Selasa, 02 Agustus 2022 12:59 WIB

Terapi Primer, Terapi Komplementer, Terapi Alternatif pada Kanker, Apa Bedanya?

Responsive image
13277
dr. Putu Anda Tusta Adiputra, Sp.B (K)Onk - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Pernah mendengar istilah penyakit kanker bukan?  Penyakit yang satu ini kerap diperbincangkan karena kasusnya yang mematikan sehingga memunculkan banyak pertanyaan terkait penyakitnya. Salah satunya adalah terkait pengobatan apa yang “manjur” untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Pemilihan terapi sifatnya multidimensi. Banyak pertimbangan yang diambil pihak keluarga maupun penderita kanker mulai masalah fisik, sosial, psikologis, dan dari segi finansial. Maraknya informasi tentang terapi alternatif dan komplementer pada penyakit kanker dengan promosi yang berlebihan dan janjinya yang bombastis menjadi dilema pula bagi masyarakat. Nyatanya, tidak sedikit penderita yang memilih menggunakan terapi alternatif dan komplementer karena dianggap dapat menggantikan terapi primer karena efek samping dan biayanya yang jauh lebih ringan dari terapi primer. Apakah informasi yang beredar terkait pengobatan tersebut dapat dipertanggung jawabkan? Yuk kita bahas satu persatu tentang pengertian, manfaat, serta posisi dari terapi primer, alternatif, dan komplementer pada kanker!

Sebelumnya, kita bahas dulu sekilas tentang penyakit kanker. Penyakit kanker adalah suatu penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang abnormal yang bersifat ganas, menyerang jaringan atau organ normal disekitarnya dan membuat jaringan normal menjadi rusak. Penyakit ini termasuk salah satu masalah kesehatan  terbesar di Indonesia. Di tahun 2020, diketahui 230 ribu kematian akibat penyakit kanker dan jumlah penderita baru di Indonesia mencapai 400.000 kasus sesuai data WHO yang dilaporkan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker. Tingginya angka prevalensi kanker di Indonesia perlu perhatian khusus dalam tindakan pencegahan dan deteksi dini. Kasus kanker yang dideteksi pada stadium dini perlu pengobatan yang cepat dan tepat agar tercapainya harapan hidup yang lebih lama.

“Dok, kalau terkena kanker itu harus kemoterapi ya?” pertanyaan yang sering terdengar dari penderita ataupun keluarga penderita. Ya, kemoterapi adalah salah satu dari beberapa komponen terapi primer untuk kanker. Pengobatan utama atau primer pada kanker merupakan prosedur penanganan medis yang dilakukan oleh tenaga medis dengan metode pengobatan yang telah melewati clinical trial sebelumnya dan teruji secara klinis (evidence based). Tujuan dari dilakukannya terapi primer tidak lain untuk menghambat perkembangan sel kanker dan penyebaran sel kanker ke organ tubuh lain. Pengobatan primer ini banyak jenisnya dan secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu tindakan operasi yang berfungsi mengangkat sel kanker dalam tubuh, terapi radiasi menggunakan radiasi dengan dosis tinggi untuk membunuh sel kanker dan mencegah sel kanker untuk tumbuh kembali, serta kemoterapi untuk mengurangi gejala dan mencegah penyebaran sel kanker itu sendiri. Umumnya, hanya dengan terapi primer, angka kesembuhan penderita kanker bisa mencapai 90%. Meskipun begitu, beberapa penderita akan mengeluhkan efek samping mulai dari  mual muntah, kerontokan rambut, nyeri, hingga pembengkakan pada anggota tubuh. Hal ini tentunya menyebabkan ketidaknyamanan bagi penderita dari hal kosmetik dan kebugaran tubuh. Tidak sedikit penderita yang mengalami putus terapi primer seperti kemoterapi karena tidak ingin merasakan efek sampingnya.

Di era globalisasi sekarang, lebih mudah untuk mencari informasi apapun lewat internet. Penemuan-penemuan mengenai terapi pengganti / alternatif kanker yang diklaim dapat membantu menyembuhkan kanker pun sudah banyak tersebar informasinya. Tapi jangan sampai salah menilai ya, terapi alternatif itu ternyata bukan pengganti terapi utama lho! Terapi alternatif dan terapi komplementer sebenarnya jenis terapi yang sama tetapi waktu penggunaannya lah yang berbeda. Dikatakan terapi alternatif karena dilakukan tanpa melakukan terapi primer saat itu. Sebenarnya, hal ini kurang baik untuk dilakukan karena bagaimanapun juga diperlukan terapi primer untuk menangani kanker. Namun kembali lagi menurut keyakinan dan kondisi penderita yang dilihat dari berbagai segi kehidupan. Hal ini yang membuat penderita kerap melakukan putus terapi primer dan beralih ke pengobatan alternatif saja.

Terapi komplementer, bisa juga disebut terapi komplementer-alternatif yang artinya jenis pengobatan non farmakologis atau pengobatan penunjang yang dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologis. Jadi disini, kita akan membahas terapi komplementer-alternatif sebagai satu kesatuan. Terapi komplementer bisa membantu proses penyembuhan dan meningkatkan imunitas tubuh. Tidak jarang terapi ini dipilih dengan landasan rasa takut terhadap pengobatan konvensional dan efek kemoterapi serta dengan landasan ketersediaan biaya. Kebutuhan pengobatan tidak hanya bersifat fisik, tapi juga kebutuhan psikologis dan sosial. Kemoterapi bisa membuat stress dan cemas sehingga salah satu bentuk terapi komplementer yang efektif untuk menjaga kondisi psikologis yaitu dengan manajemen stress. Beberapa teknik untuk manajemen stress misalnya dengan teknik relaksasi nafas dalam, aromaterapi, hypnosis, terapi musik, dan lain-lain. Kelelahan juga bisa terjadi sebagai salah satu efek samping kanker dan terapi kanker. Yoga bisa menjadi intervensi non invasif dengan intensitas aktivitas fisik ringan dan biaya rendah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan, nyeri, cemas, dan stress serta meningkatkan kesehatan psikologis dan kualitas hidup penderita kanker. Selain hal-hal diatas, aromaterapi juga bermanfaat dalam mencegah dan mengurangi rasa mual, muntah, nyeri, depresi, dan tentunya meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Aromaterapi yang bisa digunakan diantaranya aromaterapi essential oil rose, aromaterapi jahe, peppermint, dan pijat aromaterapi.

Selain terapi komplementer yang bersifat manajemen psikologis, ada juga terapi berupa penggunaan komponen herbal yang diolah menjadi jamu yang juga bisa menjadi terapi komplementer kanker, baik dengan menghambat pertumbuhan beberapa jenis kanker atau dengan mematikan sel kanker. Beberapa komponen jamu yang paling sering digunakan yaitu kunyit putih (C. zedoaria), rumput mutiara (Hedyoris corymbosa), umbi bidara upas (Merremia mammosa Hall.f), sambiloto (Andrographis paniculata Nees), keladi tikus, temu manga, benalu, daun sirsak, daun dewa, tapak dara. Terapi komplementer alternatif berupa jamu ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Efek samping seperti mual, muntah, rasa kembung, cepat kenyang, alergi pada kulit, dan masa perdarahan menstruasi kurang dari satu minggu dapat terjadi jika pengobatan hanya dengan terapi jamu, tanpa terapi konvensional.

Nah, dari pembahasan diatas sudah terbayang bukan perbedaan ketiga terapi untuk kanker tersebut? Dapat kita simpulkan bahwa penggunaan terapi pada kanker tergantung dari pemikiran dan prinsip masing-masing individu dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Semakin cepat penentuan terapi dan waktu memulai terapi kanker, akan meningkatkan kualitas hidup penderita. Jadi, bisa dipertimbangkan terapi yang perlu dan pelengkapnya ya, semoga bermanfaat!

 

 

 

Referensi :

Anonym, 2019. WHO Global Report on Traditional and Complementary Medicine 2019. World Health Organization.

Anonym, 2001. Legal Status of Traditional Medicine and Complementary/Alternative Medicine: A Worldwide Review. World Health Organization.

Bodeker, G. et al. 2019. WHO Global Atlas of Traditional, Complementary and Alternative Medicine. World Health Organization.

Sari, I.I., Maria, R. and Waluyo, A., 2021. Terapi Komplementer Yoga Membantu Mengatasi Fatigue Pasien Kanker Payudara. Journal of Telenursing (JOTING), 3(1), pp.296-302.

Alivian, G.N. and Taufik, A., 2021. Aromaterapi Sebagai Terapi Komplementer untuk Mengatasi Nyeri, Depresi, Mual dan Muntah pada Pasien Kanker: A Literature Review. Journal of Bionursing, 3(1), pp.1-11.

Irawan, E., Rahayuwati, L. and Yani, D.I., 2017. Hubungan penggunaan terapi modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(1).

Rahayuwati, L., Ibrahim, K. and Komariah, M., 2017. Pilihan pengobatan pasien kanker payudara masa kemoterapi: Studi kasus. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(2), pp.118-127.

Hasanah, S.N. and Widowati, L., 2016. Jamu pada pasien tumor/kanker sebagai terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia, pp.49-59.

Marcelina, L.A. and Yuliningtyas, A.S., Penerapan Manajemen Stress Sebagai Terapi Komplementer Bagi Penyintas Kanker Di Komunitas Kanker Indonesia. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 4(3).