Selasa, 02 Agustus 2022 12:36 WIB

Apakah Benar Menyusui Dapat Mengurangi Risiko Kanker Payudara?

Responsive image
3597
dr. Putu Anda Tusta Adiputra, Sp.B (K)Onk - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Bagi seorang ibu, memberikan ASI kepada sang buah hati penting untuk kecukupan nutrisi agar pertumbuhan dan perkembangan anak normal. Tetapi sebenarnya banyak keuntungan mengapa ibu perlu konsisten dalam menyusui, salah satunya adalah karena menyusui dapat mengurangi resiko kanker payudara. Apakah itu benar?

Kanker payudara merupakan keganasan pada jaringan payudara dengan banyak subtipe tumor yang menduduki dua jenis kanker terbanyak di Indonesia selain kanker leher rahim. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018.

Penyebab utama kematian wanita di bawah usia 35 tahun salah satunya adalah kanker payudara. Kematian tersebut dikarenakan pasien kanker payudara cenderung datang dengan stadium kanker lanjut yang invasif. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral, riwayat keluarga kanker payudara, dan durasi menyusui yang lebih pendek juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan bayi harus disusui secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan awal, dan menyusui harus dilanjutkan minimal 2 tahun dibarengi dengan pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI). Menyusui dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan kualitas hidup pada ibu di usia reproduksi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker payudara berkurang sebesar 4,3% setiap 12 bulan menyusui.

 

Mengapa Menyusui Dapat Mengurangi Angka Kejadian Kanker Payudara?

Ternyata menyusui dapat mengontrol hormon tubuh seseorang. Menyusui mengakibatkan ibu tidak menstruasi setelah melahirkan. Hal ini menyebabkan tubuh lebih sedikit terpapar hormon estrogen. Hormon estrogen adalah salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya kanker payudara. Karena tubuh sedikit terpapar oleh estrogen, persentase terjadinya kanker payudara pun akan ikut menurun.

Selain itu, telah terbukti bahwa menyusui mendukung perubahan pembentukan sel-sel payudara setelah kehamilan, dan sel-sel yang berubah tersebut lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi kanker. Kemudian, menyusui juga dapat membuang kerusakan sel DNA dari jaringan payudara.

Menyusui membutuhkan energi lebih besar untuk produksi susu, menggerakkan simpanan lemak, dan pemanfaatan glukosa lebih tinggi oleh kelenjar susu menyebabkan konsentrasi serum insulin yang lebih rendah. Kemudian diikuti dengan durasi menyusui yang lebih lama dikatakan memiliki efek perlindungan yang lebih besar pada risiko kanker payudara. Mengeluarkan ASI dapat menurunkan konsentrasi serum insulin pada ibu. Konsentrasi serum insulin yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi serum yang dinamakan insulin-like growth factor (IGF-1) dimana serum ini membentuk dan mencegah pembuangan kerusakan sel dari jaringan payudara.

 

Bagaimana Pencegahan dan Deteksi Dini Terkait Kanker Payudara?

Pencegahan primer merupakan upaya agar tidak terkena kanker payudara dengan mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara seperti jenis kelamin wanita, usia >50 tahun, riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (<12 tahun) atau menstruasi pertama kali lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, dan faktor lingkungan. Dari faktor risiko tersebut kemudian kita dapat memilah untuk memperbaiki kebiasaan buruk yang dapat memicu kanker payudara.

Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara melalui pemeriksaan atau usaha untuk menemukan kelainan yang mengarah pada kanker payudara. Selanjutnya perlu diagnosa konfirmasi. Skrining bertujuan untuk mendapatkan kanker payudara dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif, menurunkan kemungkinan kekambuhan, serta menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup. Skrining yang dilakukan berupa Periksa Payudara Sendiri (SADARI), Periksa Payudara Klinis (SADANIS), dan Mammografi skrining. Bila terdapat keluhan seperti benjolan di payudara, benjolan di ketiak dan lengan membengkak, benjolan cepat berubah dengan atau tanpa rasa sakit, kelainan puting susu, kulit payudara seperti jeruk, dengan atau tanpa nyeri tulang dan sesak maka segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan terdekat untuk deteksi awal kanker payudara.

 

 

Referensi :

Anstey, E. H., Shoemaker, M. L., Barrera, C. M., O'Neil, M. E., Verma, A. B., & Holman, D. M. (2017). Breastfeeding and Breast Cancer Risk Reduction: Implications for Black Mothers. American journal of preventive medicine, 53(3S1), S40–S46. https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.04.024

Bhurosy T, Niu Z, Heckman CJ. (2021). Breastfeeding is Possible: A Systematic Review on the Feasibility and Challenges of Breastfeeding Among Breast Cancer Survivors of Reproductive Age. Ann Surg Oncol. Jul;28(7):3723-3735. doi: 10.1245/s10434-020-09094-1. Epub 2020 Sep 11. PMID: 32915334; PMCID: PMC7947020

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. [Online] Available at: http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf [Diakses 26 Desember 2021]

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). langkah melakukan SADARI-Bagian 1. [Online] Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan%20kelainan%20darah/page/3/7-langkah-melakukan-sadari-bagian-1 [Diakses 27 Desember 2021]

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). langkah melakukan SADARI-Bagian 2. [Online] Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/7-langkah-melakukan-sadari-bagian-2 [Diakses 27 Desember 2021]

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). langkah melakukan SADARI-Bagian 3. [Online] Available at: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/page/3/7-langkah-melakukan-sadari-bagian-3 [Diakses 27 Desember 2021]

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Penyakit Kanker di Indonesia Berada Pada Urutan 8 di Asia Tenggara dan Urutan 23 di Asia. [Online] Available at: http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di-indonesia-berada-pada-urutan-8-di-asia-tenggara-dan-urutan-23-di-asia/ [Diakses 26 Desember 2021]

Unar-Munguía M, Torres-Mejía G, Colchero MA, González de Cosío T. (2017). Breastfeeding Mode and Risk of Breast Cancer: A Dose-Response Meta-Analysis. J Hum Lact. May;33(2):422-434. doi: 10.1177/0890334416683676. Epub 2017 Feb 14. PMID: 28196329