Jumat, 05 Agustus 2022 13:48 WIB

Diabetes Melitus Adalah Masalah Kita

Responsive image
49158
Dr. dr. Made Ratna Saraswati, SpPD-KEMD, FINASIM - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Pada akhir tahun 2021, International Diabetes Federation (IDF) dalam Atlas edisi ke-10 mengkonfirmasi bahwa diabetes termasuk salah satu di antara kegawatdaruratan kesehatan global dengan pertumbuhan paling cepat di abad ke-21 ini. Pada tahun 2021, lebih dari lebih dari setengah miliar manusia dari seluruh dunia hidup dengan diabetes, atau tepatnya 537 juta orang, dan jumlah ini diproyeksikan akan mencapai 643 juta pada tahun 2030, dan 783 juta pada tahun 2045. Selain jumlah penyandang diabetes yang besar, diperkirakan jumlah orang dengan kadar glukosa darah yang mulai meningkat atau pada fase prediabetes, yaitu toleransi glukosa terganggu pada tahun 2021 ini berjumlah sekitar 541 juta. Diabetes pada populasi ini juga memberikan konsekuensi angka kematian yang tinggi terkait dengan diabetes, yaitu diperkirakan lebih dari 6,7 juta pada kelompok orang dewasa berusia antara 20–79 tahun.

Diabetes tidak hanya memengaruhi orang dewasa, namun juga anak-anak dan remaja yang berusia sampai dengan 19 tahun, di mana jumlah penyandang diabetes pada kelompok ini juga meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, diperkirakan lebih dari 1,2 juta anak dan remaja mengalami diabetes melitus tipe 1. Dalam Atlas IDF edisi ke 10 tahun 2021 ini juga disampaikan data tentang kadar glukosa darah yang tinggi atau hiperglikemia pada kehamilan, di mana kejadiannya mencapai 1 di antara 6 kehamilan. Beban yang diakibatkan oleh tingginya angka penyandang diabetes adalah biaya kesehatan yang tinggi. Tanda bahaya terkait diabetes ini juga disebabkan oleh tingginya persentase penyandang diabetes yang tidak terdiagnosis yaitu sekitar 45%, terutama penyandang diabetes melitus tipe 2. Keadaan ini mengingatkan pada seluruh dunia bahwa perbaikan pelayanan kesehatan supaya mampu mendiagnosis penyandang diabetes merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dirinya mengalami diabetes.

Bagaimana dengan situasi diabetes di Indonesia?

Dalam Atlas IDF edisi ke-10 disebutkan bahwa di Indonesia, diperkirakan populasi diabetes dewasa yang berusia antara 20-79 tahun adalah sebanyak 19.465.100 orang. Sementara itu, total populasi dewasa berusia 20-79 tahun adalah 179.720.500, sehingga bila dihitung dari kedua angka ini maka diketahui prevalensi diabetes pada usia antara 20-79 tahun adalah 10,6%. Dengan kata lain, kalau dihitung pada kelompok usia 20-79 tahun ini berarti 1 dari 9 orang dengan diabetes. Beban biaya kesehatan per tahun bagi penyandang diabetes yang berusia antara 20-79 tahun di Indonesia adalah sebesar 323,8 USD. Bila dibandingkan dengan negara lain, biaya yang didedikasikan untuk perawatan diabetes di Indonesia ini jauh lebih kecil. Kita ambil contoh, misalnya negara yang dekat dengan Indonesia, Australia, biaya yang digunakan untuk pelayanan diabetes adalah 5.944 USD per orang, sementara Brunei Darusalam menggunakan dana 901,3 USD per orang. Angka kematian terkait diabetes pada usia 20-79 tahun di Indonesia diperkirakan sebesar 236,711. Sementara itu, proporsi pasien diabetes pada kelompok usia 20-79 tahun yang tidak terdiagnosis adalah 73,7%.

Apa artinya data-data yang ditampilkan oleh IDF tentang gambaran diabetes di negara kita? Mari kita melihat ke masyarakat di sekitar kita, tingginya angka kejadian diabetes di Indonesia ini menunjukkan bahwa kalau kita berkumpul sebanyak 9 orang, maka ada 1 orang dengan diabetes. Satu orang ini mungkin sudah terdiagnosis diabetes tapi mungkin juga tidak terdiagnosis. Mari kita sadari bersama bahwa diabetes merupakan masalah kita.

 

 

Referansi:

Atlas IDF X tahun 2021. Diunduh dari:https://diabetesatlas.org/idfawp/resource-files/2021/11/IDFDA10-global-fact-sheet.pdf. Diunduh tanggal 14 Jan 2022.

https://dev-sinergi.bappebti.go.id/