Uji fungsi paru perlu dilakukan untuk menilai beratnya asma serta menilai hasil pengobatan.
Pada pasien yang dirawat, pengukuran spirometri volume paksa (forced expiratory volume =
FEV1) lebih disukai daripada aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate = PEFR).
Pengukuran FEV1 dan PEFR adalah pemeriksaan sederhana dan relatif murah akan tetapi
penting dilakukan pada pasien asma. Penilaian ini bermanfaat untuk konfirmasi diagnosis, untuk
menentukan faktor pencetus serta menilai beratnya penyakit dan respons terhadap pengobatan.
Pemeriksaan ini biasanya hanya dapat dikerjakan pada anak di atas usia 6-8 tahun. Pemeriksaan
ekspirasi paksa pada pasien asma berat dapat merangsang timbulnya batuk dan bronkokonstriksi.
Pengukuran FEV1 dapat dilakukan dengan menggunakan spirometer atau vitalograf.
Keuntungan pengukuran FEV1 dibandingkan dengan PEFR adalah karena FEV1 hanya sedikit
memerlukan kooperasi pasien dan sekaligus dapat di ukur kapasitas vital paksa (forced vital
capacity = FVC). Hasil pemeriksaan harus disesuaikan dengan jenis kelamin, umur dan tinggi
badan.
Pengukuran PEFR dengan menggunakan wright peak flow meter atau wright mini peak
flowmeter sebagai pengganti spirometri yang akurat pada pasien berobat jalan. Alat ini dapat
digunakan sehari-hari dalam praktek untuk pasien gangguan saluran napas. Pasien asma episodik
dikatakan ringan bila FEV1 dan PEFR adalah 25% -50% dari perkiraan normal, moderat bila
12%-25% dan sangat berat bila kurang dari 12%. Penilaian di atas hanya merupakan perkiraan
kasar dan hanya dari satu segi penilaian saja. Yang penting dalam penilaian beratnya derajat
asma perlu dilihat secara keseluruhan.
Daftar Pustaka:
Munasir Z. Uji Fungsi Paru. Editor: Akib AAP, Munazir Z, Kurniati N. Buku Ajar Alergi imunologi Anak Edisi kedua. IDAI; Jakarta 2010;446-7.