Rabu, 22 Juni 2022 23:57 WIB

Penyakit Kaki Gajah

Responsive image
14230
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Tim Promkes RSST - Penyakit kaki gajah merupakan suatu penyakit menahun dimana terjadi pembengkakan di kaki yang dapat menular melalui gigitan nyamuk. Dalam istilah medis, penyakit ini disebut juga dengan filariasis. Filariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing mikroskopis.Terdapat 3 (tiga) spesies cacing filaria yang dapat menyebabkan filariasis limfatik pada manusia. Namun, umumnya infeksi disebabkan oleh Wuchereria bancrofti. Di Asia, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori. Infeksi filariasis menyebar melalui gigitan nyamuk. Cacing dewasa biasanya hidup pada kelenjar getah bening manusia. Pada orang yang terinfeksi, cacing akan berkembang biak dan menghasilkan jutaan cacing mikroskopis atau juga dikenal sebagai mikrofilaria. Mikrofilaria terdapat dalam darah orang yang terinfeksi. Jika nyamuk ketika menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk akan mengandung mikrofilaria dalam tubuhnya. Mikrofilaria tumbuh dan berkembang di nyamuk. Ketika nyamuk menggigit orang lain, cacing larva berpindah dari nyamuk ke kulit manusia, dan melakukan perjalanan ke pembuluh getah bening. Larva tersebut akan tumbuh menjadi cacing dewasa yang biasanya prosesnya memakan waktu 6 (enam) bulan atau lebih. Cacing dewasa dapat hidup sekitar 5-7 tahun.

Penyebab dan Penularan Kaki Gajah

Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada pembuluh getah bening. Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk.

Walaupun menyerang pembuluh getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.

Lalu bila nyamuk ini menggigit orang lain, cacing filaria di tubuh nyamuk akan masuk ke dalam pembuluh darah dan pembuluh getah bening orang tersebut. Cacing filaria kemudian akan berkembang biak di pembuluh getah bening dan menyumbat peredaran getah bening, hingga menyebabkan kaki gajah.

Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah jika :

·         Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.

·         Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.

·         Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.

Gejala Kaki Gajah

Sesuai namanya, gejala utama kaki gajah adalah pembengkakan pada tungkai. Selain di tungkai, pembengkakan juga bisa terjadi di bagian tubuh lainnya, seperti lengan, kelamin, dan dada.

Kulit pada tungkai yang bengkak akan menebal, kering, menjadi lebih gelap, pecah-pecah, dan terkadang muncul luka. Sayangnya, tungkai yang sudah mengalami pembengkakan dan perubahan kulit tidak dapat kembali seperti semula. Pada kondisi ini, kaki gajah sudah memasuki fase kronik. Pada awal penyakit, penderita kaki gajah biasanya tidak mengalami gejala apa pun. Hal ini menyebabkan penderita tidak sadar telah tertular penyakit kaki gajah (filariasis), sehingga terlambat melakukan penanganan. Peradangan pembuluh atau kelenjar getah bening juga dapat muncul di fase awal, berupa pembengkakan setempat pada pembuluh dan kelenjar getah bening.

Pemeriksaan Kaki Gajah

Dokter akan bertanya kepada penderita mengenai gejala yang dirasakan dan sejak kapan gejala muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa gejala tersebut.

Jika menduga pasien menderita kaki gajah, dokter akan menganjurkan tes darah. Sampel darah akan diperiksa guna mengetahui apakah terdapat cacing filaria atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mikroskop atau melalui tes kimia khusus menggunakan antigen.

Jika diperlukan, penderita juga dapat menjalani pemeriksaan penunjang lainnya untuk melihat dampak dari penyakit kaki gajah yang dideritanya. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain tes pemindaian dengan USG atau foto Rontgen dan tes urine.

Penanganan Kaki Gajah

Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi jumlah parasit dalam tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing.

Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah akan mati, sehingga pembengkakan kelenjar getah bening mereda dan aliran getah bening kembali lancar.

Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya tidak dapat kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan kaki yang bengkak, antara lain :

·         Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau berbaring.

·         Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.

·         Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.

·         Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.

·         Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran getah bening di bagian yang bengkak.

Pencegahan Kaki Gajah

Langkah utama untuk mencegah kaki gajah adalah dengan menghindari gigitan nyamuk. Hal ini sangat penting dilakukan, terutama di daerah endemik kaki gajah. Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap gigitan nyamuk, Anda dapat melakukan langkah-langkah sederhana berikut ini :

·         Mengenakan baju dan celana panjang.

·         Mengoleskan losion anti nyamuk.

·         Tidur dalam kelambu.

·         Membersihkan genangan air di sekitar rumah.

 

 

 

 

 

Referensi               :

1.      Masrizal. 2014. Penyakit Filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang.

2.      Martiny, dkk. 2019. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan POMP Filariasis terhadap Penurunan Prevalensi Mikrovilaria di Kecamatan Buntu Enrekang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur Makasar.

3.      Famakinde, D. 2018. Mosquitoes and the Lymphatic Filaria Parasites : Research Trends and Budding Roadmaps to Future Disease Eradication. Trop Med Infect Dis. 3(1), pp. 4.

4.      Mendoza, et. al. 2009. Filariasis : Diagnosis and Treatment. Dermatologic Therapy, 22, pp. 475-490.

5.      Centers for Disease Control and Prevention CDC. 2013. Parasites - Lymphatic Filariasis. Frequently Asked Questions (FAQs).

6.      World Health Organization (WHO). 2019. Lymphatic Filariasis. What is Lymphatic Filariasis.

7.      Kementerian Kesehatan RI. 2018. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI : Menuju Indonesia Bebas Filariasis.