Selasa, 02 Agustus 2022 13:13 WIB

Mengenal Kromhidrosis atau Keringat Berwarna

Responsive image
5847
dr. Prima Sudarsa, M.Biomed, SpKK - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Kromhidrosis atau keringat berwarna ditandai dengan produksi keringat yang berwarna, dapat berwarna kuning, biru, hijau, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan kelainan yang sangat jarang. Kondisi ini bisa terjadi pada daerah ketiak dan wajah. Meskipun tidak berbahaya bagi kesehatan namun kromhidrosis dapat memberikan dampak emosional dan pskilogis bagi penderitanya karena membuat penderita tidak percaya diri, mengganggu hubungan sosial dan mempengaruhi kualitas hidup.

Kondisi kromhidrosis biasanya dimulai pada masa pubertas, pada saat aktivitas kelenjar keringat meningkat. Kasus kromhidrosis jarang terjadi pada masa bayi. Penyakit ini dapat menetap seumur hidup dan biasanya membaik pada usia lanjut. Sebagian besar kasus ditemukan pada perempuan, namun hal ini kemungkinan disebabkan oleh lebih banyak perempuan yang datang ke fasilitas Kesehatan karena lebih mengeluhkan kondisi ini.

Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi kromhidrosis ini belum jelas diketahui dengan pasti. Namun pada penderita kromhidrosis ditemukan peningkatan jumlah granula warna lipofuscin dalam kelenjar keringat. Granula lipofuscin ini berwarna keemasan dan mengalami oksidasi sehingga berubah warna menjadi kuning, biru, hijau, coklat bahkan hitam. Semakin tinggi tingkat oksidasi yang terjadi semakin gelap warna yang dihasilkan. Keringat yang dihasilkan tidak berbau dan mudah kering. Kuantitas keringat berpigmen yang dihasilkan biasanya cukup sedikit yaitu sekitar 0,001 mL pada setiap lubang folikel. Awalnya penderita akan merasa hangat dan sedikit terasa seperti geli sebelum keringat berwarna muncul. Pada beberapa kasus adanya stimulus stress emosional juga dapat memicu munculnya keluhan ini. Keringat berwarna ini dapat dikeluarkan secara manual dengan cara menekan daerah yang mengalami keluhan seperti pada ketiak atau wajah. Manuver ini juga dapat digunakan sebagai terapi. Keringat berwarna ini kemudian mengering dan dikeluhkan pasien berupa bintik-bintik gelap di daerah yang terkena. Pada daerah ketiak sering menyebabkan pewarnaan kemeja dan pakaian dalam.

Pemeriksaan dengan Lampu Wood dapat menunjang diagnosis kromhidrosis. Selain itu, kelenjar keringat dapat dirangsang untuk menghasilkan sekret berwarna dengan menyuntikkan obat epinefrin atau oksitosin. Pemeriksaan kultur bakteri dan jamur kadang diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya pemicu oleh infeksi jamur dan bakteri spesifik.

Tujuan dari pengobatan kromhidrosis adalah untuk mengurangi gejala dan mengurangi dampak psikososial pada pasien. Terapi yang memadai untuk kondisi ini masih sangat terbatas. Pemberian preparat Capsaicin topikal menjadi salah satu pilihan pengobatan kromhidrosis. Terapi dengan injeksi botulinum toksin tipe A dapat dilakukan untuk mengurangi gejala namun hanya bertahan beberapa bulan sehingga dibutuhkan pengobatan berkelanjutan. Pada kasus yang sangat berat dan tidak membaik dengan terapi konvensional tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan.

 

 

Sumber :

Disorders of The Apocrine Sweat Glands. In: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DH, McMichael AJ, Orringer JS, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-9. New York: McGraw-Hill. 2019.h.947-959.