Senin, 08 Juli 2024 10:42 WIB

Sensori Integrasi pada Perkembangan Anak

Responsive image
45
Sriyani Setyaningsih, A.Md.OT - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Sensori integrasi merupakan suatu intervensi yang dilakukan oleh okupasi terapis untuk menangani anak dengan disfungsi sensori dalam rangka mengoptimalkan kemampuan persepsi anak terhadap lingkungan sekitar. Terapi sensori integrasi sebagai bentuk okupasi dan treatment pada anak dengan kondisi tertentu seringkali digunakan sebagai cara untuk melakukan upaya perbaikan, baik perbaikan gangguan perkembangan atau gangguan belajar, gangguan interaksi social. Efektifitas terapi sensori integrasi mendapatkan hasil yan baik untuk anak- anak dengan retardasi mental ringan dan autisme, terapi ini dapat mengoptimalkan sensori dan juga respon motorik anak. Terapi sensori integrasi dilakukan dengan pola permainan tertentu, sebab dalam permainan tersebut terdapat cara yang dikhususkan untuk melatih  sensori anak sehingga dapat meningkatkan perkembangan anak.

Tujuan

Membuat anak dapat memperbaiki dan mengembangkan respons yang tepat dan spontan terhadap pengalaman lingkungan sehingga fungsinya dalam kehidupan sehari-hari meningkat. Sensori integrasi mendukung perkembangan fisik, sosial dan emosional anak.

Siapa yang Memerlukan Sensori Integrasi

Terapi sensori integrasi ditujukan bagi anak yang mengalami gangguan pemrosesan indrawi atau Sensory Processing Disorder. Adapun gangguan tersebut seperti :

1.    Gangguan spektrum autistik

2.    Gangguan pemusatan perhatian

3.    Ketidakmampuan mempelajari hal umum atau hal tertentu

4.    Peristiwa cedera, penyakit, trauma

5.    Gangguan koordinasi perkembangan

6.    Kesulitan mengendalikan suasana hati

Sensori Integrasi Melibatkan 7 Sistem Sensori

1.    Tactil (sentuhan), indera yang memproses tentang perasa dan peraba yang diterima melalui kulit

2.    Auditory (pendengaran), untuk mengidentifikasi volume,nada dan suara secara langsung

3.    Visual (penglihatan), untuk melihat dan membantu mengidentifikasi objek,menilai jarak dari orang lain,menyadari warna,tingkat cahaya

4.    Olfactory (penciuman), untuk mengidentifikasi aroma yang berbeda

5.    Gustatory ( pengecapan), untuk mendeteksi rasa manis,asin,asam ,pahit

6.   Vestibular, menunjukkan posisi tubuh dalam sebuah ruang gerak/gravitasi bumi sehingga anak mengetahui letak keberadaan diri sendiri meskipun dalam keadaan gelap

7.  Proprioception, kesadaran tubuh (input sensori otot dan sendi)memungkinkan manusia merasakan posisi tubuh berada dan besaran gaya yang diperlukan saat aktifitas

Sensory Processing Disorder (SPD)

Sensory Processing Disorder merupakan gangguan sensorik pada anak yang menyebabkan anak beraksi berlebihan (hipersensitif) atau bahkan tidak memberi reaksi apapun (hiposensitif) terhadap rangsangan.

Contoh gejala Sensory Processing Disorder :

1.      Menjadi sangat khusus tentang makanan karena tekstur atau rasa.

2.      Reaksi lambat terhadap gerakan cepat, suara keras atau cahaya terang.

3.      Koordinasi motorik yang buruk.

4.      “Pemilih Makanan” dengan respon muntah yang berlebih.

5.      Kurang waspada terhadap lingkungan sekitar : berlari didepan mobil, melompat ke air tanpa bisa berenang,menabrak tembok.

6.      Menunjukan perilaku tertentu seperti ketidaknyamanan dengan kontak manusia seperti pelukan, tidak suka berpakaian.

7.      Tulisan tangan yang buruk yang sulit dibaca.

8.      Menggigit benda asing yang bukan makanan.

Kondisi Anak yang Memerlukan Terapi Sensori Integrasi

Autisme, ADHD, Speech Delay ,Down Syndrom

Penerapan

1.   Sensory Tactile

a.    Menyikat tubuh anak dengan sikat  khusus

b.    Meronce

c.    Bermain play dough, bola bergerigi

d.    Bermain pasir

e.    Berjalan di atas rumput

2.   Sensory pendengaran

Kombinasi terapi musik untuk anak hipersensitif : musik lembut ke keras untuk anak hiposensitif : musik keras ke lembut

3.   Sensory penciuman dan pengecapan

Menghindarkan anak dari bau yang tajam

4.   Sensory Visual

Ruangan diberikan distraksi untuk anak hipersensitif; dari kosong ke banyak, untuk anak anak hiposensitif dari dari banyak ke sedikit

5.   Sensory Propioceptif

a.    Mendorong kursi / benda yang diberi beban

b.    Merayap / merangkak dengan beban di punggung

c.    Mengangkat kursi

6.   Sensory Vestibular

d.    Ayunan

e.    Melompat di atas trampolin

f.     Keseimbangan satu kaki

g.    Berjalan di atas titian

Perawatan Pasca Sensory Integrase

Orang tua dapat membantu kelancaran terapi dengan mempraktikkan teknik terapi di rumah supaya hasil yang diperoleh dari terapi tetap bertahan.

Kesimpulan

1.   Ketujuh sistem indera sensori memberi informasi tentang hal yang terjadi di lingkungan luar sehingga memungkinkan seseorang menyeseuaikan diri dengan lingkungannya.

2.   Tidak semua anak memiliki perkembangan sensori yang sama dan untuk beberapa anak perbedaan fungsi sensori integrasi dapat membuat perubahan dalam kehidupan sehari hari

3.   Diperlukan stimulasi sensori yang tepat dengan aktivitas yang bertujuan sehingga diharapkan mencapai perilaku yang adaptif.

 

Referensi :

Nilansari Atika. 2019. Pelaksanaan Pembelajaran Sensori Integrasi untuk Anak Autis di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Widia Ortodidaktika Volume 8 Nomer 7.

Jamilatus Sholeha, dkk. 2023. Pengaruh Pemberian Sensori Integrasi terhadap Perubahan Motorik Kasar Anak pada Anak Hiperaktif di Klinik Tumbuh Kembang Anak Yamet Cabang Surabaya Timur. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Volume 8 Nomer 1.