Senin, 04 Juli 2022 11:21 WIB

Uji Provokasi Bronkial

Responsive image
1996
DR.Dr. Novie Homenta Rampengan, SpA(K), DTM&H, - RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado

Untuk menilai keadaan reaktivitas bronkus dapat dilakukan beberapa pemeriksaan sesuai dengan keadaan klinis pasien. Uji latihan (excercise test) dilakukan untuk menilai hiperaktivitas bronkus pada pasien asma bronchial yang diduga dicetuskan oleh latihan fisis. Prinsip pemeriksaan ini ialah timbulnya bronkokonstriksi yang disebabkan oleh kehilangan panas pada mukosa saluran napas selama latihan fisis. Pemeriksaan ini dilakukan bila pada pemeriksaan fisis serta respons terhadap bronkodilator hasilnya meragukan. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat membedakan asma dengan kelainan saluran napas yang lain.

Pada pemeriksaan ini diperlukan latihan fisis sampai submaksimal selama 6-8 menit. Biasanya bronkokonstriksi timbul segera setelah latihan fisis berhenti, maksimal setelah 3-5 menit, dan kembali ke keadaan sebelumnya dalam 1-2 jam. Keadaan bronkokonstriksi setelah latihan ini biasanya didahului bronkokonstriksi sebentar selama 1-2 menit pertama latihan. Beberapa jenis latihan mempunyai efek menimbulkan asma lebih kuat dibandingkan dengan jenis latihan yang lain. Yang paling kuat menimbulkan bronkokonstriksi ialah lari bebas, sedangkan bersepeda dengan kecepatan sedang dan berenang adalah latihan fisis yang paling baik ditoleransi pasien asma.

Uji provokasi metakolin dan histamine dimana metakolin adalah suatu zat yang dapat merangsang langsung otot polos juga merangsang reseptor saraf iritan dan reflex vagus. Perangsangan bronkus oleh kedua zat ini menghasilkan efek yang sama yaitu bronkokonstriksi. Hampir tidak ada perbedaan efek antara kedua zat ini. Histamin dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping seperti iritasi laring, suara serak, batuk, flushing dan sakit kepala, akan tetapi histamine lebih murah dan lebih stabil dalam larutan daripada metakolin.

 

Daftar Pustaka:
Munasir Z. Uji Provokasi Bronkial. Editor: Akib AAP, Munazir Z, Kurniati N. Buku Ajar Alergi imunologi Anak Edisi kedua. IDAI; Jakarta 2010;448-50.