Bullying dapat terjadi di mana saja, salah satunya yaitu di tempat kerja. Beradarkan hasil survei yang dilakukan oleh Workplace Bullying Institutedi Amerika pada tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat 19% orang Amerika yang mengalami tindakan bullying di tempat kerja, 19% lainnya telah menyaksikan tindakan bullying di tempat kerja, dan 63% menyadari terdapat perilaku bullying yang terjadi di tempat kerja.
Banyak orang melakukan tindakan bullying. Biasanya orang yang melakukan bullying akan mencari teman untuk membantu melancarkan aksinya. Apalagi di tempat kerja yang mana karyawannya harus menjalin kerja sama yang baik antara satu sama lain. Padahal, bullying di tempat kerja akan memberikan dampak negatif bagi korban.
Bullying secara umum didefinisikan sebagai perilaku agresif seperti tindakan kekerasan baik itu secara fisik atau verbal yang dilakukan secara berulang dan terdapat ketidakseimbangan kekuasaan sehingga sulit bagi korban untuk membela dirinya.
Faktor penyebab perilaku bullying di tempat kerja :
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bullying di tempat kerja terjadi, dimana hal tersebut melibatkan faktor individu dan juga organisasi, seperti:
Perilaku bullying yang berkaitan dengan pekerjaan biasanya ditandai dengan memanipulasi informasi dan kontrol pekerjaan yaitu mengawasi secara berlebihan, memberikan beban kerja secara berlebihan, menyembunyikan beberapa informasi mengenai yang bersangkutan.
Contoh perilaku bullying di tempat kerja :
Bullying yang dilakukan di lingkungan kerja dapat diwujudkan dalam beberapa hal, anatar lain:
Dampak dari perilaku bullying di tempat kerja :
Dampak akibat perilaku bullying di tempat kerja terbagi menjadi dua yakni, berdasarkan aspek psikologis dan fisiologis dari korbannya (Oade: 2009).
Dampak psikologis korban antara lain merasa tertekan, stress berkepanjangan apabila tidak mampu mengatasinya, kecemasan, terisolasi dan kesepian, penurunan rasa percaya diri, cenderung mudah marah, mood yang tidak stabil, rendahnya motivasi, dan depresi.
Sedangkan dampak fisiologis korban yaitu sakit pada bagian perut, tenggorokan dan kepala, detak jantung menjadi lebih cepat, kerusakan kulit, sakit punggung, berkeringat dan tremor, kehilangan nafsu makan, serta berkurangnya sistem kekebalan tubuh.
Seorang pekerja yang mengalami bullying berpotensi mengalami burnout yang akhrinya mengarah pada keinginan untuk berhenti atau keluar dari pekerjaan (Cordes & Dougherty: 1993).
Selain itu, bullying di tempat kerja juga memberikan dampak terhadap instansi atau perusahaan yang ditempati. Karyawan yang mengalami bully biasanya tidak berani untuk menungkapkan pendapat dan berbagi pengetahuan yang dimiliki disebabkan karena takut akan di bully. Hal tersebut akhirnya dapat menghancurkan kerjasama tim, menurunkan produktifitas dan menghambat pencapaian target.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi tindakan bullying yang terjadi di tempat kerja :
Pelaku bullying seringkali ingin memancing reaksi. Biasanya mereka akan senang jika korban menunjukkan rasa kesal karena tindakannya. Jadi, ada baiknya untuk tetap tenang. Latihlah diri agar memiliki batasan emosional yang membuat kamu tidak mudah bereaksi dan merasa buruk terhadap diri sendiri ketika mengalami tindakan bullying di tempat kerja.
Cobalah untuk membicarakan dan tegaskan pendapat kamu dengan pelaku. Berbicaralah secara baik-baik agar pelaku mau mendengarkan dan mintalah agar tidak melakukan tindakan bullying tersebut.
Cara selanjutnya yaitu beri tahu atasan atau HRD atas masalah yang sedang terjadi. Akan tetapi, saat menyampaikan permasalahan tersebut lakukan dengan komunikasi yang tepat sehingga mereka dapat membantu mencari jalan keluar terbaik.
Berbicara dengan orang lain dapat membantumu mengatasi efek bullying fan bisa meringankan sedikit beban yang kamu rasakan. Disini kamu dapat membicarakan permasalahanmu dengan rekan kerja, atasan, sahabat, atau terapis bila memang dirasa perlu.
Jika memang kamu merasa tidak tahan dengan bullying di tempat kerja, tidak ada salahnya untuk mencari pekerjaan baru yang memiliki kebijakan atau budaya kerja yang lebih baik.
Institusi juga harus memperhatikan lingkungan karyawan bekerja dan selalu mewaspadai resiko perilaku negatif berupa ancaman, tekanan, penghindaran dan perendahan sebagai bentuk bullying dari karyawan lain maupun dari atasan karena para korban bullying biasanya tidak berani melaporkan apa yang telah dia alami karena takut salah melangkah.
Referensi
Andriansyah, H. & Sahrah, A. 2014. Hubungan Bullying dengan Burnout pada Karyawan. JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA. Vol 9 (2): 137-150.
Hariyonyoto, R. H. & Murkhana. 2020. Pengaruh Wrokplace Bullying Terhadap Penyembunyian Pengetahuan Yang Dimoderasi Oleh Penyimpangan Moral Pada Karyaean Perhotelan di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Manajemen. Vol 5 (1): 82-97.
Izzatinisa & Siswati. 2017. Hubungan antara Self Esteem dengan Workplace Bullying. Jurnal Empati. Vol 6 (2): 38 - 46.
Silviandari, I. A. & Helmi, A. F. 2018. Bullying di Tempat Kerja di Indonesia. Buletin Psikologi. Vol. 26 (2): 137-145.
https://health.kompas.com/read/2021/09/03/150000868/dampak-bullying-di-tempat-kerja-yang-harus-diwaspadai?page=3
https://www.ekrut.com/media/cara-mengatasi-bullying