Rabu, 03 Agustus 2022 10:43 WIB

Sindrom Gradenigo

Responsive image
1104
Dr. dr. I Wayan Niryana, M. Kes., SpBS(K)/dr. Made - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Sindrom gradenigo pertama kali diperkenalkan tahun 1907 oleh Guisseppe Gradenigo. Sindrom ini terdiri dari trias gejala yaitu otore, nyeri retro orbita dan parese nervus abdusen ipsilateral dengan gejala terlihat esotropia pada mata ipsilateral, dan terkadang dapat juga ditemukan hipertropia.1 Sindrom ini terjadi akibat komplikasi otitis media karena inflamasi padaapek petrosus tulang temporal. Otitis media supuratif kronik (OMSK) di definisikan sebagai suatu inflamasi kronisyang melibatkan mukosa telinga tengah dan sel-sel mastoid yang ditandai dengan otorepersisten atau intermitten dengan membran timpani yang perforasi dalam waktu lebih dari duabulan. OMSK dengan adanya kolesteatom digolongkan kepada OMSK tipe bahaya atau malignayang secara umum membutuhkan terapi pembedahan. OMSK tipe bahaya memberikan gejala otore persisten, sekret yang purulen dan berbau serta cenderung menimbulkan komplikasi yang berbahaya. 2,3 Sindrom gradenigo merupakan kasus yang jarang, terdiri dari  trias gejala yaitu otore, nyeri retroorbita dan parese nervus abdusen ipsilateral. Sindrom gradenigo sering terjadi pada petrositis yang merupakan salah satu komplikasi yang jarang pada otitis media supuratif kronis. Tomografi Komputer atau  Magnetic Resonance Imaging memegang peranan penting pada sindrom gradenigo untuk membedakan petrositis dengan penyakit non inflamasi.3

Komplikasi OMSK dibagi menjadi komplikasi intra temporal dan komplikasi intrakranial. Komplikasi intratemporal antaralain mastoiditis yang dapat berhubungan dengan abses subperiosteal dan abses leher dalaminferior (Bezold), petrositis, labrinitis dan kelumpuhan nervus fasialis. Komplikasi intrakranilaantara lain abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, abses otak, hidrosefalus otits, meningitis dan abses subdural.2 Sindrom gradenigo pada petrositis akibat komplikasi OMSK merupakan salah satukomplikasi intratemporal yang cukup jarang terjadi.3

Walaupun kasus ini jarang ditemukan namun sindrom gradenigo harus ditanganisegera karena dapat berakibat fatal. Neuroanatomi nervus abdusen (N.VI) dan nervus trigeminuscabang oftalmika (N.V1) pada regio temporal menjelaskan patofisiologi sindrom gradenigo padapetrosis akibat komplikasi OMSK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik danpemeriksaan penunjang tomografi komputer atau MRI. Pemeriksaan tomografi komputermastoid dan atau MRI sangat penting untuk membedakan inflamasi dengan penyakit non-inflamasi pada aspek petrosus tulang temporal.4 Penatalaksanaan sindrom gradenigo padapetrositis akibat komplikasi OMSK meliputi terapi konservatif dan operatif.4

Walaupun   kasus   ini   jarang   ditemukan   namun   sindrom   gradenigo   harus ditangani  segera  karena  dapat  berakibat  fatal.4 Neuroanatomi  nervus  abdusen  (N.VI) dan  nervus  trigeminus  cabang  oftalmika  (N.V1)  pada  regio  temporal  menjelaskan patofisiologi sindrom gradenigo pada petrositis.4

 

 

 

REFERENSI

Ana, S. M., Ribeiro, D., Balona, F., Maré, R., Azevedo, C., Rocha, J., & Dias, L. (2020). Gradenigo’s syndrome with carotid septic stenosis. Case Reports in Otolaryngology, 2020, 5. doi:http://dx.doi.org/10.1155/2020/9439184

Sercan, Ö. (2019). Acute otitis media associated with gradenigo syndrome and transverse sinus thrombosis: A case report. Journal of International Medical Research, 47(3), 1348-1352. doi:http://dx.doi.org/10.1177/0300060518823404

Berat, D., Ghazi, A., Zeynep, E., & Eda, K. (2020). Delayed diagnosed Gradenigo’s syndrome associated with acute otitis media. SAGE Open Medical Case Reports, 8 doi:http://dx.doi.org/10.1177/2050313X20966119

Al-juboori, A., & Amira Nasser, A. H. (2018). Gradenigo’s syndrome and labyrinthitis: Conservative versus surgical treatment. Case Reports in Otolaryngology, 2018, 4. doi:http://dx.doi.org/10.1155/2018/6015385