Kamis, 23 Juni 2022 15:36 WIB

Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Responsive image
7434
NYIMAS SRI WAHYUNI, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep. - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah teknik yang di rekomendasikan WHO untuk menjaga suhu BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Menurut WHO, PMK terdiri dari kontak kulit ke kulit secara terus menerus antara ibu dan bayi, frekuensi menyusui lebih sering dan perencanaan pulang dari rumah sakit lebih awal. Penelitian Toni, Sitompul dan Tambunan (2016) menyatakan ibu yang melakukan PMK, memiliki berbagai pengalaman seperti sedih, trauma dan khawatir, takut, nyaman, merasa bersalah dan menyesal.

 

Ibu melakukan PMK dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu (Amalia & Herawati, 2018). Pengetahuan ibu BBLR berkaitan dengan umur dan pendidikan ibu, semakin tinggi pendidikan ibu makan semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat (Amalia & Herawati, 2018; Idris & Enggar, 2019; Solehati, Kosasih, Rais, & Fithriyah, 2018; Willaims, Ambika, Chandrashekar, Prasannakumar, & Muralimohan, 2016). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Gomathi, (2014); dan Nina, Magdalena, & Przemko, (2018) yang menyatakan tidak ada hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu. Pengetahuan ibu yang baik, akan menghasilkan sikap yang positif. Sikap positif dipengaruhi oleh kepercayaan diri (self efficancy) ibu.

 

Kepercayaan diri ibu timbul setelah ada pengalaman melakukan PMK. Memberi edukasi ibu mengenai PMK menjadi hal penting. WHO (2003) memberikan panduan edukasi

posisi kanguru sebagai berikut : bayi ditempatkan diantara kedua payudara ibu, dengan posisi tegak serta dada bayi menempel kedada ibu. Kepala bayi dimiringkan kesalah satu sisi dengan posisi sedikit ekstensi. Pertahankan posisi kepala bayi ekstensi untuk memastikan jalan napas terbuka dan terjadi kontak mata ibu dan bayi. Hindari kepala bayi menekuk dan menghadapkan muka keatas. Bayi diberikan posisi “kodok” dengan pinggul bayi posisi fleksi. Pertahankan pelekatan dengan optimal. Lakukan PMK minimal 1 jam, PMK bisa dilakukan ibu, ayah atau anggota keluarga lainnya.

 

PMK memberikan efek kepada bayi dan ibu. PMK memberikan manfaat meningkatkan kepercayaan diri ibu dan meningkatkan keterikatan ibu dan bayi (Stuard, 2016). Pelaksanaan PMK di ruang rawat mengalami hambatan seperti ibu takut menyentuh bayi, takut terhadap lingkungan dan peralatan yang ada pada bayi dan kehadiran ibu yang tidak terus menerus (Namnabati, Talakoub, Mohammadizadeh, & Mousaviasl, 2016). Selain itu pelaksanaan PMK di rumah mengalami hambatan seperti memerlukan waktu khusus (16,7%), tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah (11,9%), bayi kepanasan dan terlihat tidak nyaman (19,5%), waktu berkurang untuk anak lain (7,1%) dan terlalu stres (7,1%) (Opara & Okorie, 2017).

 

Durasi melaksanakan PMK berbeda – beda. Penelitian Parsa, Karimi, Basiri, dan Roshanaei (2018) mengemukakan PMK selama 4 jam sehari memberikan peningkatan saturasi oksigen signifikan dibandingkan dengan yang dilakukan kurang dari 4 jam sehari. PMK memberikan efek kepada bayi berupa perubahan fisiologis (meningkat denyut jantung, saturasi oksigen dan kecepatan pernapasan), frekuensi menangis bayi lebih rendah, kenaikan berat badan bayi, dan daya hisap bayi meningkat (Parsa et al., 2018; Stuard, 2016). Penelitian Opara dan Okorie (2017) mengemukakan durasi PMK yang efektif dilakukan selama di rumah sakit 2,03 ± 1,22 ( 0,81 – 3,25) jam dan di rumah selama 3,25 ± 2,85 (0,5 – 12) jam. Hal ini didukung oleh penelitian Namnabati et al., (2016) yang menyatakan durasi PMK selama 60 menit dengan pelekatan yang benar, akan meningkatkan berat badan bayi.

 

Posisi menyusui ideal untuk BBLR adalah saat sedang dilakukan PMK. Selama PMK bayi memiliki jalan masuk yang tidak terbatas ke payudara ibu (Giannì et al., 2016). Pada saat PMK bayi akan menunjukkan tanda menghendaki menyusui seperti menggerak – gerakkan lidah dan mulut, dan ingin untuk menghisap (seperti jari dan kulit ibu). Memberikan edukasi ibu tentang cara menyusui yang benar menjadi hal utama.

 

Edukasi ibu mengenai menyusui dengan panduan WHO (2003) sebagai berikut : 1) Pastikan posisi dan bayi benar untuk menyusui 2) Ajarkan ibu bagaimana cara menggendong bayinya seperti pegang kepala dan tubuh bayi dengan lurus, buat bayi menghadap dadanya, hidung bayi berlawanan dengan putingnya, pegang tubuh bayi dekat dengan tubuhnya, menopang seluruh tubuh bayi 3) Ajarkan ibu bagaimana membantu bayi menyusu seperti sentuh bibir bayinya dengan puting ibu, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, gerakkan bayinya dengan cepat kepayudara ibu, arahkan bibir bawah bayi jauh kebawah puting susu 4) Ajarkan ibu tanda – tanda pelekatan yang baik seperti dagu bayi menyentuh payudaranya, mulutnya terbuka lebar, bibir bawahnya dower, area areola yang lebih besar terlihat diatas daripada dibawah mulut bayi, bayi menghisap perlahan dan dalam, terkadang terhenti.

 

Referensi :

Amalia, L., & Herawati, E. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap dalam pelaksanaan perawatan metode kanguru. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2). https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13658

Giannì, M. L., Bezze, E., Sannino, P., Stori, E., Plevani, L., Roggero, P., … Mosca, F. (2016). Facilitators and barriers of breastfeeding late preterm infants according to mothers’ experiences. BMC Pediatrics, 16(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12887- 016-0722-7

Gomathi, B. (2014). Effect of video - assisted teaching programme on management og breastfeeding problems. The Nursing Journal of India, 4(22), 8–10.

Idris, I., & Enggar, E. (2019). Pengaruh penyuluhan menggunakan audio visual tentang asi eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di puskesmas Singgani kota Palu. Jurnal Bidan Cerdas (JBC), 2(1), 1. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.159

Namnabati, M., Talakoub, S., Mohammadizadeh, M., & Mousaviasl, F. (2016). The implementation of kangaroo mother care and nurses’ perspective of barriers in Iranian’ NICUs. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 21(1), 84. https://doi.org/10.4103/1735-9066.174753

Nina, M., Magdalena, Z., & Przemko, K. (2018). Does type of feeding affect body composition in very low birth weight infants? A prospective cohort study. Science Direct, 04(010), 1–6. https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2018.04.010

 

Opara, P., & Okorie, E. (2017). Kangaroo mother care: Mothers experiences post discharge from hospital. Journal of Pregnancy and Neonatal Medicine, 01(01), 16–

20. https://doi.org/10.35841/pregnancy-neonatal.1000103

Parsa, P., Karimi, S., Basiri, B., & Roshanaei, G. (2018). The effect of kangaroo mother care on physiological parameters of premature infants in Hamadan city, Iran. Pan African Medical Journal, 30, 1–8. https://doi.org/10.11604/pamj.2018.30.89.14428

Solehati, T., Kosasih, C. E., Rais, Y., & Fithriyah, N. (2018). Kangaroo mother care in low baby weight: A systematic review. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(6), 83–96.

Stuard, W. (2016). The effects of kangaroo care on a newborn development and vital physiology. Clinics in Mother and Child Health, 13(01), 1–4. https://doi.org/10.4172/2090-7214.1000225

WHO. (2003). Kangaroo mother care: A practical guide. In WHO Reproductive Health and Research (Vol. 73). https://doi.org/10.4038/sljch.v34i1.564

Willaims, S., Ambika, K., Chandrashekar, M., Prasannakumar, D. R., & Muralimohan. (2016). A study to assess the effectiveness of health exhibition and video show on knowledge regarding the exclusive breastfeeding among nursing mothers at immunization clinic, Makkala Koota, Mysore. Asian Journal of Nursing Education and Research, 6(1), 105. https://doi.org/10.5958/2349-2996.2016.00022.7