2017. Nail Infection (Paronychia). 

8. Balentine, JR. E-Medicine Health. 2020. Nail Bed Infection : Paronychia.