Rabu, 03 Agustus 2022 14:34 WIB

Manajemen Berat Badan pada Pasien Diabetes

Responsive image
2944
dr. Aziz Rahman Muis, dr. M. Aron Pase, SpPD, K-EM - RSUP H. Adam Malik Medan

Obesitas merupakan masalah kesehatan kronis yang sering progresif dan sulit diobati. Obesitas juga menjadi lebih umum terjadi pada pasien dengan diabetes tipe 1; satu studi melaporkan peningkatan tujuh kali lipat dalam 20 tahun terakhir. Penurunan berat badan telah terbukti meningkatkan kontrol gula darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin dan pengambilan glukosa dan mengurangi keluaran gula darah dari hati.

Apa saja obat antidiabetes yang dapat meningkatkan berat badan?

Banyak obat antidiabetes yang digunakan dalam pengobatan diabetes secara langsung berperan dalam penambahan berat badan melalui mekanisme penurunan gula darahnya. Hasil penurunan kadar gula darah sesuai dengan penurunan glikosuria, faktor utama untuk kenaikan berat badan diamati pada pasien yang diobati dengan agen antidiabetes konvensional. Pengobatan dengan kelas terapi tertentu dan beberapa karakteristik pasien awal dapat menjadi prediksi kenaikan berat badan.

Obat Antidiabetes Yang Meningkatkan Berat Badan

Insulin
Memiliki risiko kejadian hipoglikemia (kadar gula darah rendah) yang tinggi, ketika kadar gula darah menjadi sangat rendah, tubuh akan meningkatkan stimulus untuk makan supaya gula darah bisa meningkat. Insulin sendiri juga merupakan salah satu hormon yang mengatur metabolisme tubuh yang berperan langsung dalam meningkatkan berat badan

 

Sulfonilurea

Pasien yang menggunakan sulfonilurea sebagai obat utama antidiabetes memiliki risiko tinggi mengalami hipoglikemia, ketika hipoglikemia terjadi maka stimulus untuk makan akan meningkat, berat badan juga ikut meningkat

 

Thiazolidinedione

Thiazolidinedione mengontrol gula darah dengan cara meningkatkan perubahan sel lemak dalam tubuh, yang memiliki efek samping meningkatkan jumlah volume plasma dalam darah, yang berarti terjadi peningkatan kadar air dalam tubuh, akibatnya berat badan meningkat

 

Apa langkah yang harus dilakukan?

a.       Olahraga

Agar mendapatkan hasil jangka panjang yang lebih baik, harus dimulai dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin dan konsisten. Olahraga yang efektif untuk manajemen berat badan harus mencakup campuran seimbang antara latihan aerobik (daya tahan) untuk meningkatkan kesehatan kardiovaskular, latihan resistensi (kekuatan) untuk mempertahankan massa otot, dan latihan fleksibilitas (peregangan) untuk meningkatkan kemampuan fungsional dan mengurangi risiko cedera. Rencana latihan dapat berkembang secara bertahap selama 12-24 minggu dari 20 menit/hari selama 4 hari/minggu menjadi 60 menit/hari selama 5-6 hari/minggu. Setelah menyelesaikan fase intensif awal, Anda biasanya didorong untuk terus berolahraga selama 60 menit/hari, 5-6 hari/minggu dan mempertahankan 300 menit per minggu dengan penekanan pada latihan ketahanan untuk mempertahankan massa otot. Pelatihan resistensi sangat penting karena diabetes diketahui memperburuk kehilangan otot yang sering terjadi dengan penuaan. Latihan singkat 10 menit masing-masing yang dilakukan di siang hari terbukti efektif untuk jangan panjang dan dikaitkan dengan manfaat serupa terlihat dengan sesi latihan yang lebih lama. Olahraga sangat penting dalam manajemen berat badan karena membantu mempertahankan penurunan berat badan yang dicapai.

b.      Nutrisi

Konsultasikan diri Anda dengan ahli nutrisi. Terapi nutrisi yang tepat biasanya dimulai dengan mengevaluasi kebutuhan kalori Anda. Evaluasi tersebut mencakup tinjauan riwayat diet dan/atau mengingat kembali diet selama 24 jam terakhir dan tinjauan kepatuhan terhadap rekomendasi diet selama upaya pengelolaan berat badan sebelumnya. Hal ini juga mencakup identifikasi hambatan potensial untuk mengikuti rencana nutrisi. Setiap peserta harus menerima rencana makan kalori rendah yang dibulatkan ke tingkat 1200, 1500, atau 1800 kkal terdekat untuk kemudahan aplikasi berdasarkan jenis kelamin, tinggi, dan asupan energi sebelumnya. Rencana diet yang efektif tidak menghitung asupan protein sebagai persentase dari total kalori yang dikonsumsi untuk menghindari pengurangan asupan protein absolut yang tidak diinginkan dalam diet rendah kalori. Pengurangan asupan protein absolut dapat mempercepat hilangnya otot selama penurunan berat badan. Meminimalkan hilangnya massa otot tanpa lemak selama manajemen berat badan sangat penting untuk menjaga penurunan berat badan jangka panjang.

c.       Penyesuaian obat antidiabetes

Untuk penurunan berat badan yang optimal melalui pendekatan multidisiplin, konsultasika diri Anda dengan dokter apakah mungkin untuk mengurangi, mengganti, atau bahkan menghentikan obat-obatan yang berpotensi meningkatkan berat badan di awal program manajemen berat badan. Beberapa obat antidiabetes yang tidak mempengaruhi berat badan atau bahkan dapat menurunkan berat badan adalah metformin, penghambat DPP-4, penghambat -glukosidase, analog GLP-1, penghambat SGLT-2, dan pramlintide. Selanjutnya, penggunaan obat anti-obesitas yang disetujui misalnya, lorcaserin, naltrexone/bupropion, topiramate/phentermine, dan liraglutide dianjurkan pada pasien tertentu dengan nafsu makan yang kuat. Jika Anda seorang yang menggunakan insulin, penggunaan insulin dapat dialihkan ke insulin kerja lama yang memiliki efek lebih sedikit dalam penambahan berat badan (misalnya, detemir insulin, insulin degludec, dan insulin glargine U-300). Untuk menghindari konsumsi makanan yang tidak perlu, pasien mungkin disarankan untuk memberikan insulin kerja pendek segera setelah makan atau dalam waktu 20 menit setelah memulai makan. Pemantauan ketat kadar glukosa darah sangat penting selama penurunan berat badan. Anda disarankan untuk menggunakan monitor gula darah terus menerus atau untuk memeriksa kadar gula darah 5-8 kali sehari: sebelum makan, sebelum dan sesudah berolahraga, dan sebelum tidur. Daftar riwayat pemeriksaan gula darah harus ditinjau setiap minggu selama periode intensif manajemen berat badan. Obat antidiabetes harus diatur dosisnya sesuai untuk mencegah hipoglikemia selama penurunan berat badan. Terjadinya hipoglikemia dengan penurunan berat badan sebagai akibat dari peningkatan sensitivitas insulin dapat menjadi penghalang untuk penurunan berat badan yang berkelanjutan dan harus dihindari.

d.      Operasi Bariatrik

Operasi bariatrik semakin banyak digunakan untuk manajemen obesitas pada pasien dengan diabetes. Hal ini harus dipertimbangkan sebagai pilihan yang valid untuk pasien dengan T2D dan obesitas kelas 2 dan 3 yang tidak dapat menurunkan berat badan setelah 6 bulan intervensi gaya hidup intensif. Pembedahan bariatrik, terutama bypass lambung Roux-en-Y (RYGB), adalah prosedur yang drastis tetapi sering mengakibatkan penurunan berat badan jangka panjang. Penelitian telah menunjukkan bahwa di antara pasien dengan T2D, operasi bariatrik meningkatkan kontrol gula darah dan mengurangi kebutuhan obat antihiperglikemik.

 

Daftar Pustaka

El Khoury L, Chouillard E, Chahine E, Saikaly E, Debs T, Kassir R. Metabolic surgery and diabesity: a systematic review. Obes Surg. 2018;28:2069–77.

Gaal L Van. Weight Management in Type 2 Diabetes : Current and Emerging Approaches to Treatment. 2015;38(February):1161–72.

Hamdy O, Ashrafzadeh S, Mottalib A. Weight Management in Patients with Type 2 Diabetes : a Multidisciplinary Real-world Approach. 2018;

Wharton S, Pedersen SD, Lau DCW, Sharma AM. Weight Management in Diabetes. Can J Diabetes [Internet]. 2018;42:S124–9.