Dementia (demensia) merupakan gangguan kesehatan jiwa yang disebabkan adanya kerusakan pada sel saraf dan hubungan antar saraf pada otak. Dementia memiliki dampak menurunnya daya ingat dan cara berpikir seseorang. Berdasarkan PPDGJ-III, demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit / gangguan otak yang biasanya bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur yang umumnya disertai atau diawali dengan kemrosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
Prevalensi demensia menunjukkan angka yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 terdapat 35,6 juta orang dengan demensia dan diperkirakan terjadi peningkatan dua kali lipat setiap 20 tahun, menjadi 65,7 juta di tahun 2030 dan 115,4 juta di tahun 2050. Sementara di Asia Tenggara, jumlah penderita demensia diperkirakan mengalami peningkatan dari 2,48 juta pada tahun 2010 menjadi 5,3 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2011 WHO memperkirakan jumlah kasus di Indonesia berjumlah 1 juta orang dan diproyeksikan akan semakin meningkat selaras dengan meningkatnya usia harapan hidup. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia.
Beragam gejala yang dialami oleh penderita demensia seperti perubahan fungsi nalar, perubahan psikologis seperti mudah gelisah, berhalusinasi, perubahan kepribadian, dsb, perubahan aktivitas sehari-hari., kesulitan membaca dan menulis, mudah lupa, kebingungan, mudah marah, hingga kehilangan kemampuan dasar, seperti makan, mandi, duduk, bahkan tidak bisa berbicara menjadikan kasus demensia menjadi perhatian penting pada masa penuaan. dimana hal ini berpengaruh terhadap perawatan, proses sosial, hingga kualitas hidup lansia dan pembiayaan sehingga diperlukan upaya pencegahan dan perlambatan lebih lanjut untuk kasus ini. Salah satu bentuk pencegahan untuk memperlambat terjadinya demensia yaitu dengan melatih otak dengan permainan seperti dengan senam otak (brain gym).
Senam otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan sederhana dan bertujuan untuk menghubungkan/ menyatukan pikiran dan tubuh yang mengintegrasikan semua area yang berhubungan dalam proses belajar sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan untuk memaksimalkan kedua belah hemisfer pada otak yang memiliki dominan masing-masing dan memperbaiki penampilan seseorang. Senam otak membantu mengintegrasikan: 1. Batang otak/ brain stem ( fungsi pernapasan, homeostasis dan tendon guard reflex), 2. Otak tengah/ mid brain (sistem limbik, kontrol suhu, memori, emosi, kelenjar dan kimia tubuh serta fight/flight response), dan 3. Neo cortex (kemampuan berpikir yang tertinggi, komunikasi, hemisfer kiri dan kanan).
Adapun manfaat senam otak dilakukan untuk memperbaiki kemampuan motorik, fungsi eksekutif otak, kemampuan sosial, dan performa akademik.
Gerakan- gerakan pada senam otak sangatlah beragam yang utamanya adalah menggerakan, ataupun mengkoordinasikan anggota tubuh secara bersamaan atau bergantian yang dapat dilakukan secara silang atau terfokus pada satu titik. Beberapa gerakan senam otak antara lain:
1.Cross crawl (gerak diagonal)
Gerakan ini meningkatkan koordinasi penglihatan, pendengaran, kemampuan kinestetik sehingga meningkatkan kemampuan mendengar, membaca, menulis dan daya ingat. Koordinasikan gerakan supaya kalau satu tangan bergerak, kaki yang berlawanan bergerak pada saat yang sama.
2. Double doodle (menggambar dua tangan)
Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah.
3. Lazy 8 (8 malas)
Mulai di bagian tengah, pertama gerakkan tangan berlawanan arah jarum jam: ke atas, membentuk lingkaran. Kemudian searah jarum jam: ke atas, membentuk lingkaran dan kembali ke titik tengah. Buatlah gerakan ini 3 kali tiap tangan, kemudian 3 kali dengan kedua tangan.
4. Belly breathing (pernapasan perut)
Meningkatkan persediaan oksigen untuk seluruh tubuh, terlebih untuk otak. Kegiatan ini merelakskan SSP sambil meningkatkan kadar energi, Gerakan ini terbukti meningkatkan kemampuan membaca dan berbicara. Taruh tangan di perut. Buang napas pendek-pendek, lalu ambil napas dalam dan pelan-pelan. Tangan mengikuti gerakan perut waktu membuang dan mengambil napas.
5. Arm activation (mengaktifkan tangan)
Gerakan ini meregangkan otot bahu & dada atas. Gerakan ini merilekskan & mengkoordinasi otot-otot bahu dan lengan serta membantu otak dalam kemudahan menulis dengan tangan, mengucap dan menulis kreatif. Luruskan satu tangan ke atas, ke samping kuping. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan melawan tangan satunya keempat jurusan (depan, belakang, ke dalam dan keluar)
6. The thinking cap (pijat kuping)
Kegiatan ini membangkitkan mekanisme pendengaran dan memori. Sehingga meningkatkan kemampuan mendengar, memori jangka pendek dan ketrampilan berpikir abstrak. Pelan-pelan buka daun kuping keluar, 3 x dari atas ke bawah
Sumber Foto: https://infopublik.id/galeri/foto/detail/82251
Referensi:
DEPKES.RI. 2000. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III). Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI.
(PDF) Faktor Risiko Kejadian Demensia Berdasarkan Studi Literatur. Available from: https://www.researchgate.net/publication/344701350_Faktor_Risiko_Kejadian_Demensia_Berdasarkan_Studi_Literatur [accessed Mar 15 2022].
Hyatt, K.J. 2007. Brain Gym(R): Building Stronger Brains or Wishful Thinking?. Remedial and special education 28(2):117-124.
Hannaford C. Smart moves, why learning is not all in yourhead. Arlington: Great Ocean Publishers, 1995. h. 108-31.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Selamatkan Otak, Peduli Gangguan Demensia/ Alzheimer (Pikun) [Internet]. 2018. :http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2018/09/23/1/selamatkan-otak-peduli-gangguan-demensiaalzheimer-pikun.html
Sularyo,T. S dan Handryastuti, S. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 1, Juni 2002: 36 – 44