Mengompol pada anak merupakan salah satu masalah berkemih yang cukup sering menyebabkan anak dibawa ke dokter, terutama apabila terjadi pada usia sekolah. Sebuah penelitian di Indonesia menyebutkan bahwa 6,8% anak berusia kurang dari 18 tahun mengalami kejadian mengompol. Mengompol pada malam hari atau dalam istilah medis disebut sebagai nocturnal enuresis, sebagian besar bukan merupakan kondisi medis yang serius, namun mengkhawatirkan bagi anak maupun orangtua. Sekitar 20% anak usia 5 tahun mengalami mengompol pada malam hari, dan 10% di antaranya bertahan hingga usia 7 tahun. Seiring dengan proses pendewasaan seorang anak, hampir seluruh anak akan memiliki kontrol berkemih yang baik ketika menginjak usia remaja.
Saat mengetahui anak masih mengompol saat usia sekolah, ada beberapa hal yang orangtua perlu perhatikan sebelum membawa anak ke fasilitas kesehatan, yaitu:
Pada anak yang mengompol hanya di malam hari, dokter akan mengonfirmasi jawaban atas pertanyaan di atas dengan pemeriksaan fisik pada anak. Bila kemudian tidak didapatkan kelainan yang signifikan, maka penanganan yang dilakukan akan dimulai dari perubahan gaya hidup, berupa:
Pilihan tata laksana mengompol pada malam hari berupa wait and see approach atau pemberian obat-obatan harus didiskusikan dengan orangtua dan memperhatikan kondisi sosial anak. Terapi lanjutan yang memiliki bukti medis baik adalah terapi alarm, yaitu menggunakan alarm yang dapat membangunkan anak bila berkemih saat tidur, dan terapi dengan obat desmopresin.
Penyebab mengompol pada malam hari adalah ketidakseimbangan antara kapasitas kandung kemih yang dipengaruhi oleh aktivitas otot kandung kemih, produksi air seni di malam hari yang dipengaruhi oleh hormon arginin vasopressin, dan dan kemampuan anak untuk bangun pada malam hari saat kandung kemih sudah penuh. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan mengompol pada malam hari, diantaranya: sembelit, gangguan pernapasan saat tidur seperti obstructive sleep apnea (OSAS) atau hipertrofi adenotonsilar, gangguan neuropsikiatri seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan tidur seperti mimpi buruk (pavour nocturnus/night terror) atau kebingungan Ketika terbangun dari tidur (confusion when awaken from sleep).
Apabila anak mengeluhkan gejala nyeri perut, nyeri berkemih, pancaran lemah, kencing menetes, bercampur darah, atau mengompol di siang hari, orangtua perlu memeriksakan anak kepada dokter untuk memastikan apakah terdapat infeksi saluran kemih yang mendasari kejadian mengompol tersebut. Selain itu bila didapatkan mengompol pada siang dan malam hari, atau kejadian mengompol kembali setelah bebas mengompol selama 6 bulan maka anak perlu segera diperiksakan ke dokter.
Daftar Referensi:
Wahyudi I. Panduan tata laksana inkontinensia urine pada anak. Edisi ke-2. Jakarta: Perkumpulan Kontinensia Indonesia (PERKINA). 2018.
Bedwetting in children & teens: Nocturnal enuresis. New York: National Kidney Foundation. 2022. Available from: https://www.kidney.org/atoz/content/bedwetting-children-teens-nocturnal-enuresis
Bedwetting: 3 common reasons & what families can do. American Academy of Pediatrics. 2022. Avaliable from: https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/toilet-training/Pages/Bedwetting.aspx