Rabu, 03 Agustus 2022 08:29 WIB

Retinopati Diabetika dan Kebutaan pada Anak

Responsive image
652
dr. Ni Made Ari Suryathi, M.Biomed, Sp.M(K) - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Retinopati diabetika termasuk dalam 5 besar penyakit mata penyebab kebutaan yang dapat dicegah. Sebenarnya apakah retinopati diabetika itu? Retinopati Diabetika adalah satu komplikasi diabetes dimana terjadi kerusakan pembuluh darah retina, terutama pada jaringan yg sensitif terhadap cahaya. Retina adalah selaput tipis di belakang mata yang menyampaikan impuls saraf mata ke otak untuk membentuk penglihatan. Penyakit ini dapat diderita siapapun yangg menderita diabetes, terutama apabila gula darah tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam jangka waktu lama. Sekitar 50% dari penderita diabetes akan mengalami retinopati diabetik pada 5-15 tahun setelah diagnosis diabetes.

Faktor risiko retinopati diabetika adalah genetik, lama menderita DM, kontrol penyakit DM yang kurang baik, penyakit sistemik penyerta seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia, serta kelainan fungsi ginjal dan obesitas. Gejala retinopati diabetika adalah penglihatan turun perlahan atau mendadak, tanpa rasa nyeri atau mata merah, tampak bayangan hitam melayang, penglihatan berbayang, dan penglihatan warna terganggu.

Pemeriksaan penting pada untuk mendeteksi retinopati diabetika adalah pemeriksaan saraf mata dengan bantuan tetes mata untuk melebarkan pupil. Pasien yang harus melakukan pemeriksaan mata adalah pasien yang menderita DM tipe 1 lebih dari 12 tahun, pasien DM tipe 2 yang bar saja terdiagnosis, dan wanita hamil dengan DM. Apabila didapatkan hasil yang normal dapat dievaluasi ulang 6 sampai 12 bulan kemudian.

Pencegahan retinopati diabetika antara lain aktivitas fisik selama minimal 30 menit sebanyak 5x seminggu, stop konsumsi alkohol dan rokok, makanan seimbang, turunkan berat badan, rutin cek gula darah, serta rutin konsumsi obat DM sesuai anjuran dokter. Pilihan terapi retinopati diabetika dapat berupa laser, injeksi obat kedalam bola mata, serta tindakan operasi.

Kondisi kebutaan yang tidak kalah penting adalah kebutaan pada anak. Di seluruh dunia diperkirakan sekitar 1,14 juta anak mengalami kebutaan tiap tahunnya. Jumlah ini setara dengan 3-15 per 10,000 anak di seluruh dunia. Kebutaan pada anak lebih banyak terjadi di Negara berkembang dan di Asia sebanyak 10 kali lipat. Kondisi yang dapat menyebabkan kebutaan pada anak adalah infeksi campak, kekurangan vitamin A, infeksi mata, retinopati prematur, katarak, glaukoma, kelanainan refraksi, dan trauma pada mata.

Upaya pencegahan kebutaan pada anak harus diterapkan sejak hamil, sehingga dapat menghindari kelainan-kelainan kongenital. Selain itu, kebutaan pada anak juga bisa dicegah dengan mengikuti program imunisasi seperti yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Menteri Kesehatan juga telah mencanangkan gerakan LIHAT: Lakukan pemeriksaan mata melalui kegiatan posbindu, Identifikasi gangguan tajam penglihatan oleh kader, Hitung jari jarak enam (6) meter, Antarkan ke fasilitas kesehatan bila tidak bisa hitung jari jarak enam (6) meter, danTerapi operasi bila didiagnosa katarak.

 

 

 

 

 

Referensi:

American Academy of Ophthalmology Staf. 2020-2021. Section 12: Retina and Vitreous. Basic and Clinical Science Course. San Francisco: AAO.

American Academy of Ophthalmology Staff. 2020-2021. Section 6: Pediatric Ophthalmology and Strabismus. Basic and Clinical Science Course. San Francisco: AAO