Rabu, 03 Agustus 2022 08:46 WIB

Asuhan Keperawatan Pasien Pasca Bedah Coronary Artery Bypass Graft di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Responsive image
3334
Rochfika,S.Kep.,Ns.,SpKv.,M.Kes.,M.Kep. - RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Coronary Artery Bypass Graf (CABG) merupakan prosedur revaskularisasi untuk memperbaiki dan meningkatkan aliran darah ke jantung yang dilakukan untuk mengurangi angina pada pasien yang telah gagal terapi medis dengan obat atau angioplasty (PTCI).

CABG adalah bedah pintas coronary yang merupakan salah satu bentuk intervensi bedah untuk memperbaiki aliran darah koroner (reperfusi) dengan cara mencangkok sebagian pembuluh dara aorta kedaerah distal dari arteri yang tersumbat dibuat graft yang dijahitkan, biasanya graft diambil dari Vena Saphena Magna dan Arteri Mamaria pada arteri koroner yang mengalami penyumbatan. CABG ini bertujuan untuk revaskularisasi aliran arteri koronari akibat adanya penyempitan atau sumbatan ke otot jantung.

Perawatan Fase Pasca Operasi

Perawatan pasien pasca operasi  cukup menantang karena perubahan dapat terjadi dengan cepat. Kondisi pra operasi pasien serta kejadian intraoperatif harus dipertimbangkan dalam perawatan pasca operasi. Penting bagi perawat untuk mengantisipasi komplikasi yang mungkin terjadi sehingga intervensi yang sesuai dimulai pada waktu yang tepat memastikan hasil yang positif bagi pasien.

Aktifitas perawat saat pasien masuk ruang pemulihan /ICU antara lain; perawat yang merawat menghubungkan pasien dan jalur invasif ke peralatan sementara anggota perawat lain menghubungkan perangkat drainase dengan tepat. Perawat ruang operasi dan ahli anestesi melaporkan kondisi pasien kepada perawat ICU.

Ada beberapa Managemen yang harus ditangani pasca CABG

Manajemen Paru Pasca Operasi

Disfungsi paru dan hipoksemia dapat terjadi pada 30% sampai 60% pasien setelah CABG. Riwayat pasien dan faktor intraoperatif harus dipertimbangkan, manajemen paru pasca operasi, terutama riwayat merokok, penyakit paru obstruktif, steroid penggunaan, penyakit gastroesophageal reflux, gagal jantung, dan nutrisi yang buruk dapat meningkatkan komplikasi paru pasca operasi. Meskipun ada beberapa variasi dalam protokol ini, kebanyakan pasien akan diintubasi dan diberi ventilasi mekanis saat tiba di ruang pemulihan.

Perawat harus menilai kesiapan pasien ekstubasi dini. Ekstubasi harus dipertimbangkan ketika pasien terangsang, mampu mengikuti perintah, stabil secara hemodinamik, dan memulai ventilasi spontan tanpa pernapasan berlebihan, dukungan ventilasi secara bertahap  dan pasien harus menopang ventilasi spontan. Penilaian fisik ventilasi efektif, dan analisis laboratorium gas darah arteri dan parameter ventilasi spesifik harus diselesaikan sebelum ekstubasi. Selama proses, perawat harus menilai pasien untuk peningkatan pernapasan dan atau detak jantung.

Manajemen Pasca Operasi Hemodinamika

Gerakan pasien dari ruang operasi ke ruang pemulihan / ICU dapat membuat hemodinamik ketidakstabilan, dan dengan demikian pemantauan peralatan pada waktu yang tepat adalah yang terpenting.

Pasien harus diletakkan dalam posisi terlentang dengan kaki ditinggikan untuk memungkinkan Blood Pressure (Tekanan Darah) meningkat sampai penyebab BP rendah bisa  ditentukan dan tindakan korektif diambil. Penting bagi perawat untuk melakukan pemantauan secara hati-hati dan ketat, Perawat harus menghangatkan kembali pasien setelah operasi jika hipotermia berlanjut. Efek negatif dari hipotermia termasuk depresi miokardium, disritmia ventrikel, vasokonstriksi, dan depresi faktor pembekuan (meningkatkan risiko perdarahan pasca operasi). Jika pasien mengalami hipotermia, penghangatan kembali dapat dilakukan dengan penggunaan selimut hangat.

Penatalaksanaan Pendarahan Pasca Operasi

Periode pasca operasi mungkin dipersulit oleh pendarahan yang berlebihan. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan saat menilai potensi perdarahan pasien. Perawat harus memantau pasien bila ada tanda-tanda perdarahan. Hemoglobin dan hematokrit harus dipantau secara berkala selama pasca operasi.

Manajemen Neurologis Pasca Operasi

Pasien yang membutuhkan operasi bypass arteri koroner berada pada peningkatan risiko komplikasi neurologis. Stroke dapat disebabkan oleh hipoperfusi atau emboli selama atau setelah operasi. Perawat harus sangat pandai dalam menilai neurologis pada periode pasca operasi. Pupil harus dinilai pada awalnya. Selama beberapa jam pertama setelah operasi, hasil penilaian neurologis harus meningkat bertahap. Pada saat pasien siap ekstubasi, dia harus mengikuti perintah dan memiliki gerakan dan kekuatan yang sama dari ekstremitas dengan fungsi neurologis pasien mendekati normal.

Perawat harus memberikan kenyamanan, sedapat mungkin pasien diberikan orientasi terhadap orang, tempat, waktu, dan keadaan sekitar.

Penatalaksanaan Ginjal Pasca Operasi

Ada potensi disfungsi ginjal pasca  operasi jantung. Perawat harus memantau setidaknya keluaran urin setiap jam selama periode pasca operasi awal. Urin harus dinilai warna dan karakteristiknya serta jumlahnya.

Gastrointestinal pasca operasi

Perawat harus memantau pasien apakah ada bising usus, perut distensi, dan mual dan muntah. Perawat harus memberikan antiemetik seperti yang diinstruksikan dokter jika pasien mual.

Manajemen Nyeri Pasca Operasi

Perawat harus dapat melakukan penilaian nyeri, mobilisasi, gangguan, dan teknik relaksasi di antara beberapa metode manajemen nyeri. Kontrol nyeri biasanya dicapai dengan intravena narkotika saat pasien diintubasi, atau narkotika intravena dapat digunakan setelah ekstubasi. Perawat harus menyeimbangkan kebutuhan akan pengendalian nyeri tanpa depresi pernafasan dengan kebutuhan pasien untuk meminimalkan rasa sakitnya.

Perawat di ruang ICU harus mampu melakukan interpretasi keadaan klien, mendeteksi perubahan-perubahan fisiologis yang dapat mengancam jiwa serta dapat melakukan tindakan Keperawatan mandiri.

Seorang perawat memberikan perawatan secara holistik dalam meningkatkan kesehatan manusia baik fisik, emotional, intelektual, sosial dan spritual.

"Orang mampu menikmati hidup apabila memiliki kesehatan yang baik, budayakan hidup sehat untuk mencegah segala penyakit"

 

Referensi :

 

Almaskari, et al. Patients’ and Nurses’ Perceptions of Post-Coronary Artery Bypass Graft Learning Needs in Two Omani Hospitals. Sultan Qaboos University Med J. 2019, Vol. 19, Iss. 2, pp. e122–128.

American Heart association (AHA). Guideline for Coronary Artery Bypass Graft Surgery : Executive Summary. 2011. Vol. 124, No. 23.

Matos AA, et al. Incidence of complications after cardiac surgery. Int Phys Med Rehab J.2020;5(1):25?28.

Mutarobin, Nurachmah E, Adam M. Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Coronary Artery Disease Pre Coronary Artery Bypass Grafting. Jurnal Kesehatan. 2019, Vol. 13 No. 1.

Pa?cari´c, at al. Assessment of the Quality of Life in Patients before and after Coronary Artery Bypass Grafting (CABG): A Prospective Study. Int. J. Environ. Res. Public Health. 2020, 17, 1417.

Reeves, C. J., Roux, G., & Lockhart, R. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medik