Rabu, 03 Agustus 2022 10:55 WIB

Respon Neuroendokrin Terhadap Pembedahan (Series-2)

Responsive image
922
Dr.dr.Wira Gotera,SpPD,KEMD/Ida Bagus Aditya Nugra - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Respon stres  terhadap pembedahan  memiliki karakteristik peningkatan sekresi hormon pituitari dan aktivasi sistim saraf simpatis. Perubahan sekresi hormon pada pituitari memiliki efek sekunder  pada sekresi hormon dari target organ.  Sebagai contoh dikeluarkannya kortikotropin dari pituitari akan menstimulasi sekresi kortisol dari kortek adrenal. Arginin vasopressin disekresi dari pituari posterior dan memiliki efek pada ginjal. Pada pankreas, glukagon disekresikan dan sekresi insulin berkurang. Perubahan hormonal  menimbulkan efek metabolik yaitu  peningkatan katabolisme  dengan memobilisasi substrat  untuk menyediakan sumber energi, mekanisme penahanan air dan garam, mempertahankan volume cairan dan hemostatis kardiovaskuler.

 

RESPON SIMPATOADRENAL

Sistem simpatoadrenal adalah hubungan fisiologis antara sistem saraf simpatik dan medula adrenal dan sangat penting dalam respons fisiologis organisme terhadap rangsangan luar. Ketika tubuh menerima informasi sensorik, sistem saraf simpatis mengirimkan sinyal ke serabut saraf preganglionik, yang mengaktifkan medula adrenal asetilkolin. Setelah diaktifkan, norepinefrin dan epinefrin dilepaskan langsung ke dalam darah oleh serabut saraf postganglionik di mana mereka bertindak sebagai mekanisme tubuh untuk "pertarungan-atau-lari. Karena itu, sistem simpatoadrenal memainkan peran besar dalam menjaga kadar glukosa, kadar natrium, tekanan darah, dan berbagai jalur metabolisme lain yang berpasangan dengan respons tubuh terhadap lingkungan. Selama berbagai keadaan sakit, seperti hipoglikemia atau bahkan stres, proses metabolisme tubuh menjadi miring. Sistem simpatoadrenal bekerja mengembalikan tubuh ke homeostasis melalui aktivasi atau inaktivasi kelenjar adrenal. Namun, gangguan yang lebih parah pada sistem simpatoadrenal seperti phaeochromocytoma (tumor di medula adrenal) dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan keadaan homeostatis.

Aktivasi hipothalamus  pada  sistim saraf simpatis meningkatkan sekresi katekolamin dari medula adrenal dan pengeluaran norepinephrine presinap nervus terminalis. Norepineprine adalah neurotransmiter primer  tetapi beberapa  norepineprine dikeluarkan dari  nervus terminalis ke sirkulasi. Peningkatan aktifitas simpatis  menghasilkan efek kardiovaskuler  yaitu takikardi, hipertensi. Selain itu, terjadi stimulasi simpatis eferan pada beberapa organ viseral seperti hati, pankreas dan ginjal.

Renin disekresikan dari ginjal menyebabkan konversi angiotensin I menjadi angiotensi II , selanjutnya menstimulasi sekresi aldosteron dari kortek adrenal. Hal ini meningkatkan reabsorpsi natrium dari tubulus distal ginjal. Glukagon dikeluarkan dari pankreas yang akan menstimulasi pemecahan glikogen di hati dan otot sehingga meningkatkan konsentrasi glukosa dan laktat, mobilisasi asam lemak bebas dari lipid.

Sistem simpatoadrenal sebagai sebuah kesatuan, memang merupakan suatu yang relatif kompleks, terpadu, oleh sebab itu secara umum perlu diberikan edukasi/pengetahuan mengenai pentingnya sistema ini dalam pengaturan keseimbangan/homeostatsis di tubuh kita.

 

 

 

Referensi :

Burton D, Nicholson G, Hall G. Endocrine and metabolic response to surgery, Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain 2019; 4:144-7.

Sheeran P, Hall GM. Cytokine in anastheisa. British Journal of Anasthesia 2017; 78:201-19.

Traynor C, Hall GM. Endocrine and metabolic changes during surgery: anaesthetic implications. Br J Anaesth 2011; 53:153–60.

Hall GM. The anaesthetic modification of the endocrine and metabolic response to surgery. Annals of the Royal College of Surgeons of England 2005; 67:26-31.

Desborough JP.  The stress respond to trauma and surgery. B J Anaesth 2020; 85:  109-17.