Selasa, 09 Agustus 2022 14:08 WIB

Ayo Cari Tahu Penyakit Autis pada Anak

Responsive image
4927
Siti Fatimah, S.Kep, NersĀ  - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Autism adalah suatu gangguan perkembangan secara menyeluruh yang mengakibatkan hambatan dalam kemampuan sosialisasi, komunikasi, dan juga perilaku. Autis adalah gangguan perkembangan kompleks pada fungsi otak yang disertai dengan deficit intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas. Pada tahun 1943 seorang psikiater anak (Leo Kanner) menjabarkan dengan sangat rinci gejala-gejala ‘aneh’ yang ditemukan pada 11 pasien kecilnya. Leo Kanner melihat banyak sekali persamaan gejala pada anak-anak ini, tetapi yang sangat menonjol adalah mereka sangat asyik dengan dirinya sendiri seolah-olah mereka hanya hidup dalam dunianya sendiri. Maka dia memakai istilah ‘autis-me’ yang artinya hidup dalam dunianya sendiri.

Autis di manifestasikan selama masa bayi dan awal kanak-kanank terutama sejak usia 18-30 bulan. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Perkembangan mereka menjadi terganggu terutama yang menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Anak-anak yang terkena gangguan autisme akan kesulitan untuk melakukan kontak mata dengan orang lain dan tidak mampu mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya melalui bahasa verbal.

Ditinjau dari segi perilaku, anak-anak pen- derita autis cenderung untuk melukai dirinya sendiri, tidak percaya diri, bersikap agresif, menanggapi secara kurang atau berlebihan terhadap stimulasi eksternal, dan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya secara tidak wajar. Autisme memiliki gejala-gejala utama yang menonjol pada diri anak autis, sehingga bagi orang lain dapat mengenali bahwa anak tersebut adalah anak autis atau autisme. Gejala-gejala tersebut meliputi gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Autisme juga memiliki gangguan dalam kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun anverbal. Selain itu juga autisme memiliki gangguan keanehan dalam berperilaku.

Secara umum penyandang autisme dapat dikelompokkan menurut adanya gangguan perilaku yaitu gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, gang- guan perilaku motorik, gangguan emosi dan gangguan sensori. Sedangkan secara definisi yang mudah dimengerti autisme adalah suatu penyakit otak yang mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan dengan sesama dan memberi tanggapan terhadap lingkungannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merumuskan suatu kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat menegakkan diagnosis autisme. Rumusan ini dipakai di seluruh dunia dan dikenal dengan sebutan ICD-10 (International Clasification of Diseases) 1993. Beberapa diantara anak autis menunjukkan sikap antisosial, gangguan perilaku dan hambatan motorik kasar (sering berlari tanpa tujuan). Anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi sebagai berikut:

1. Komunikasi

a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

b. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah bicara tapi kemudian sirna.

c. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

d. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain.

e. Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi.

f. Senang meniru atau membeo (echolalia). Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya.

g. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.

h. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

2. Interaksi Sosial

a. Penyandang autistik lebih suka menyendiri.

b. Tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindari untuk bertatapan.

c. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman.

d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.

3. Gangguan Sensoris

a. Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.

b. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.

c. Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.

d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

4. Pola Bermain

a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.

b. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.

c. Tidak kreatif, tidak imajinatif.

d. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar.

e. Senang akan benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda.

f. Dapat sangat lekat dengan bendabenda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana.

5. Perilaku

a. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit).

b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang berulang-ulang.

c. Tidak suka pada perubahan.

d. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.

6. Emosi

a. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.

b. Tempertantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang tidak diberikan keinginannya.

c. Kadang suka menyerang dan merusak.

d. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri.

e. Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

Namun gejala tersebut di atas tidak harus ada pada setiap anak penyandang autisme. Pada anak penyandang autisme berat mungkin hampir semua gejala ada, tapi pada kelompok yang ringan mungkin hanya terdapat sebagian saja.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi:

Asrizal. (2020). Penanganan anak autis dalam interaksi sosial. Jurnal PKS, 15(1), 1–8.

Banoet, J. (2016). Karakteristik prososial anak autis usia dini di kupang. PG-PAUD Trunojoyo, 3(1), 1–75. Retrieved from Karakteristik prososial anak autis usia dini di kupang

Muniroh, S. M. (2010). Dinamika resiliensi orang tua anak autis. Jurnal Penelitian, 7(9), 1–11.

Nugraheni, S. A. (2016). Menguak belantara autisme. Buletin Psikologi, 20(1–2), 9–17. Retrieved from https://journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11944/8798

Rahayu, S. M. (2015). Deteksi dan intervensi dini pada anak autis. Jurnal Pendidikan Anak. https://doi.org/10.21831/jpa.v3i1.2900

( DOC,PROMKES, RSMH)