Rabu, 03 Agustus 2022 14:11 WIB

Purpura Henoch Schonlein pada Anak

Responsive image
8953
DR.Dr. Novie Homenta Rampengan, SpA(K), DTM&H, MCT - RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado

Purpura Henoch Schonlein (PHS) adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah  kecil sistemik yang ditandai dengan lesi kulit spesifik berupa purpura nontrombositopenik, arthritis atau artralgia, nyeri abdomen atau perdarahan gastrointestinal dan kadang-kadang nefritis atau hematuria.

Purpura Henoch Schonlein terutama terdapat pada anak usia 2-15 tahun dengan puncak usia 4-7 tahun dan lebih banyak pada anak laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 3:2. Sampai sekarang penyebab penyakit ini belum diketahui. Di duga beberapa faktor memegang peranan antara lain faktor genetik, infeksi traktus respiratorius bagian atas, makanan, imunisasi (vaksin varicella, rubella, rubeola, hepatitis A dan hepatitis B) dan obat-obatan (ampisillin, eritromisin, kina). Infeksi bisa berasal dari bakteri (Haemophilus, Mycoplasma, Parainfluenza, Legionella, Yersinia, Salmonella dan Shigella) ataupun virus (adenoviris, varisela).

Pengobatan adalah suportif dan simptomatis, meliputi pemeliharaan, hidrasi, nutrisi, keseimbangan elektrolit dan mengatasi nyeri dengan analgesic. Untuk keluhan arthritis ringan dan dema dapat digunakan antiinflamasi non steroid. Edema dapat diatasi dengan elevasi tungkai. Selama ada keluhan muntah dan nyeri perut diet diberikan dalam bentuk makanan lunak. Terapi prednisone dapat diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari secara oral terbagi dalam 3-4 dosis selama 5-7 hari.

Penyulit yang dapat terjadi antara lain perdarahan saluran cerna, obstruksi, intususepsi, perforasi, gagal ginjal akut dan gangguan neurologi. Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam beberapa hari atau minggu. Rekurensi dapat terjadi pada 50% kasus.

 

Referensi:

Matondang CS, Roma J.  Purpura Henoch Schonlein. Editor: Akib AAP, Munazir Z, Kurniati N. Buku Ajar Alergi imunologi Anak Edisi kedua. IDAI; Jakarta 2010;373-7.

Sumber: Tirto ID