Rabu, 03 Agustus 2022 10:06 WIB

Mengenal Adekuasi Hemodialisis Bagi Pasien Cuci Darah

Responsive image
9234
Eryan Dwi Warsono, SST.Ns - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Komplikasi kronik pada pasien penyakit ginjal kronik dengan terapi pengganti ginjal dengan haemodialisis rutin salah satunya adalah anemia renal. Hal tersebut dikarenakan adanya produksi hormon eritropeitin mengalami penurunan seiring dengan menurunnya fungsi organ ginjal. Salah satu peran penting dalam upaya pencegahan anemia renal yang berkepanjangan adalah adekuasi hemodialisis. Yang dimaksud dengan adekuasi hemodialisis pemahamannya dapat dikatakan terkait dengan kecukupan dosis per sesi pasien menjalani hemodialisis. Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar ureum saat proses hemodialisis diantaranya adalah; dipengaruhi oleh jenis dan luas membran dialyzer, lama waktu hemodialisis, kecepatan aliran darah (Quick Blood), Quick of Dialysate (QD), pada saat proses hemodialisis adanya bekuan darah pada dializer maupun pada sirkuit blood line.

Pencapaian adekuasi hemodialisis dapat berdampak pada penurunan level urea darah yang tinggi atau yang sering disebut dengan uremia. Hemodialisis yang adekuat dapat mencegah timbulnya sindroma uremia. Dengan adanya pengendalian ureum dalam darah dapat menurunkan atau mencegah kerusakan umur sel darah merah pasien yang memiliki penyakit ginjal kronik sehingga hal tersebut tidak mempercepat terjadinya anemia renal. Anemia renal sendiri merupakan hal yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik yang terutama disebabkan oleh karena adanya penurunan kapasitas produksi eritropetin. Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease dinyatakan lebih dari satu dari setiap 7 orang yang memiliki penyakit ginjal mengalami anemia (Makarim, 2021).

Berdasarkan data yang diambil pada tri-semester awal 2021, angka rata-rata anemia pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis secara reguler di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta diketahui sejumlah 106 pasien dengan hemodialisis reguler atau sebanyak 66 % mengalami anemia dengan rata-rata nilai HB<10 gram/dl. Sedangkan rata-rata dalam tri-wulan pertama 2021 adekuasi hemodialisis dengan nilai rujukan pencapaian Kt/V 1,5 sebanyak 112 pasien atau  68.5%. Sedangkan pencapaian rata-rata adekuasi hemodialisis dengan penilaian secara obyektif dengan menggunakan nilai Kt/V. Apa yang dimaksud dengan Kt/V adalah rasio dari bersihan urea atau klirens(K) dan waktu hemodialisis(t) dengan volume distribusi urea dalam cairan tubuh manusia (V) sehingga membuat hemodialisis menjadi efektif untuk membersihkan toksin-toksin sisa metabolisme tubuh.

Dengan adanya gambaran adekuasi dan anemia renal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada pasien dengan hemodialisis rutin pada penyakit ginjal kronik di RSUP Dr. Sardjito angka anemia renal masih cukup tinggi dan pencapaian adekuasi hemodialisis belum pada pencapian yang maksimal.

Upaya yang perlu dilakukan dalam peningkatan adekuasi hemodialisis dan penurunan angka anemia pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah dengan melalui peran perawat yang lebih besar dalam pemberian pendidikan kesehatan terhadap pasien maupun keluarganya yang berisi materi tentang pentingnya adekuasi hemodialisis, peningkatan nutrisi untuk meningkatkan kadar hemoglobin, monitoring dan tatakelola penyimpanan dan pemberian obat hormon eritropoetin yang diresepkan dokter, pemantauan status nutrisi secara kontinyu, ketepatan pemberian program terapi hemodialisis beserta evaluasinya serta kepatuhan dalam pengobatan dokter, berolah-raga ringan.

Peran perawat dialisis yang tak kalah penting adalah pentingnya pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis untuk diberi edukasi agar mempertahankan berat badan kering pasien. Hal ini membutuhkan kerjasama pasien dalam hal kepatuhan dalam manajemen cairan, karena semakin tinggi berat badan interdialisis akan semakin tinggi nilai V yang dapat berdampak pada penurunan adekuasi hemodialisis(Ladesvita dan Sukmarini, 2019).

Upaya-upaya yang dilakukan di atas sebagai upaya pencegahan terjadinya anemia pada pasien penyakit ginjal kronik. Tindakan per sesi hemodialisis yang adekuat dapat berdampak pada status kesehatan dan kualitas hidup pasien yang memilih terapi pengganti ginjal dengan hemodialisis rutin.

Salah satu untuk mencapai adekuasi hemodialisis menurut hasil penelitian yang dilakukan seorang peneliti dinyatakan bahwa didapatkan pengaruh yang signifikan antara penentuan Quick of Blood (QB) terhadap keberhasilan Urea Reduction Ratio (URR) dengan lamanya hemodialisis. Untuk itu, diperlukan peran perawat dialisis dalam mengelola tindakan hemodialisis secara tepat dan profesional.

Untuk meningkatkan peran, perawat dialisis harus memiliki ilmu yang memadai dan kompetensi serta pentingnya memahami dan menguasai perkembangan teknologi karena dewasa ini banyak sekali mesin hemodialisis yang semakin berkembang teknologinya. Di samping itu, peran perawat dialisis harus memahami beberapa faktor yang secara teknis terkait dengan adekuasi hemodialisis.

 Referensi:

1.    Silaen, H dan Tarihoran, Y. 2019. Pengaruh Penentuan Quick Of Blood (QB) Terhadap Keberhasilan Ureum Reduction Ratio (URR) Dengan Lamanya Hemodialisis di Murni Teguh Memorial Hospital. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 5, No. 2, September 2019.

2.    Makarim, F,R. 2021. Alasan gagal ginjal bisa sebabkan anemia di akses dari www.halodoc.com  pada 27 Desember 2021 jam 00.10 WIB.

3.    Ladesvita, F & Sukmarini, L. 2019. Berat Badan Interdialisis Terhadap Adekuasi Hemodialisa Pada Pasien Hemodialisa Kronik. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol.3, No.1, Juni 2019.

4.     PP IPDI .2017. Standar Kompetensi Perawat Hemodialisis Indonesia. PP IPDI.