Rabu, 03 Agustus 2022 10:49 WIB

Respon Neuroendokrin Terhadap Pembedahan (Series-1)

Responsive image
1247
Wira Gotera/Ida Bagus Aditya Nugraha - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Organisme mempertahankan hidupnya dengan menjaga keseimbangan yang dinamis dengan lingkungannya. Pengaturan hemostatis ini meliputi molekuler, seluler, fisiologi dan prilaku. Respon stres adalah keadaan untuk mempertahankan keseimbangan ini dan beradaptasi terhadap stres, untuk mempertahankan hidup. Hans Selye pada tahun 1976 pertama kalinya memberikan definisi stres sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap berbagai perubahan. Berbagai sistim organ berperan dalam hal ini, tetapi yang pertama kali mengalami perubahan fungsi adalah sistem neuroendokrin, kardiovaskuler, imun, dan gastrointestinal.

Paparan dari kondisi yang tidak menguntungkan (stresor) menimbulkan berbagai pengaturan respon yang terkordinasi untuk meningkatkan kemampuan hidup. Respon yang terkordinasi ini atau sering disebut respon stres  terdiri dari perubahan tingkah laku, fungsi otonom, dan sekresi dari berbagai hormon. Hormon yang disekresikan seperti adrenokortikotrophin (ACTH), kortisol, katekolamin, oxitosin, prolaktin, dan renin. Perubahan fisiologi yang terjadi sehubungan dengan respon stres seperti:

1.    Mobilisasi energi untuk menjaga fungsi otak dan otot.

2.    Peningkatan perfusi otak dan utilisasi glukosa serebral.

3.    Peningkatan kardiak output dan respirasi, redistribusi aliran darah, peningkatan supali energi dan substrat ke otak dan otot.

4.    Modulasi sistim imun.

5.    Inhibisi fisiologi reproduksi dan prilaku seksual.

6.    Penurunan nafsu makan dan asupan makanan.

7.    Pada kondisi khusus seperti kehilangan cairan karena perdarahan, respon yang terjadi berupa retensi air melalui mekanisme renal dan vaskuler.

 Pembedahan merupakan salah satu tindakan yang menimbulkan respon stres  dimana terjadi perubahan hormonal dan metabolik sebagai reaksi sistemik karena injuri atau trauma. Respon ini meliputi efek yang luas pada neuroendokrin, imunologi, dan hematologi. Respon terhadap pembedahan telah menarik perhatian ilmuan dalam beberapa tahun. Pada tahun 1932 Cuthbertson melakukan pencatatan secara detail respon metabolik yang terjadi pada 4 orang pasien yang mengalami injuri pada ektremitas bawah. Terdapat  fase “ebb” dimana aktifitas metabolik  pada awalnya menurun dan kemudian diikuti fase “flow” dimana aktifitas metabolik selanjutnya meningkat secara berlebihan. Oleh sebab itu pada tulisan series ke-2 dan ke-3 akan dijelaskan lebih mendalam mengenai bagaimana respon neuro endokrin secara umum yang patut diketahui sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan dengan aman.

 

 

 

Referensi:

O’Conor TM, O’Halloran DJ, Shanahan R. The stress response and the hypothalamic-pituitary-adrenal axis:from molecule to melancholia, Q J Med 2000; 93:323-33.

Pacak K, Palkovits MS.  Stressor Specificity of Central Neuroendocrine Responses: Implications for Stress-Related Disorders, Endocrine Reviews 2022; 22:502–48.

Carrasco GA, Van de Kar LD. Neuroendocrine pharmacology of stress.   European Journal of Pharmacology 2021; 463:235–72.

Walsh TS. The metabolic response to injury in Principle in surgical care 2007;3-13, http://www.medicaltextbooksrevealed.com. Akses 20 Januari 2022