Jumat, 29 Juli 2022 09:45 WIB

Gangguan Jantung Setelah Infeksi Covid-19 Dan Pencegahannya

Responsive image
3337
dr. Rudini - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Sebagian besar orang yang terinfeksi virus COVID-19 kondisinya akan membaik dalam beberapa minggu setelah gejala muncul, namun beberapa orang dapat mengalami kondisi pascainfeksi. Masalah kesehatan pasca-COVID dapat berupa masalah kesehatan baru, masalah yang kembali muncul, atau berkelanjutan yang dapat dialami empat minggu atau lebih setelah pertama kali terinfeksi virus COVID-19.

Menurut penelitian pada tahun 2020, JAMA Cardiology telah melakukan pemeriksaan MRI jantung pada 100 penyintas COVID-19. Hasilnya terdapat 78% penyintas mengalami kelainan pada jantung dan 60% penyintas mengalami peradangan pada otot jantung.

Meskipun ada beberapa kasus COVID-19 yang menyerang organ jantung secara langsung, tetapi kebanyakan gangguan jantung akibat COVID-19 merupakan efek lanjutan dari infeksi virus corona. Saat pengidap COVID-19 mengalami gejala yang buruk hingga menyebabkan pneumonia, terjadi penurunan oksigen sehingga jantung perlu bekerja lebih keras.

Bagi orang yang pernah terkena COVID-19, masalah jantung akibat infeksi Covid-19 yang berkepanjangan dapat mempersulit pemulihannya. Beberapa gejala yang umum antara lain jantung berdebar, pusing, nyeri dada, dan sesak napas, hal ini mungkin disebabkan oleh masalah jantung atau akibat infeksi COVID-19 itu sendiri.

COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2, dapat merusak otot jantung dan mempengaruhi fungsi jantung. Sel-sel di jantung memiliki reseptor Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2), tempat virus corona menempel sebelum memasuki sel. Kerusakan jantung juga bisa disebabkan oleh tingginya tingkat peradangan yang beredar di dalam tubuh. Saat sistem kekebalan tubuh melawan virus, proses peradangan dapat merusak beberapa jaringan yang sehat, termasuk jantung.

Infeksi virus corona juga mempengaruhi permukaan bagian dalam pembuluh darah vena dan arteri, yang dapat menyebabkan peradangan pembuluh darah, kerusakan pada pembuluh darah yang sangat kecil (kapiler), dan pembekuan darah, yang semuanya dapat mengganggu aliran darah ke jantung atau bagian tubuh lainnya.

Keluhan mudah lelah sering terjadi setelah infeksi virus corona, sama seperti setelah terkena penyakit serius lain. Banyak orang mengalami sesak napas, nyeri dada, atau jantung berdebar. Masalah ini bisa berhubungan dengan jantung tapi bisa juga karena faktor lain, termasuk setelah sakit parah, tidak aktif dalam waktu lama dan menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk pemulihan di tempat tidur. Nyeri dada berat setelah terinfeksi COVID-19 jika terjadi terus-menerus dan disertai mual, sesak napas, atau pusing mungkin merupakan gejala serangan jantung dan perlu segera berobat ke dokter.

Seseorang yang pulih dari infeksi virus corona terkadang menunjukkan gejala kondisi yang dikenal sebagai sindrom takikardia ortostatik postural (POTS). POTS sebenarnya secara langsung bukan merupakan masalah jantung, tetapi masalah neurologis yang mempengaruhi bagian sistem saraf yang mengatur detak jantung dan aliran darah. Sindrom ini dapat menyebabkan detak jantung yang cepat ketika Anda berdiri yang dapat menyebabkan kelelahan, dada berdebar, maupun pusing. Peningkatan sementara detak jantung juga dapat disebabkan oleh banyak hal lain, termasuk dehidrasi. Pastikan Anda minum cukup cairan, terutama jika Anda demam. Gejala irama jantung yang cepat atau tidak teratur termasuk merasa jantung berdetak cepat atau tidak teratur di dada Anda (palpitasi), merasa pusing terutama saat berdiri, maupun ada rasa tidak nyaman di dada.

Sesak napas tidak selalu merupakan tanda masalah serius, tetapi jika muncul bersamaan dengan kadar O2 yang rendah (di bawah 94%), hal ini perlu dikhawatirkan. Kadang sesak napas setelah beraktivitas pasca terkena COVID-19 muncul karena sudah lama tidak melakukan aktivitas sehingga perlu secara bertahap membangun kembali tingkat kebugarannya.

Pencegahan Gejala Pasca COVID-19

Saat sudah dinyatakan sehat dan boleh kembali pada aktivitas normal oleh tenaga medis, sebaiknya lakukan aktivitas fisik secara rutin. Mulailah dengan melakukan berbagai aktivitas yang ringan. Sebaiknya hindari terlalu lama berdiam diri ketika dinyatakan sembuh dari infeksi COVID-19.

Hasil penelitian tahun 2015 yang dirilis oleh Journal of American College of Cardiology, menemukan bahwa mengonsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, ikan, dan makanan rendah lemak mengurangi risiko penyakit jantung. Hindari perlu terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji, makanan yang digoreng, serta makanan yang bisa memicu peningkatan kolesterol.

Seseorang yang pulih dari COVID-19 dapat mengambil manfaat dari terapi fisik dan latihan pernapasan. Siapapun yang pulih dari COVID-19 perlu pemulihan bertahap, tidak boleh mengharapkan kembali ke tingkat aktivitas secara cepat. Akan tetapi, jika mengalami gejala berat seperti yang sudah disebutkan di atas, segeralah konsultasi ke dokter terdekat.

 

 

 

 

Referensi:

Chilazi M, Duffy EY, Thakkar A, Michos ED. COVID and Cardiovascular Disease: What We Know in 2021. Curr Atheroscler Rep. 2021 May 13;23(7):37. doi: 10.1007/s11883-021-00935-2. PMID: 33983522; PMCID: PMC8117457.

Liu PP, Blet A, Smyth D, Li H. The Science Underlying COVID-19: Implications for the Cardiovascular System. Circulation. 2020 Jul 7;142(1):68-78. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.120.047549. Epub 2020 Apr 15. PMID: 32293910.

European Society of Cardiology, 2020. European Society of Cardiology Guidance for the Diagnosis and Management of Cardiovascular Disease during the COVID–19 Pandemic.