Rabu, 03 Agustus 2022 08:46 WIB

Kista pada Saraf Tulang Belakang, Jangan Diabaikan!

Responsive image
2276
Prof. Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kita semua tentu pernah mendengar mengenai kista. Kista adalah tumor jinak yang terbungkus semacam selaput jaringan, yang bisa muncul di mana saja seperti tulang atau otot. Namun salah satu bentuk kista yang paling berbahaya adalah terbentuknya kista pada saraf tulang belakang, atau yang lebih dikenal dengan nama siringomielia. Meskipun cukup jarang, siringomielia sering dianggap sebagai kelainan kronis yang terus berkembang. Maka, kelainan ini tidak boleh diabaikan begitu saja.1

 

Siringomielia biasanya tidak berdiri sendiri, melainkan disertai dengan penyakit lainnya. Penyakit lain yang paling sering menyertai siringomielia adalah suatu kelainan bawaan yang disebut dengan malformasi chiari tipe 1. Selain itu, dapat juga disebabkan oleh inflamasi (seperti infeksi atau perdarahan), trauma, atau tumor.2

 

Siringomielia dapat memiliki gejala yang amat beragam, tergantung dari lokasinya. Namun pada umumnya, gejala dari siringomielia adalah:

-          Gangguan sensorik

-          Nyeri kronis

-          Gangguan motorik

 

Gejala tersering yang dikeluhkan pasien adalah nyeri, kelemahan otot terutama pada lengan dan tangan, gangguan sensitivitas terhadap suhu pada anggota gerak atas, kekakuan pada anggota gerak bawah, dan skoliosis yang semakin lama semakin memberat. Perjalanan penyakitnya dapat berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, dengan perburukan di awal yang cepat dan semakin lama semakin lambat.2,3

 

Untuk menegakkan diagnosis siringomielia, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan, terutama pemeriksaan radiologis. Pemilihan pemeriksaan penunjang yang paling penting adalah dengan menggunakan MRI. Dengan pemeriksaan MRI, dapat juga dievaluasi mengenai posisi, ukuran, dan perluasan dari siringomielia. Selain itu, dapat juga dibedakan apakah benar kista atau justru sebuah tumor. Dapat pula dipelajari mengenai perkembangannya bila dilakukan MRI berikutnya.2,4

 

Dalam penanganannya, siringiomielia harus dilakukan operasi, untuk memperlancar aliran cairan otak. Selain itu, anda mungkin akan diberikan obat-obatan. Perlu diingat bahwa obat-obatan ini bukan bertujuan untuk menyembuhkan siringomielia, namun untuk mengurangi gejala saja. Anda mungkin akan diberikan obat-obat antinyeri bahkan hingga antidepresan, untuk mengatasi keluhan-keluhan yang ada.1

 

 

Referensi :

1.    Leclerc A, Matveeff L, Emery E. Syringomyelia and Hydromyelia: Current Understanding and Neurosurgical Management. Revue Neurologique. 2020; DOI: 10.1016/j.neurol.2020.07.004

2.    Shenoy VS & Sampath R. Syringomyelia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2022.

3.    Heiss JD, Jarvis K, Smith RK, et al. Origin of Syrinx Fluid in Syringomyelia: A Physiological Study. Neurosurgery. 2018; 84(2). DOI: 10.1093/neuros/nyy072

4.    Klekamp J. How Should Syringomyelia be Defined and Diagnosed? Original Article. 2018; DOI: 10.1016/j.wneu.2017.12.156