Bronkopneumonia pada anak menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Biasanya terjadi pada anak usia 2 tahun ke bawah. Anak-anak yang usianya di bawah 2 tahun, lebih rentan terserang bronkopneumonia karena sistem kekebalan tubuhnya masih lemah. Bronkopneumonia kerap menjadi penyebab kematian akibat infeksi pada anak usia di bawah 5 tahun.
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10-20% pertahun.
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
Risiko bronkopneumonia dapat meningkat bila anak tinggal di lingkungan yang kotor, sering terpapar asap rokok, kontak langsung dengan penderita pneumonia, atau memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Berikut adalah gejala umum bronkopneumonia pada anak ialah :
• Batuk berdahak
• Demam
• Sesak napas atau napas menjadi cepat
• Menggigil
• Nyeri dada
• Rewel atau sulit tidur
• Kehilangan nafsu makan
• Gelisah
• Muntah
• Wajah terlihat pucat
• Bibir dan kuku menjadi kebiruan
• Napas berbunyi
Bila gejala bronkopneumonia pada anak tidak segera diobati, kemungkinan muncul komplikasi lain yang lebih berbahaya. Maka langkah penanganan, perlu segera dilakukan (sebaiknya diperiksakan ke dokter).
Bagaimana mencegah bronkopneumonia yang terjadi pada anak?
Bronkopneumonia pada anak terlihat menakutkan, akan tetapi dapat dicegah dengan :
? Mengajarkan anak untuk mencuci tangan saat sebelum makan, setelah makan, setelah buang air kecil, setelah buang air besar, saat tangan terlihat kotor.
? Hindarkan anak dari paparan polusi (paparan debu dan asap rokok).
? Jauhkan bayi atau anak dari penderita bronkopneumonia maupun pneumonia.
? Lengkapi imunisasi / vaksin anak, agar terlindungi dari bakteri dan virus penyebab infeksi bronkopneumonia.
Jika anak mengalami gejala-gejala bronkopneumonia, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Semakin cepat ditangani, risiko komplikasi akibat bronkopneumonia pada anak semakin kecil.
Referensi :
1. Samuel Andy. 2014. Bronkopneumonia on Pediatric Patient. Faculty of Medicine, Universitas Lampung. J Agromed Unila Volume 1 Nomor 2. Hal 185.
2. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/